• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Berfatwa dengan Merujuk pada Pengalaman Perempuan

Inilah kisah cerai tebus pertama dalam Islam, yang dalam fiqh disebut sebagai khulu' Kisah lengkap ini adalah rangkuman dari berbagai versi Hadits yang dicatat Imam Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari.

Redaksi Redaksi
11/06/2023
in Hikmah, Pernak-pernik
0
pengalaman perempuan

pengalaman perempuan

687
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sebagaimana dicatat Imam Bukhari dalam Shahih-nya (Hadits nomor 5330), juga kitab-kitab Hadits lain, ada keputusan Nabi SAW yang begitu empatik dan suportif terhadap pengalaman perempuan.

Di antaranya adalah mengenai seorang perempuan bernama Habibah bint Sahl Ra. Dia adalah istri seorang sahabat terpandang, tokoh panutan, dan orator ulung penduduk Madinah, Tsabit bin Qays bin Syammas al-Anshari al-Khazraji Ra.

Dalam sebuah riwayat Hadits disebutkan, bahwa Habibah tiba-tiba datang ke rumah Rasulullah SAW. Saat Nabi SAW membuka pintu rumah, dijumpai ada seorang perempuan. “Siapa ini?” kata Nabi SAW. “Habibah bint Sahl,” jawab sang perempuan.

“Ada keperluan apakah gerangan?,” tanya Nabi SAW.

“Aku istri Tsabit bin Qays ra, ya Rasul, aku tidak sanggup lagi menjadi istri dia. Sekalipun akhlak dia baik dan ibadah dia juga bagus, tetapi aku tidak sanggup serumah dengannya.”

Baca Juga:

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

“Maumu apa?” tanya Nabi SAW. “Aku tidak menyalahkannya, tetapi aku sendiri yang ingin bercerai darinya, karena tidak sanggup hidup bersama. Khawatir malah aku berperangai buruk kepadanya,” jawab Habibah tegas.

Lalu, Nabi SAW memanggil suaminya, Tsabit bin Qays ra, dan menyarankannya untuk menceraikan istrinya tersebut. Perceraian pun terjadi dengan tebusan sebidang tanah yang awalnya diterima Habibah sebagai mahar, kemudian dikembalikan kepada Tsabit.

Kisah Fatwa Perempuan

Inilah kisah cerai tebus pertama dalam Islam, yang dalam fiqh disebut sebagai khulu’ Kisah lengkap ini adalah rangkuman dari berbagai versi Hadits yang dicatat Imam Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bari.

Dua teks riwayat dari kitab-kitab Hadits utama kiranya perlu kita turunkan di sini. Sisanya, pembaca bisa merujuk sendiri pada berbagai kitab Hadits.

Kaya Dari Ibn Abbas ra, berkata: Ada seorang perempuan, istri dari Tsabit bin Qays, datang menemui Rasulullah SAW, dan berkata, “Wahai Rasul, saya tidak mencela agama maupun akhlak Tsabit (suamiku). Tetapi saya tidak kuat (hidup bersama)-nya.”

Nabi SAW (menerimanya) dan bertanya, “Maukah kamu kembalikan kebun (yang dulu Tsabit berikan kepadamu)?” Sang perempuan menjawab, “Ya, mau.” (Shahih Bukhari, Hadits nomor 5330).

Hadist lain menyebutkan:

Dari ‘Amrah bint Abdurrahman, dia memperoleh cerita langsung dari Habibah bint Sahl al-Anshari ra : Saat itu, Habibah adalah istri dari Tsabit bin Qays bin Syammas ra.

Suatu hari, di saat masih pagi gelap, Rasulullah SAW keluar rumah untuk shalat Subuh dan mendapati Habibah berada di pintu rumah Nabi SAW.

“Ada apa?” tanya Rasul. “Saya tidak ingin lagi bersama Tsabit bin Qays,” jawab Habibah tentang suaminya itu.

Lalu suaminya, Tsabit bin Qays, juga datang. Nabi SAW berkata kepadanya, “Ini Habibah, istrimu, menginginkan sesuatu (berpisah darimu).”

Habibah menambahkan, “Wahai Rasul, semua yang dia berikan padaku masih aku simpan (dan bisa aku berikan lagi kepadanya, asal aku bisa pisah).” Lalu Rasulullah SAW berkata kepada Tsabit, “Ya sudah, kamu terima saja harta(mu) yang ada pada istrimu itu.”

Maka Tsabit menerima harta itu, Habibah pun (menjadi cerai) dan pindah ke rumah keluarganya. (Muwaththa’ li Malik, Hadits nomor 1187).

Dalam kisah ini jelas sekali Nabi SAW mendengar dan merujuk pada apa yang perempuan alami dan rasakan dalam kehidupan pernikahannya.

Karena prinsip pernikahan itu untuk mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ketika seorang perempuan menemukan sebaliknya, Nabi SAW memutuskan hukum yang merujuk pada pengalaman perempuan yang nyata itu. Inilah contoh fatwa yang merujuk dan percaya pada pengalaman seorang perempuan. []

Tags: BerfatwaMerujukPengalamanperempuanulama perempuan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version