• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Berdamai dengan Bencana melalui Pertunjukan Festival Hujan

Berangkat dari sebuah keresahannya terhadap keluhan masyarakat tentang musim hujan yang dianggap sebagai pemicu lahirnya longsor dan datangnya banjir. Lewat kegiatan “Festival Hujan” ini, Zaini dan kawan-kawan ingin mematahkan stigma tersebut.

Yulinar Aini Rahmah Yulinar Aini Rahmah
24/02/2021
in Pernak-pernik
0
Festival Hujan

Festival Hujan

79
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sekitar akhir tahun 2020 tepatnya di bulan Desember, sebuah akun media sosial sekelompok penggiat budaya desa ramai dibagikan hingga memenuhi beranda media sosial saya. Unggahan didalamnya berisi rangkaian kegiatan yang mereka namai dengan “Festival Hujan”. Dengan diiringi rasa penasaran, saya berkesempatan mengunjungi lokasi kegiatan sekaligus berbincang dengan salah satu inisiatornya.

Festival Hujan merupakan rangkaian kegiatan petunjukan seni budaya yang terselenggara di tengah masyarakat Kampung Piji Wetan desa Lawu kabupaten Kudus Jawa Tengah. Berlatar suasana musim hujan, kegiatan ini terselenggara selama 5 hari diakhir bulan Desember dengan 10 tema acara meliputi Performace Art (Video Production), Sekapur Sirih Festival Musim Hujan, Dolanan Musim Hujan, Banyu Bunyi, Kelas dan Hunting Bareng, Ritual Doa Hujan, Haul Gus Dur, Pantomime, Teater Rakyat serta Wedangan.

Salah satu inisiator kegiatan ini adalah seorang pemuda desa bernama Muhammad Zaini yang juga penggiat teater. Keterlibatnnya dengan kegiatan masyarakat sepulangnya merantau kuliah di Semarang mendorong ia dan beberapa pemuda lain berinisiatif mengadakan kegiatan budaya di desanya.

Dengan background keahlian bidang seni teater, Zaini dan kawan-kawan berhasil melahirkan pertunjukan seni budaya yang diangkat dari cerita rakyat seputaran desa Piji Wetan. Dari karyanya ini, beberapa penghargaan akhirnya didapatkan. Pengharagaan tersebut mendorong mereka mengembangkan pertunjukan seni budaya yang tidak hanya sebagai sebuah tontonan yang sekali duduk, melainkan sebagai sarana penggerak masyarakat desa untuk sadar akan budaya.

Selain itu, Zaini juga berangkat dari sebuah keresahannya terhadap keluhan masyarakat tentang musim hujan yang dianggap sebagai pemicu lahirnya longsor dan datangnya banjir. Lewat kegiatan “Festival Hujan” ini, Zaini dan kawan-kawan ingin mematahkan stigma tersebut. Hujan merupakan aktivitas normal alam yang membawa keberkahan sehingga bukan menjadi alasan menghalangi manusia untuk beraktivitas. Dari sinilah ide kesatuan pelestarian budaya dan lingkungan muncul.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

Selanjutnya, Zaini mengungkap kesadaran akan lingkungan didapatkan dari pengamatannya terhadap sekitar. Banjir terjadi tidak serta merta datang secara an sich. Banyak faktor yang memicu kedatangannya. Bagaimanapun manajemen pengendalian banjir harus ditata dari hulu ke hilir. Kampung Piji Wetan yang berada di kaki Gunung Muria memiliki tugas besar sebagai salah satu perwakilan dari wilayah hulu. Oleh sebab itu, masyarakat Kampung Piji Wetan harus sadar diri akan isu banjir ini.

Kesadaran akan pelestarian lingkungan dan budaya melalui seni ini menjadikan Zaini dan kawan-kawan terpacu menggali nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini telah ada. Dari hasil penggalian inilah, Zaini menemukan benang merah ketersambungan kearifan lokal di Kampung Piji Wetan secara khusus hingga kearifan lokal wilayah Kudus secara umum. Nilai kearifan ini oleh Zaini dan kawan-kawan kemudian diangkat dalam rangkaian pertunjukan seni dalam “Festival Hujan” yang melibatkan pemuda kampung Piji Wetan.

Dalam statemennya, Zaini mengatakan bahwa pertunjukan seni budaya yang diangkat dari kearifan dan keterlibatan pemuda ini adalah upaya internalisasi ajaran-ajaran luhur para pendahulu. Masih terlalu dini untuk menjadikan Piji Wetan sebagai sebuah desa wisata. Jika lantas semua itu dilembagakan dalam sebuah nomenklantur “Desa Wisata”, semua orientasi akan fokus pada nilai materi saja.

Zaini lebih memilih fokus kepada pembentukan SDM dan SDA di desa Piji Wetan melalui internalisasi kearifan lokal. Jika keduanya sudah terbentuk, Zaini optimis Kampung Piji Wetan akan menjadi daya tarik wisatawan dengan sendirinya.

Sebagai representasi dari generasi muda, Zaini dan kawan-kawan berupaya melakukan persiapan matang dan branding sedemikian rupa terhadap Kampung Piji Wetan. Penamaan “Festival Hujan” diadopsi dari budaya negara-negara lain. “Jika disana ada Festival di setiap musim, mengapa tidak kita buat juga di Indonesia”, begitu tutur Zaini.

Selain dari sisi tema kegiatan yang menjual, kesiapan branding juga terlihat dari isi konten yang disuguhkan dari akun media sosial Kampung Budaya Piji Wetan baik berupa Instagram maupun Youtube. Kesuksesan branding ini sangat nyata ia rasakan dari banyaknya wartawan dan lembaga-lembaga yang menghubunginya pasca peluncuran “Festival Hujan”. Beberapa dari mereka berkepentingan untuk meliput kegiatan dan beberapa yang lain menawarkan kerjasama.

Di akhir perbincangan, Zaini mengatakan bahwa pada dasarnya semua desa memiliki kearifan masing-masing yang berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka pembentukan karakter masyarakat. Dengan nada merendah, Zaini mengutarakan bahwa kesuksesan “Festival Hujan” Kampung Piji Wetan tidak terlepas dari keterlibatan banyak pihak meskipun ia juga tidak menampik bahwa gerakan yang sedang dirintis ini menghadapi banyak kendala dari pihak internal maupun eksternal. Namun hal itu tidak menyurutkannya untuk terus menggali nilai-nilai kearifan bersama pemuda desa dalam kemasan festival-festival dengan tema berbeda berikutnya. []

 

Tags: Festival HujanIndonesiaKampung Budayakearifan lokalkeberagamanTradisi Nusantara
Yulinar Aini Rahmah

Yulinar Aini Rahmah

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kebangkitan Ulama Perempuan

    Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version