Mubadalah.id – Sebelum berbicara lebih lanjut tentang subtansi tulisan ringan ini, penulis ingin memberikan klarifikasi lebih awal tentang tujuannya untuk membuka miskonsepsi keperawanan dan tips-tips untuk lebih mencintai dan mengenali diri sendiri sebelum berkelana dengan namanya cinta dan bercinta. Tulisan ini merupakan refleksi dari sebuah buku karya Dea Safira dengan judul “ Sebelum Perempuan Bercinta”.
Merefleksikan isu-isu sosial yang masih berlalu-lalang di sekitar kita ialah tentang pentingnya keperawanan sebelum nikah hingga kebingungan perempuan akan tubuh dan seksualitasnya. Point-point tersebut hanya sebagian kecil dari dampak budaya patriarki.
Di awal bacaan, Dea Safira membentangkan fakta bahwa masih banyak dari kita yang terbendung dan terperangkap pada konsep kepemilikan tubuh perempuan adalah milik laki-laki baik calon suami maupun ayah. Normalisasi konsep ini justru berpotensi pada kekerasan terhadap perempuan yang dapat dimulai dengan manipulasi laki-laki akan ketidakberdayaan perempuan. Ketidakberdayaan itu ditandai dengan kegagapan seseorang ketika mendapat pendekatan seksual, bertahan dalam lingkaran kekerasan, hingga menyalahkan diri sendiri.
Untuk membedah masalah-masalah tersebut Dea Safira membaginya menjadi lima point yang setiap pointnya sangat sayang untuk terlewatkan. Point tersebut dimulai dari pemaknaan seks, seks sebenarnya dan seks tanpa paksaan, panduan perempuan untuk menikmati seks, keperawanan dan seks pertama hingga kontrasepsi.
Dari point-point tersebut menurut hemat penulis isinya super daging dan wajib dibaca untuk perempuan yang masih terperangkap dengan konsep-konsep patriarki. Akan tetapi di dalam tulisan ini penulis hanya membahas beberapa point dan selebihnya bisa dibaca dan dipahami dengan menjelajahi isi buku Sebelum Perempuan Bercinta.
Nampak dari judul saja sudah sangat menarik untuk dibaca karena isinya kurang lebih tentang nasihat yang tidak hanya dikhususkan bagi perempuan. Nasihat pertama yang dapat penulis simpulkan ialah tentang bagaimana mengenalkan perempuan pada keajaiban dan kehebatan tubuhnya. Salah satu caranya ialah dengan tidak mengenalkan pada hal-hal yang membebankan perempuan, ancaman-ancaman dan hal menakutkan lainnya.
Flashback pada hal-hal yang masih terjadi saat ini, seringkali perempuan ketika telah menstruasi dibayangi tentang “awas hamil” ketika dekat dengan laki-laki, ketika sudah menikahpun lahir kembali asumsi untuk memberikan kuasa tubuhnya kepada laki-laki.
Dari sini kita perlu mengenalkan pada anak untuk bertanggung jawab pada tubuhnya sendiri, kenalkan pada seks sehat, kenalkan pada laki-laki untuk menghargai perempuan, kenalkan pada batasan umur dan kematangan diri, kenalkan pada kesadaran tanpak paksaan, kenalkan pada nama-nama bagian tubuhnya, kenalkan pada perasaan marah, sedih, terkhianati apabila ruang pribadinya dicampuri tanpa seizinnya serta kenalkan pada sikap berani membela diri apabila ada orang lain yang mengalami hal serupa.
Nasihat kedua ialah banyaknya remaja yang dilema akan makna seks dan cinta. Berbicara masalah seks tentu berbeda jauh dengan masalah cinta. Cinta tidak harus dengan seks karena seks merupakan kebutuhan dasar manusia, jelas berbeda keduanya. Sayangnya, banyak fenomena menunjukkan bahwa pasangan yang sedang dibalut asmara terbius rayuan seks yang dipayungi cinta. Kalau cinta tidak seharusnya membuatmu merasa bersalah, tertekan dan perlu memberikan apapun. Cinta itu tentang perasaan untuk saling menghargai dan menghormati prinsip.
Seks sejatinya dapat menjadi sarana untuk memuaskan tubuh tapi seks juga dapat menjadi sarana untuk memanipulasi cinta (mengontrol atau mengejar seseorang). Di lain sisi seks tanpa cinta juga banyak terjadi, oleh sebab yang perlu digaris bawahi adalah menghadirkan kesadaran penuh akan sebuah perasaan.
