• Login
  • Register
Minggu, 11 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Amina Wadud: Pembawa Cahaya Baru dalam Tafsir

Metode yang Amina gunakan dalam menafsirkan al-Qur’an disebut juga dengan metode kritik historis. Di mana dengan metode ini seseorang akan mengkaji latar belakang budaya yang suatu bahasa miliki

Swandi Yusuf Swandi Yusuf
10/04/2023
in Figur
0
Amina Wadud

Amina Wadud

570
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Amina Wadud lahir di Amerika Serikat pada tahun 1952. Sejak kecil Amina sangat suka membaca. Meski begitu Amina tidak tertarik dengan cerita-cerita yang mengisahkan tentang “gadis yang diselamatkan” dan “laki-laki pemberani.” Tetapi ia tertarik dengan kata-kata yang mampu memberikan makna dan dimensi yang mampu mempengaruhi tujuan hidupnya.

Amina Wadud memperoleh gelar sarjana di Universitas Antar Bangsa Malaysia. Pada tahun 1986 ia memulai pendidikan masternya di Machigan University sampai tahun 1989. Adapun program doktornya ia selesaikan di Harvard University tahun 1991-1993. Kemudian Amina menjadi Profesor di Universitas Commonwealth di Richmond Virginia.

Sebagai seorang aktivis, Amina telah melakukan berbagai macam kunjungan. Baik secara nasional maupun internasional dalam lingkungan akademik dan keagamaan. Amina Wadud juga aktif pada organisasi ISTAC. Yakni organisasi yang bertujuan menghidupkan kembali kajian islam yang bersifat meta-modern pimpinan Naquib al-Atas. Kemudian ia juga menjabat di sebuah asosiasi penelitian tentang program perempuan dalam kajian agama yang berada di Harvard Divinity School dengan dukungan pendanaan dari Kecia Ali sebagai anggota penasihat.

Daftar Isi

    • Deretan Karya Amina Wadud
  • Baca Juga:
  • Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial
  • Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama
  • Apa Salahnya Anak Laki-laki Bermain Boneka?
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas
    • Mengkritik Budaya Patriarki

Deretan Karya Amina Wadud

Adapun karya-karya Amina Wadud yang berbentuk buku maupun tulisan jurnal yang telah membawanya menjadi salah seorang intelektual muslimah yang terkenal di seluruh penjuru dunia anatara lain:

Qur’an and Woman; Rereading The Sacred Tex From a Woman’s Perspective 199. Inside the Gender Jihad: Woman’s Reform in Islam 2006. Alternative Qur’anic Interpretation and the Status of Muslim Women, dalam Windows of Fatih: Moslem Woman Scholar Acticists in North Amerika 2000. On Belonging as a Moslem Woman, dalam My Soul is a Witnes: African-American Woman Spirituality 1995, Family in Islam or Gender Relations by Any Other Name, dalam Islam Reproductive Health and Woman’s right 1995. In Search of Woman’s Voice in Qur’anic Hermeneutic dalam Jurnal Concilium 1998. Beyond Interpritation, dalam the Place of Tolerance In Islam 2002. American Muslim Identity, Race and Ethnicity in Progressive Islam, dalam Progressive Muslim on Justice, Gender and Pluralism 2003, dan lain-lain.

Baca Juga:

Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial

Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama

Apa Salahnya Anak Laki-laki Bermain Boneka?

Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Bagi Amina Wadud selaku seorang tokoh yang memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, ia ingin mencoba mendobrak dominasi laki-laki terhadap perempuan dalam segala hal yang didasari oleh asumsi bahwa al-Qur’an merupakan sumber nilai tertinggi yang secara adil mendudukkan laki-laki dan perempuan setara (equal).

Dalam bidang tafsir Amina dianggap lebih mengarah pada gaya tafsir dekontruktif terhadap hukum-hukum yang sudah terkenal luas oleh ummat Islam. Seperti dalam waris, peran perempuan, nusyuz termasuk juga imam dan khatib pada ibadah.

Mengkritik Budaya Patriarki

Amina mengkritisi para mufassir-mufassir klasik yang dianggapnya terpengaruh oleh budaya patriarki pada zamannya, sehingga mufassir klasik dianggapnya bias gender. Oleh karena itu ia mencetuskan pemikiran-pemikiran untuk memperjuangkan kesetaraan, hal kontroversi yang pernah ia lakukan ialah menjadi imam salat pertama dari kalangan kaum wanita. Amina Wadud juga menegaskan bahwa menjadi seorang mufassir itu haruslah kreatif, maka mufassir tidak boleh lepas dari 3 aspek. Yaitu ruang,waktu dan budaya.

Amina Wadud berpijak pada pemahaman bahwa penafsiran itu memiliki nilai relatif, sehingga dalam pemikirannya Amina Wadud menemukan rumusan baru yang membedakan antara agama dan pemikiran agama. Pemikiran tafsir seperti ini terkadang menjadikan agama bersifat absolut yang berarti agama mengandung kebenaran mutlak yang tidak dapat kita ganggu gugat. Sedangkan pemikiran agama itu bersifat relative karna hasil dari teks-teks agama seperti al-Qur’an dan Hadist. Menurutnya hasil pemahaman tersebut masih bisa untuk kita tafsir ulang sesuai dengan konteks zaman sehingga Amina terus berusaha untuk merevisi penafsiran al-Qur’an.

Metode yang Amina gunakan dalam menafsirkan al-Qur’an disebut juga dengan metode kritik historis. Di mana dengan metode ini seseorang akan mengkaji latar belakang budaya yang suatu bahasa miliki, sehingga membedakan antara unsur normatif dan kontekstual. Metode kritik sejarah yang ia gunakan untuk memperkuat teori gendernya mengharuskan pembaca al-Qur’an untuk menganalisis budaya yang melatar belakangi bahasa Arab sebagai media wahyu.

Maka dengan metode ini, kita akan mendapatkan kesimpulan, bahwasanya budaya timur tengah yang memposisikan laki-laki lebih dari perempuan pada zaman dahulu telah mempengaruhi para mufassir klasik dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an.  Pemikiran Amina dalam bidang tafsir yang berbicara tentang perempuan ini melahirkan metode tafsir yang ia beri nama Tafsir Tawhid. Di mana dengan tafsir ini walaupun al-Qur’an itu satu (sama) namun akan melahirkan produk hukum yang berbeda. []

 

 

Tags: amina wadudFeminis MuslimGenderKesetaraanMerebut Tafisir
Swandi Yusuf

Swandi Yusuf

Mahasiswa Pascasarjana UIN Mataram

Terkait Posts

Aktivis Perempuan

Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

10 Juni 2023
Fatimah al-Banjari

Fatimah al-Banjari: Perempuan yang Mengisi Khazanah Kitab Kuning Nusantara

6 Juni 2023
Perkembangan Islam di Gorontalo

Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

3 Juni 2023
Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

2 Juni 2023
Ayu Lasminingrat

Ayu Lasminingrat, Pionir Pendidikan Perempuan dari Sunda

31 Mei 2023
Rayyanah Barnawi

Kenalin Nih, Rayyanah Barnawi: Perempuan Muslim yang Meneliti di Luar Angkasa

30 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kawin Anak

    Dilema Hukum Dalam Kawin Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Invisible Disability dari Drama Korea Doktor Cha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sopo Aruh: Menjaga Persatuan Indonesia dalam Lanskap Kebudayaan Jawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Memberikan Dukungan Kepada Perempuan Korban KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan Berdaya dalam Islam, Merdeka Pikiran, Tindakan, dan Finansial
  • Hak-hak Perempuan di Pesantren
  • Pentingnya Memperhatikan Kesejahteraan Mental Selama Kehamilan
  • Akar Masalah Pekerja Migran
  • Moetiah, Aktivis Perempuan Tertelan Kuasa

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist