Mubadalah.id – Jika merujuk pandangan Imam Malik, guru Imam Syafi’i tentang aqiqah, maka Imam Malik lebih cenderung pada sama-sama satu kambing, untuk bayi laki-laki maupun perempuan.
Pandangan tersebut seperti dalam hadits yang artinya:
Dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa ayahnya, Urwah bin Zubair, selalu melakukan aqiqah untuk anak anaknya, laki-laki dan perempuan, satu kambing saja. Imam Malik berkata,
“Demikian ini adalah tradisi kami dalam hal aqiqah. Bahwa siapa yang ingin melakukan aqiqah bagi anaknya, cukup satu kambing, baik anak laki-laki maupun perempuan.
Praktik aqiqah ini tidak wajib, melainkan sunnah saja. Praktik ini sudah biasa orang-orang kami lakukan. Orang yang melakukan aqiqah sama seperti ibadah kurban, tidak boleh hewan (cacat), seperti hewan yang buta, yang lemah dan kurus kering, yang patah tulang, dan yang sakit.
Daging (aqiqah) tidak boleh dijual sedikit pun, tidak juga kulitnya. Tulangnya juga (tidak) boleh dipatahkan. Keluarga boleh memakan (daging) aqiqah dan menyedekahkannya. Anak (bayi yang di -aqiqah) tidak boleh terkena darah dari hewan tersebut.” (Muwaththa’ Malik, no. 1076).
Dalam beberapa riwayat hadits juga, Nabi Muhammad Saw hanya menyembelih satu kambing untuk aqiqah al-Hasan dan al-Husein (Sunan al-Tirmidzi, no. 1596: Sunan Abu Dawud, no. 2483: Sunan al-Nasa’i, no. 4230, dan Muwaththa’ Malik, no. 1075).
Memang, ada juga riwayat hadits yang menyatakan bahwa aqiqah itu dua kambing untuk bayi laki-laki dan satu kambing untuk bayi perempuan (Sunan al-Tirmidzi, no. 1595, Sunan Abu Dawud, no, 2836: Sunan al-Nasa’i, no. 4229: dan Sunan Ibnu Majah, no. 3282).
Aqiqah Laki-laki Perempuan Cukup Satu
Jika kedua riwayat hadits ini ingin kita amalkan, maka batas minimal aqiqah adalah satu kambing sudah cukup, baik untuk laki laki maupun perempuan.
Jika ingin menambah, tentu boleh dua kambing untuk laki-laki. Tetapi, penambahan ini sama sekali tidak terkait dengan kemuliaan bayi laki-laki dari bayi perempuan. Islam sama sekali tidak mengajarkan pemuliaan seperti ini.
Tentu saja, jika menambah lebih dari satu kambing untuk perempuan. Karena kelapangan yang keluarga miliki, atau karena tamu yang datang lebih banyak, maka itu juga boleh.
Yang prinsip adalah tidak boleh ada pandangan dan tindakan yang merendahkan salah satu jenis kelamin dari yang lain. Justru, aqiqah menjadi isyarat untuk merayakan kehadiran manusia baru.
Karena itu, di tengah budaya dan tradisi yang masih merendahkan anak perempuan, Islam, baik melalui ayat al-Qur’an maupun teks hadits, menegaskan pemihakan dan dukungan kepada perempuan.
Dalam sebuah teks hadits riwayat Imam Bukhari (no. 14039 dan 6061) menyebutkan bahwa jika kita ikut ambil bagian mengasuh dan mendidik anak perempuan. Maka ja akan menjadi perisai dari api neraka.*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.