• Login
  • Register
Jumat, 1 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Perempuan, Islam, dan Negara: Melihat Perkembangan Perempuan di Pesantren

Buya Husein menegaskan, sekarang juga sudah banyak pesantren yang didirikan khusus bagi perempuan yang disebut dengan istilah kulliyatul muta'allimat

Shobihah Mustahdiyah Shobihah Mustahdiyah
05/11/2023
in Buku
0
Perempuan Islam dan Negara

Perempuan Islam dan Negara

727
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul buku : Perempuan, Islam, dan Negara
Penulis : KH. Husein Muhammad
Penerbit : IRCiSoD
Cetakan pertama : Januari, 2022

Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu, saya telah membaca buku Perempuan, Islam, dan Negara karya KH. Husein Muhammad. Buku ini, bagi saya sangat menarik untuk dibahas, karena Buya Husein sebagai salah tokoh yang menyuarakan pesan kesetaraan gender itu begitu kuat beliau tuliskan di dalam buku ini.

Ada banyak sekali tema yang Buya Husein tulis dalam buku Perempuan, Islam dan Negara. Hingga akhirnya ada salah satu tema yang membuat saya tertarik untuk membahasnya, tema tersebut adalah tentang perempuan di pesantren.

Buya Husein menyebutkan di dalam bukunya, bahwa awal mula adanya santri perempuan di pondok itu pada perkiraan akhir tahun 1920 atau awal 1930-an, yang bertempat di bawah naungan KH. Bisri Sansuri, Pesantren Denanyar, Jombang.

Berbeda dengan pandangan Buya Husein, Zamakhsyari Dhofir berpendapat mengenai awal mula masuknya perempuan di pesantren.

Ia mengatakan di dalam bukunya yang berjudul Tradisi Pesantren, bahwa pondok pesantren perempuan sudah ada lebih dahulu, yaitu sejak tahun 1910-an. Namun, hal ini tidak banyak diungkapkan dan tidak banyak data yang menyebutkannya.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama
  • Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual
    • Pesantren Perempuan

Baca Juga:

Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok

4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren

Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama

Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan, karena pada saat itu, perempuan yang masuk untuk belajar di pesantren masih dianggap tidak lazim, bahkan mungkin dipandang melangkahi aturan agama. Serta adanya kekhawatiran tidak bisa menjaga dengan baik.

Misalnya, berbagai tuduhan kepada para santri perempuan adalah anggapan bahwa pesantren yang membuka untuk belajar para santri perempuan sangat bertentangan dengan pandangan tradisional, pesantrennya tidak akan pernah maju, dan sebagian besar menganggap bahwa pesantren adalah hanya menjadi tempat belajar bagi para santri laki-laki.

Oleh sebab itu, kehadiran para santri perempuan yang belajar di pondok pesantren masih sebagian orang anggap bahaya.

Pesantren Perempuan

Namun, semua pandangan tersebut, Buya Husein bantah dan menurutnya tidak masuk logika. Karena pesantren, bagi Buya Husein merupakan tempat belajar yang sangat terbuka baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Pesantren kata Buya Husein sangat menerima nilai-nilai keadilan dan kesetaraan gender. Serta menerapkan pendekatan kolektif terhadap khazanah fiqh perempuan, fiqh pernikahan dan fiqh keluarga.

Bahkan, seiring berjalannya waktu, sudah banyak pesantren yang memberi tempat bagi para perempuan untuk mengaji dan mendalami ilmu agama sebagaimana santri laki-laki.

Bahkan perkembangan pesantren sebagai tempat belajar bagi para perempuan saat ini, sudah pada tingkat setara. Terlebih, di beberapa pesantren, jumlah santri perempuan bisa lebih banyak dari santri laki-laki.

Lebih dari itu, Buya Husein menegaskan, sekarang juga sudah banyak pesantren yang didirikan khusus bagi perempuan yang disebut dengan istilah kulliyatul muta’allimat (pendidikan untuk santri perempuan).

Dengan begitu, kehadiran para santri perempuan di pondok pesantren sebaiknya kita berikan apresiasi, dorongan dan dukungan kepada mereka. Karena dalam pendidikan, perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-laki. []

Tags: bukuislamNegaraperempuanPerkembanganpesantren
Shobihah Mustahdiyah

Shobihah Mustahdiyah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Memori Tubuh Kami

Buku Memori Tubuh Kami: Buramnya Liputan Kekerasan dan Diskriminasi

28 November 2023
Novel Arok Dedes

Isu Feminisme dan Politik dalam Novel Arok Dedes

24 November 2023
Islam Pesantren

Buku Islam, Pesantren dan Pesan Kemanusiaan: Pentingnya Menghormati Mereka yang Berbeda

6 November 2023
Fiersa Besari

Buku Arah Langkah: Menyusuri Keindahan Indonesia bersama Fiersa Besari

2 November 2023
Perempuan Nikah Mut'ah

Menyoal Nikah Mut’ah yang Merugikan Perempuan

2 November 2023
Sister Fillah You’ll Never be Alone

Buku Sister Fillah You’ll Never be Alone: Melihat Kesadaran Kecil Perempuan

2 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Hanya Perempuan, Laki-laki juga Rentan Menjadi Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menengok Toleransi Ideal Ala Muslim dan Hindu di Pulau Lombok
  • 4 Solusi Alternatif untuk Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Pesantren
  • Konflik Relasi Ibu dan Anak Perempuan (dewasa) nya
  • Ini 4 Tips Mencegah Kekerasan Seksual di Kampus
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist