• Login
  • Register
Sabtu, 23 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Adam dan Hawa dalam Sebuah Cerita

Dyah Palupi Ayu Ningtyas Dyah Palupi Ayu Ningtyas
25/06/2020
in Sastra
0
Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

Ilustrasi Oleh Nurul Bahrul Ulum

287
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Salah satu kecerobohan terbesar Tuhan adalah menciptakan Lelaki!”

-Muhidin M.Dahlan-

Pernah membaca novel Adam Hawa yang ditulis oleh Muhidin M. Dahlan? Beliau menceritakan Hawa bukanlah perempuan pertama di sisi Adam. Ada seseorang yang berpurnama-purnama menemani Adam di rumah batunya, dia adalah Maia si perempuan. Dari cerita tersebut mendapat gambaran bahwa Adam adalah anak Tuhan yang selalu bersikeras bahwa ia adalah yang pertama, yang utama, dan tidak ada seorangpun yang boleh menentang dirinya.

Dominasi Adam sejak pertama terlihat ketika ia memerlakukan Maia si perempuan. Sosok yang berjakun, berdada bidang, tegas, serta ahli dalam memburu menempatkan ia pada posisi pertama yang tidak bisa disaingi.

Maia si perempuan harus tetap berada di rumah batu, tidak boleh sedikitpun keluar dari rumah batu. Ketika berhubungan seksualpun, Maia harus selalu di bawah dengan beralaskan laki-laki harus di atas karena ia pemimpin, pengambil keputusan dan pengatur segala hal. Kondisi tersebut banyak dialami oleh masyarakat yang masih memegang sistem patriarki. Perempuan selalu ditempatkan di ranah domestik dengan memegang teguh simbol 3M (masak, macak, dan manak).

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

Baca Juga:

4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah

Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

Perlakuan Maia si perempuan tidak sesuai dengan perkiraan Adam. Ia tipe perempuan yang menentang jika keadaan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Maia merasa dikekang, diatur-atur, dan tidak memiliki hak menentukan pilihan.

Sedari awal, ia tidak suka diperlakukan seperti itu. Tindakan penentangan selalu ia lakukan, hal tersebut bukan tanpa sebab, otoritas Maia sebagai manusia direnggut begitu saja. Lambat laun, ia meninggalkan Adam dari rumah batunya, pergi tak terarah membawa dendam bahwa perlakuan sewenang-wenang tidak bisa dimaafkan.

Kala itu, Maia bertemu Idris di sebuah rumah batu yang mirip dengan milik Adam. Perlakuan Idris kepada Maia sangat bertolak belakang dengan Adam. Maia diperbolehkan keluar, melakukan hal yang diinginkan, serta ia memiliki suara untuk berpendapat.

Tak lama setelah itu, Adam dihampiri seorang perempuan, ia menyebutnya Hawa. Sebagai titah Tuhan, Hawa adalah jawaban dari doa-doa Adam agar ia mendapatkan teman kembali. Hawa sangat lemah lembut, tidak pernah membantah Adam sedikitpun, selalu tunduk dan patuh.

Yah, itulah hal yang diharapkan Adam, karena semua itu tidak ada di dalam diri Maia. Tak sekalipun Hawa keluar dari rumah batunya, segala keperluan yang diinginkan akan dipenuhi oleh Adam, baik sulit maupun susah.

Beberapa purnama kemudian, lahirlah Khabil dan Munah dari perut Hawa. Adam sangat mengutuk kedua anak tersebut, karena Hawa memakan buah khuldi ketika hamil. Sampai remajapun Adam tetap tidak menyukainya. Bahkan ia memukul, membunuh, sampai menggantung Munah di pohon khuldi.

Cerita tersebut menggambarkan manusia tidak dipungkiri memiliki dendam atau perasaan yang kurang baik terhadap orang lain, tetapi tinggal bagaimana kita mengontrol dan membuat problematika itu menjadi ringan. Namun meski demikian, perlakuan kekerasan tidak bisa diindahkan bagaimanapun bentuknya. Kekerasan tetap saja kekerasan, karena sebagian dari bagian hak asasi manusia.

Sikap Maia dan Hawa bisa dianalogikan dengan keberadaan perempuan di zaman patriarkis ini. Ia mencari cara, melawan, dan menentang ketika tidak sesuai dengan yang diinginkan atau patuh, tunduk, serta tidak melakukan apa-apa ketika terjadi kekerasan. Relasi kuasa tidak akan berakhir jika pihak lain menerima begitu saja serta tidak ada perlawanan yang signifikan.

Muhidin M. Dahlan berhasil memodifikasi cerita penciptaan Adam dan Hawa. Bukan berarti cerita ini nyata, tapi bagaimana poin-poin dominasi yang sudah melekat ketika manusia pertama diciptakan. Hawa percaya begitu saja ketika Adam menyebut Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam yang bertugas untuk menemani, mendampingi, dan selalu mematuhi.

Tidak begitu dengan Maia, ia menolak dikatakan tercipta dari tulang rusuk Adam. Bahkan Maia mengecek tulang rusuk Adam mana yang tidak ada. Tulang rusuknya lengkap, tak satupun yang hilang bahkan bengkok.

Literatur perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki sudah menyebar hingga ke tempat yang paling pelosok. Hal tersebut bisa mengindikasikan bahwa perempuan adalah seseorang yang nomor dua, tidak bisa apa-apa, yang tugasnya hanya mendampingi saja.

Bahkan pernyataan perempuan tercipta dari tulang rusuk laki-laki saya dapatkan ketika di SD. Bukan berarti menyalahkan guru SD saya, tetapi bagaimana penanaman nilai-nilai yang tidak sesuai sejak kecil bisa berpengaruh bagi kehidupan ketika remaja bahkan dewasa.

Tidak satupun ayat di Al-Qur’an yang menyebutkan perempuan diciptakan dari rusuk laki-laki, hanya saja pernyataan tersebut terdapat dalam Kitab Perjanjian Lama. Adam dan Hawa sama-sama aktif dalam drama kosmis penciptaan manusia. Ambil pelajaran pentingnya, yakni anti kekerasan yang tidak menentang hak asasi manusia. []

Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Dyah Palupi Ayu Ningtyas

Saat ini menjadi mahasiswi Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Selain itu, aktif sebagai Pengabdi Bantuan Hukum LBH Surabaya Pos Malang dan Komunitas Puan Menulis. Lupi dapat dihubungi melalui Instagram @dyahpalupiayu atau surel [email protected]

Terkait Posts

Kesehatan Seksual dan Reproduksi

Refleksi Kesehatan Seksual dan Reproduksi: Jangan Ada Rania yang Lain

10 September 2023
Hidup Minimalis

Memulai Hidup Minimalis dengan Berlatih Melepas Kepemilikan

20 Agustus 2023
Hari Asyura

Cara Mereka Berlomba-lomba dalam Kebajikan Menyambut Hari Asyura

6 Agustus 2023
Stasiun Roma Street

Stasiun Roma Street

2 Juli 2023
Hari Raya Iduladha

Menjumpai Siti Hajar di Hari Raya Iduladha

25 Juni 2023
Jilbab

Jilbab, Bukan Indikasi Kesalihanku

14 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mahnaz Afkhami

    Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 4 Cara Kreatif Penghijauan di Ruang-ruang Terbuka
  • Dukungan Kiai Sahal terhadap Kiprah Nyai Nafisah
  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist