• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Menghembuskan Nafas Cinta (Part II)

Jika boleh saya ingin mengatakan syariah adalah kebudayaan, produk sejarah. Dan “al-Dîn” adalah keyakinan tentang Ke-Esa-an Tuhan. Dan alam Eskatologis. Seluruh agama sama dalam hal ini. Dan semua manusia beragama bercita-cita menempuh jalan spiritual menuju Dia melalui cara dan jalan yang berbeda-beda.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
11/11/2020
in Hikmah, Khazanah
0
105
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Lalu bagaimana Denny menjawab situasi kontradiktif dan ironis tersebut? Dalam buku ini, ia mencoba menawarkan solusi. Ia menyebutnya Spiritualitas baru. Dalam redaksi lain ia disebut Spiritualitas gelombang ke tiga dan Spiritualutas Universal. Ia bukan agama. “Spiritualitas baru ini tak lagi bersandar pada titah dari langit”. Ia juga tak bertumpu pada permenungan filsafat. Ia harus hasil dari riset panjang yang empiric. Tawaran ini sungguh menggoda, menantang sekaligus menawan.

Merespon tawaran itu, biar clear saya ingin lebih awal memaknai kata “agama” yang menjadi tema kegelisahan Denny. Syams Tabrizi, guru Maulana Rumi, seorang darwish dalam buku “Qawa’id al-‘Isyq al-Arba’un” (40 Kaidah Cinta) mengatakan :

تنبع معظم مشاكل العالم من أخطاء لغوية ومن سوء فهم بسيط. لا تأخذ الكلمات بمعناها الظاهري مطلقًا. وعندما تلج دائرة الحب، تكون اللغة التي نعرفها قد عفى عليها الزمن، فالشيء الذي لا يمكن التعبير عنه بكلمات، لا يمكن إدراكه إلا بالصمت.

Kebanyakan masalah di dunia ini berakar dari kesalahan linguistik dan kesalahpahaman yang sederhana. Jangan kau ambil makna literal sebuah kata. Saat kau mulai menginjak ranah cinta, bahasa yang telah kita pahami menjadi usang. Hal-hal yang tak dapat diungkap melalui kata-kata hanya dapat dipahami melalui keheningan.

Banyak peristiwa, kekeliruan memahami sebuah kata, bisa membuat banyak kekeliruan dan kesalahpahaman yang bisa memunculkan kerentanan sosial. Agama dalam bahasa Arab disebut ” Din”, jamaknya “Adyan”. Kata ini berbeda dengan kata “Al-Syari’ah” yang sering dimaknai oleh kita sebagai sama. Seorang ahli tafsir klasik terkemuka dari kalangan Tabiin, Qatadah mengatakan, “Al-Dîn Wâhid wa al-Syarîah Mukhtalifah” (Dîn hanyalah satu, sedang Syariat berbeda-beda).

Baca Juga:

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

Tafsir Sakinah

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

Pernyataan ini dikemukakan Qatadah untuk menjelaskan makna Syir’ah (Syariah) dan Minhâj yang terdapat dalam ayat al-Qur`an:

ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”

Singkatnya “Din” bukanlah Syari’ah atau Thariqah. Syari’ah/ thariqah adalah cara, metode, jalan atau aturan baik legal formal maupun etika tradisi. Sebagai cara ia beragam dan kontekstual. Jika boleh saya ingin mengatakan syariah adalah kebudayaan, produk sejarah. Dan “al-Dîn” adalah keyakinan tentang Ke-Esa-an Tuhan. Dan alam Eskatologis. Seluruh agama sama dalam hal ini. Dan semua manusia beragama bercita-cita menempuh jalan spiritual menuju Dia melalui cara dan jalan yang berbeda-beda.

Tafsir serupa atas ayat di atas juga dikemukakan oleh mufassir besar, Ibn Katsir (w. 774 H). Ia mengutip sebuah pernyataan Nabi yang valid (sahîh), “Nahnu maâsyir al-Anbiyâ` Ikhwah liallat. Dînunâ wâhid” (Kami para Nabi adalah saudara. Agama kami satu). Menurut Ibn Katsir, Agama yang satu tersebut adalah “Tauhid”, sebuah prinsip ke-Esa-an Tuhan yang dibawa semua nabi-nabi dan diberitakan dalam kitab-kitab/dokumen-dokumen suci agama-agama.[]

Tags: agamaCintaislamkemanusiaanKH Husein MuhammadSufitasawuf
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Beda Keyakinan

Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

30 Juni 2025
Seksualitas Perempuan

Fikih yang Berkeadilan: Mengafirmasi Seksualitas Perempuan

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Taman Eden

    Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID