Mubadalah.Id– Beberapa pekan terakhir, jagat media kita cukup ramai saat muncul berita di salah satu portal online dan televisi soal pelaporan artis Nafa Urbach di kepolisian terkait pelecehan yang diduga dilakukan kelompok pedofil di komentar foto instagram anak kandungnya, Mikhaela. Lantas bagaimana upaya mencegah kekerasan seksual?
Pada sisi lain, beberapa bulan lalu, terbongkarnya sindikat pedofilia/pornografi anak di grup Facebook oleh Polda Metro Jaya, juga sempat menjadi perbicangan hangat yang cukup membuat para orang tua resah dan dihantui rasa takut.
Para pelaku pedofilia di grup tersebut saling berbagi pengetahuan soal bagaimana membujuk anak-anak agar mau menuruti kemauan mereka. Mereka saling berbagi foto-foto anak yang cenderung ke arah pornografi. Komentar-komentar tak senonoh pun bertebaran di sana.
Fenomenaini menjadi indikasi bahwa predator anaksangat mungkin berada di sekeliling kita. Pelakunya bisa siapa saja, bahkan orang yang sama sekali tidak disangka-sangka.
Dalam salah satu koran nasional, Ahli Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Amsterdam, Prof. Dr. Saskia E. Wieringa mengatakan, banyak kasus pemerkosaan yang melibatkan orang terdekat seperti keluarga dengan anak, paman dengan keponakan atau kakek ke cucu, atau di lingkungan sekolah seperti guru dengan murid.
Menurutnya, hal ini disebabkan karena ada unsur kekuasaan yang sangat kental. Sehingga anak tidak bisa berbuat apa-apa karena terlalu takut.
Waspada Kejahatan kekerasan Seksual Pada Anak
Fakta ini mengingatkan para orang tua bahwa pencegahan adalah cara yang paling baik untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Tapi juga jangan sampai melakukan hal ceroboh akibat rasa khawatir yang berlebihan, seperti sembarangan menuduh orang sebagai pedofil tanpa bukti yang kuat.
Sempat viral status facebook seorang laki-laki yang tiba-tiba dituduh (diteriaki) sebagai pedofil oleh seorang ibu tak dikenal di antrean kasir sebuah mini market. Ibu itu mengancam akan melaporkannya ke polisi. Ibu itu mengintip handphone si laki-laki dan terlihat wallpaper hp-nya adalah foto anak kecil. Yang sebenarnya itu adalah foto anaknya sendiri.
Tindakan tersebut tentu sangat ceroboh. Ibu itu telah su’udzon dan mengganggu privasi orang lain. Belum lagi harus menanggung malu jika tuduhannya tidak terbukti.
Jangan pula melarang dan membatasi anak karena kita takut dia menjadi korban kekerasan seksual. Melarang mereka bermain dan bergaul bukan tindakan bijak. Membatasi mereka bukanlah langkah yang baik untuk sebuah cinta kita pada mereka. Lebih baik, orang tua mendampingi dan membekali anak dengan hal yang dibutuhkan agar ia tumbuh menjadi anak yang berdaya dan kuat. Karena Allah berfirman:
“Dan hendaklah takut kepada Allah seandainya meninggalkan -dibelakang kalian- keturunan-keturunan yang lemah, yang mana mereka (para orang tua) merasa khawatir atas kesejahteraan (anak-anaknya). Oleh karena itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Alloh dan mengucapkan perkataan yang benar.”(Q.S. An-Nisa: 9).
Bagaimana upaya mencegah kekerasan seksual?
Di bawah ini ada 8 hal yang dapat orang tua lakukan untuk mencegah anak dari kekerasan seksual sebagaimana yang ada dalam situs keluargakita.com.
- Biasakan untuk mengikuti kata “tidak” atau “stop” dari anak. Misalnya, saat ia menolak dicium atau minta berhenti saat digelitiki. Anak perlu belajar dan mengendalikan dan menghormati kenyamanan tubuhnya.
- Contohkan anak sejak dini untuk membedakan bagian tubuh mana yang aman dan tidak aman untuk disentuh. Sentuhan aman saat jabat tangan atau cium tangan, tidak pada sembarang orang dan sentuhan tidak aman saat memegang bagian tubuh yang tertutup rapat.
- Biasakan anak untuk mempercayai intuisinya terhadap bahaya. Jangan larang anak mendengarkan yang dirasakan. Misalnya, khawatir ketika bertemu orang tertentu.
- Latih spesifik kemampuan anak menghadapi bahaya di tempat umum; berteriak “tolong” dan bukan “bunda/mama”. Hal ini akan membuat orang di sekeliling lebih waspada.
- Bangun perlahan jaringan sosial (lebih dari satu orang) yang ikut menjaga keamanan anak, seperti nenek dan kakak yang bisa menjadi tempat bercerita.
- Ajarkan anak tentang rahasia baik dan rahasia buruk. Apa informasi yang boleh disembunyikan dari orang tua, dan mana yang harus diceritakan walaupun diminta seseorang untuk tidak membocorkannya.
- Tumbuhkan disiplin positif di diri anak tanpa ancaman dan sogokan. Pelaku kekerasan seksual sengaja memilih anak-anak yang rentan yang mudah ketakutan, kecanduan pujian, dan mencari imbalan untuk melakukan sesuatu.
- Pelaku kekerasan biasanya orang yang dikenal. Mereka menggunakan teknik “grooming”, yaitu untuk mendekatkan ke diri anak dan orang tua. Biasakan untuk terbuka dengan anak tentang orang-orang di sekitar.[
Demikian penjelasan terkait tata cara bagaimana upaya mencegah kekerasan seksual. Semoga bermanfaat. (Baca juga: Film Penyalin Cahaya; Perjalanan Pedih Korban Kekerasan Seksual)