Mubadalah.id – Akhirnya Hari Natal tiba, sebuah perayaan yang selalu penuh dengan kebahagiaan, lampu-lampu yang berkilauan, dan suasana hangat bersama keluarga.
Bagi teman-temanku yang beragama Kristen terutama Johan, Hari Natal adalah momen sakral untuk merayakan kelahiran Yesus Kristus.
Sebagai seorang Muslim, aku belajar untuk menghormati perayaan hari Natal dengan penuh suka cita. Aku sangat menyadari bahwa dengan menghargai perbedaan adalah salah satu nilai yang diajarkan dalam agamaku.
Apalagi aku hidup di negara yang penuh dengan keberagaman agama membuatku terbiasa melihat berbagai perayaan keagamaan.
Terlebih sejak aku belajar di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Buya Husein Muhammad mengajarkan bahwa menghormati perayaan agama lain adalah bagian dari menciptakan kedamaian dan keharmonisan dalam masyarakat.
Hal inilah yang membuatku terbiasa berdialog dengan mereka yang berbeda agama. Salah satu cara aku menghormati teman-temanku yang merayakan Natal adalah dengan memberikan ucapan selamat.
“Selamat Natal,” kataku, sambil berharap mereka merasakan damai dan sukacita di hari istimewa itu.
Kadang aku juga mengunjungi rumah mereka jika diundang, mencicipi makanan khas seperti kue nastar atau roti lapis. Aku percaya, kehadiranku sebagai teman adalah bentuk dukungan kecil yang berarti.
Namun, aku juga memahami batasan-batasan dalam agamaku. Aku tidak ikut beribadah atau melakukan hal-hal yang dianggap khusus dalam agama mereka. Tapi ini tidak mengurangi rasa hormatku.
Sebaliknya, dengan tetap memegang prinsip agamaku, aku bisa menunjukkan bahwa menghargai tidak berarti harus melanggar keyakinan sendiri.
Harmoni dalam Keberagaman
Natal bukan hanya tentang perayaan agama, tetapi juga tentang kasih sayang, berbagi, dan perdamaian nilai-nilai universal yang sejalan dengan ajaran Islam.
Ketika teman-temanku berbagi cerita tentang makna Natal bagi mereka, aku mendengarkan dengan penuh rasa ingin tahu. Dari mereka, aku belajar tentang pentingnya saling memahami dan membangun jembatan di atas perbedaan.
Di satu momen, seorang teman Kristen pernah berkata, “Aku senang kamu mau mendengarkan ceritaku tanpa menghakimi.” Bagiku, itu adalah bukti bahwa dialog antaragama bisa membuka hati dan menciptakan hubungan yang lebih baik.
Oleh sebab itu, dengan perayaan Natal ini mengingatkanku bahwa keberagaman adalah anugerah, bukan penghalang.
Sebagai seorang Muslim, aku percaya bahwa menghormati perayaan agama lain adalah bagian dari ibadah sosial. Dengan menghargai Natal temanku yang beragama Kristen, aku turut mengambil bagian dalam menyebarkan pesan damai dan cinta kasih. []