Judul buku : The Alpha Girls Guide
Penulis : Henry Manampiring
Jumlah halaman : 254 halaman
Penerbit : Gagas media
ISBN : 979-780-848-3
Mubadalah.id – Pernah kita berfikir tentang tulisan perempuan yang ditulis oleh laki-laki? Dari sekian banyak buku tentang perempuan, sedikit sekali ditulis oleh laki-laki. Sebagian berfikir bahwa penulis perempuan yang menulis tentang perempuan berangkat dari pengalaman nyata sebagai perempuan. Hal tersebut menjadi nilai tawar lebih dibandingkan dengan apabila laki-laki yang menulisnya. Namun, berbeda untuk buku yang satu ini.
Buku ini ditulis oleh penulis buku best seller “Filosofi Teras”, Henry Manampiring dengan begitu apik, informative, dan memberikan pengetahuan baru kepada perempuan-perempuan generasi alpha. Mengapa menyebut alpha female? Henry memulai tulisannya dengan pengalaman hidup, misalnya dalam sebuah tempat kerja, ia menemukan berbagai keunikan dalam diri alpha female.
Tulisan ini juga berasal dari berbagai pertanyaan kepada Henry melalui ask.com dari para perempuan, anak-anak muda yang mengamali dilematis dengan berbagai problema. Inilah mengapa buku ini saya rekomendasikan bagi para perempuan, sebab jawaban yang ditulis oleh Henry merupakan masalah-masalah yang diangkat dari kehidupan nyata, yang erat kaitannya dengan kehidupan perempuan dan anak muda masa kini.
Alpha female (perempuan alpha) tampil sebagai sosok yang tidak lagi menjadi perempuan yang manut, mengiyakan, dan respon penerimaan lainnya. Ia tampil sebagai sosok yang cerdas, cekatan, kritis, dan berperan aktif layaknya laki-laki. Alpha female tidak takut menjadi pemimpin, justru ketika ada kesempatan untuk memimpin, ia selalu menjadikan peran tersebut dengan amat bagus.
Sebutan perempuan alpha mungkin baru di telinga sebagian orang, akan tetapi tidak dengan penulis yang justru lebih melihat perempuan sebagai sosok yang sama dengan laki-laki. Perempuan memiliki kemampuan yang tidak kalah berbeda dengan laki-laki, sehingga kesadaran ini harus dimiliki oleh setiap perempuan untuk terus ambil peran dalam hal apapun tanpa melihat jenis kelamin.
Bagaimana perempuan alpha yang disebut dalam buku ini? Dalam tulisannya, Henry menyebutkan ciri perempuan alpha di berbagai ruang, mulai dari sebagai pelajar, pekerjaan, penampilan, percintaan, hingga relasi dengan sesamanya.
Alpha female senantiasa berusaha untuk mengupgrade diri, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan tinggi menjadi salah satu konsen yang tidak lepas dari dirinya. Stigma yang muncul dan melekat bahwa “perempuan yang berpendidikan akan sulit dapat jodoh” terkadang menjadi pertanyaan dalam benak alpha female.
Meski demikian, hambatan tersebut tidak mengurangi semangat dalam dirinya untuk terus mengenyam pendidikan. Kesadaran bahwa perempuan tidak selalu bergantung kehidupannya kepada laki-laki terpatri dalam diri alpha female. Berangkat dari kesadaran tersebut, alpha female ke depan akan menganggap bahwa pendidikan sangat penting bagi perempuan.
Investasi terbesar bagi alpha female adalah pengetahuan dan ilmu. Ketakutan yang ada pada dirinya justru bukan perihal mode dan trend, melainkan soft skill. Masa depan yang serba tidak pasti, menjadi alasan mengapa upgrade diri itu penting.
Dari sisi akademis, alpha female sangat mementingkan nilai, dengan prioritas utama adalah proses yang dijalani dalam mendapatkan nilai tersebut, kesadaran tersebut berimplikasi terhadap hubungan positif yang dijalani oleh generasi alpha female. Ia senantiasa menjalin hubungan tanpa ada rasa iri, dengki, apalagi melihat kesuksesan perempuan lain.
Dalam benaknya, alpha female senantiasa melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh atas apa yang menjadi cita-cita dalam dirinya. Ia akan melakukan segala upaya untuk mencapai tujuan yang ada dalam dirinya dengan membangun hubungan positif dengan orang lain, khususnya sesama perempuan. Nilai menjadi prirotas utama alpha female dalam melakukan sesuatu, mulai dari kejujuran, kerja keras, dll.
Dalam relasi percintaan, perempuan alpha tidak mudah terkecoh dengan laki-laki kaya yang punya popularitas lalu kemudian diagungkan oleh kebanyakan perempuan. Sebab bagi dirinya adalah hal yang paling utama bukan lah menggantungkan kehidupan kepada orang lain, khususnya laki-laki. Ia mengetahui segala potensi yang ada dalam dirinya, kekuatan, dan kekurangan yang ada padanya.
Pada titik tersebut, ia senantiasa berusaha mengetahui titik kelemahan pada dirinya yang menjadi sumber kekuatan untuk melakukan hal lebih, menggali segala potensi dalam dirinya dengan berbagai organisasi yang dilakukan, perencanaan yang matang, kemudian berdampak pada masa depan yang dipilih oleh dirinya.
Apa kita sudah layak dikatakan alpha female? Wallahu a’lam []