• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Bolehkah Seorang Ibu Mengeluh?

Ada banyak ibu yang tidak bisa mengekspresikan rasa lelahnya. Malu mengeluh takut dibilang bukan ibu kuat dan bukan ibu tegar. Rasa lelahnya ia simpan sendiri. Rasa jenuhnya ia kuburkan sendiri, katanya “lelah menjadi lillah”.

Uswah Syauqie Uswah Syauqie
21/01/2023
in Personal
0
Ibu Mengeluh

Ibu Mengeluh

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Wong wedok nek mari tandang gawe, ngramut anak bojo, masak, trus sambat, derajate diunggahno karo Pengeran”.

“Orang perempuan, kalau habis bekerja, merawat anak dan suami, masak, kemudian mengeluh, maka derajatnya diangkat oleh Tuhan.” KH. Husein Ilyas

Mubadalah.id – Sebelum menjawab pertanyaan judul di atas, bolehkan seorang ibu mengeluh, mungkin kamu bertanya-tanya (tidak perlu pakai nada Alif Cepmek), mengapa seorang Kyai justru menyarankan santri-santrinya terutama ibu-ibu untuk sambat? Bukannya menasihati untuk tetap ikhlas menjadi ibu dengan tugas-tugas domestik. Meskipun perempuan bukan makhluk domestik(?). Begitulah beliau, KH. Husein Ilyas, kyai yang kharismatik dari Mojokerto, usianya hampir 1 abad. Segala dawuhnya sarat makna.

Dua kali aku mendengarkan nasihat tersebut, nasihat yang begitu indah dari murabbi ruhina. Nasihat yang menjadi rintik nurani bagi mereka, ibu-ibu yang lelah, bangun lebih awal dan yang tidur paling akhir. Namun tetap tampak biasa sebab trahnya yang “wani tapa”, kuat tirakat, anti “sambat”. Bahkan mengeluh menjadi suatu hal yang dihindari bagi perempuan.

Atas nama supermom, perempuan multitasking, perempuan itu sumber kekuatan, perempuan itu serba bisa, yang sejatinya semua hal itu lahir hanya demi menguatkan legitimasi bahwa perempuan itu makhluk domestik yang perkasa.

Awalnya aku menangkap dawuh dari Kyai Husein Ilyas sebagai sebuah lafal mantuq yakni “mengeluh saja dinaikkan derajatnya”, mafhum-nya adalah “apalagi tidak mengeluh. Maka derajatnya akan lebih naik lagi”. Namun lagi-lagi tidak semua kalimat itu perlu kita tafsirkan dengan mencari mafhum-mafhum di luar lafal.

Mengeluh Kurangi Beban Psikologis

Ada banyak ibu yang tidak bisa mengekspresikan rasa lelahnya. Malu mengeluh takut dibilang bukan ibu kuat dan bukan ibu tegar. Rasa lelahnya ia simpan sendiri. Rasa jenuhnya ia kuburkan sendiri, katanya “lelah menjadi lillah”. Kalau mengeluh mendapat respon “zaman dahulu anaknya banyak-banyak, gak ada yang depresi, gak ada yang ngeluh.” Kemudian kurang iman menjadi aksesoris terburuk yang didekorasikan pada sosok ibu yang baby blues, dan post partum depression.

Baca Juga:

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Peran Penting Ayah di Masa Ibu Menyusui

Aku pun paham dengan dawuh beliau, mengapa Tuhan menaikkan derajat perempuan yang mengeluh? Karena mengeluh adalah salah satu cara melepaskan emosi negatif dalam diri. Membuang dosa-dosa overthinking pada Tuhan dengan mengeluh dapat mengurangi beban psikologis, dengan berbagi keluh kesah mampu mencurahkan apa kegelisahan kita. Memendam beban berat dalam hati tidak selamanya sehat bagi jiwa. Hanya saja yang perlu kita perhatikan adalah porsinya, maka mengeluhlah dengan sebaik-baik keluh kesah.

Aku sih no jadi supermom. Aku ibu yang B aja. sambato reeeek sambatooo gak popo. Tulisan ini hadir sebab rindu kepada beliau, murabbi ruuhinaa, KH. Husein Ilyas. Atholallahu umrohu fi sihhatin wa ‘afiah, wa a’aada ‘alaina min barokatihi wa asroorihi wa uluumihi fiddaroini, Al-Fatihah. []

Tags: beban gandaIbuibu rumah tanggakeluargaKH Husein Ilyas
Uswah Syauqie

Uswah Syauqie

Santri yang mengabdi di Pesantren Al-Azhar Kota Mojokerto, direktur Aplus Publishing, penulis dan editor liar, kakak admin Perempuan Membaca, pecandu kopi stadium lanjut.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version