Selanjutnya ialah perbedaan antara konsensus dan pemerkosaan. Penulis sepakat dengan konsep yang dibawa Dea Safira bahwa seks yang baik dan bertanggung-jawab itu dengan izin, sementara seks untuk meniadakan penindasan dan penaklukan itu pemerkosaan.
Konsensus di sini lebih diartikan pada adanya izin dari kedua belah untuk melakukan aktivitas seksual. Pentingnya izin dalam melakukan hubungan seksual menjadi bukti akan hadirnya rasa saling menghargai prinsip pasangan.
Hal itu dapat ditunjukkan dengan pertanyaan dan respon hingga ekspresi wajah. Sudah seharusnya permintaan izin menjadi aktivitas yang menyenangkan bahkan perlu untuk dilanggengkan, point pentingnya ialah agar seks tidak menjadi sarana penaklukan perempuan dengan tidak melibatkan asumsinya.
Masih berbicara seputar seks, ternyata perempuan masih diselimuti dengan mitos-mitos yang menyudutkan perempuan. Salah satunya ialah masalah masturbasi. Mitos-mitos tersebut seperti masturbasi bikin rahim kering, bikin vagina kendor, masturbasi pakai jari bisa hamil dan lain sebagainya.
Masturbasi jelas tidak akan membuat perempuan kehabisan cairan yang kemudian membuat rahim kering, kesulitan perempuan untuk hamil bukan karena masturbasi melainkan adanya kelainan yang harus dikonsultasikan dengan dokter.
Masturbasi juga tidak membuat perempuan hamil karena kehamilan itu terjadi karena adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma melalui hubungan seksual. Masturbasi juga tidak hal yang tabu apabila dilakukan oleh perempuan selama dilakukan dengan media yang aman, bersih dan wajar.
Terakhir ialah tentang nasihat dalam memilih pasangan seks yang bijak. Sebenarnya belum ada panduan yang pasti dalam memilih pasangan. Hanya saja Dea memberikan warning agar kita tidak terjebak dalam rayuan dan manipulasi atau janji pernikahan.
11 Point Sebelum Memilih Pasangan Hidup Menurut Dea Safira
Ada 11 point yang perlu kita perhatikan sebelum memilih pasangan seks ataupun pasangan hidup. Berikut panduannya:
(1) percaya dengan instingmu, point pentingnya ialah hargai suara kecil yang ada di belakangmu karena biasanya itu menjadi media deteksi bahaya, (2) waspada manipulasi, manipulasi bisa dengan kisah sedih yang tidak ada habisnya yang selanjutnya membuatmu merasa simpati.
(3) membuatmu merasa bersalah jika tidak melakukan hubungan seksual, hal ini sering diikuti dengan ancaman yang menyudutkanmu dan membuatmu tidak aman, (4) perhatikan tanda narsistik, ini dapat dilihat dari caranya membanggkan dirinya sendiri yang sebagian besar direkayasa tujuannya ialah untuk memancing perhatian.
(5) baik kalau ada maunya (6) pembicaraan kalian Cuma soal seks tentang dirinya bukan dirimu, (7) terbuka dengan sejarah seksualnya, (8) tidak mau menggunakan kondom, (9) tidak menghargai batasanmu.
(10) pastikan kamu berada di posisi aman, (11) agar tidak kecewa dan bergantung setelah berhubungan seksual, maksudnya ialah kita harus membekali diri dengan pengetahuan yang cukup terlebih dahulu agar dapat bertanggung jawab atas diri kita sendiri.
Point-point ini hanya sebagian kecil dari keajaiban buku Sebelum Perempuan Bercinta. Sebab menghadirkan spoiler tidak lebih indah dari membaca dan menyelaminya sendiri. Sebelum menutup tulisan ini, penulis menemukan kalimat yang supermagic bahwa kita tidak akan pernah bahagia jika menaruh dan mengikuti standa orang lain, kita harus bisa memberdayakan diri dengan mengubah cara pandang.
Selamat mencintai dan menerima diri sendiri. Terimakasih mbak Dea Safira telah malahirkan buku yang super keren. Semoga pembaca menikmati tulisan ringan ini. Terimakasih. []