• Login
  • Register
Sabtu, 1 April 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Digitalisasi Tradisi Keilmuan Melalui Kelas Intensif Ramadan

Di era digital ini, tradisi pasaran saat Ramadan juga bisa dilakukan santri dengan mencari kajian-kajian intensif yang banyak bertebaran di sosial media.

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
20/04/2021
in Pernak-pernik
0
Ramadan

Ramadan

91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salah satu dampak covid-19 adalah masyarakat Indonesia terbiasa dengan hal-hal yang berbau digital. Tentunya ini bukan hal yang buruk, karena segala hal yang terbiasa dilakukan secara konvensional, bisa dikerjakan lebih simple dan fleksible dengan bantuan teknologi digital. Hal inipun dimanfaatkan oleh mubadalah bekerjasama dengan beberapa lembaga lainnya mengadakan kelas intensif ngaji Ramadan 1422 H melalui media virtual.

Meskipun diadakan secara virtual, namun ruh ngaji ala pesantren tidak hilang dalam kelas intensif ini. Menurut Nyai. Hj. Badriyah Fayumi sebagai ketua Majelis Musyawarah KUPI menyatakan bahwa santri masa kini harus adaptif terhadap perubahan zaman. Namun tidak boleh meninggalkan tradisi kelimuwan pesantren yang telah hidup secara turun temurun.

Tradisi kelimuan pesantren yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dijelaskan oleh  Nyai. Hj. Badriyah Fayumi dalam acara pembukaan kajian intensif ngaji Ramadhan 1422 H sebagai berikut ini;

Pertama, tradisi pengembara ilmu atau rihlah amaliyyah. Yaitu tradisi berkeliling antar negara untuk menemui seorang guru dan mendalami kelimuwan yang sedang didalami. Contohnya adalah bagaimana Imam Bukhori berkelana dari kota kelahirannya menuju di Bukhoro Uzbekistan menuju Syam, Mesir, Aljazair, Makkah, Madinah Kufah, dan Bagdad. Pengembaraan ini beliau lakukan untuk memastikan bahwa hadits yang beliau riwayatkan benar-benar memiliki sanad yang menyambung.

Di Indonesia tradisi mengembara ini dilakukan oleh Abdul Wahid Hasyim putra dari KH. Wahid Hasyim. Beliau mengembara dari satu pesantren ke pesantren lain di Indonesia dengan tujuan ngalap (mencari) berkah kyai.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Baca Juga:

Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Tradisi ini tentunya adalah tradisi yang bernilai positif, maka harus dilestarikan sampai kapanpun. Dengan tradisi ini pula, seorang penimba ilmu diajarkan untuk tidak cepat puas dengan suatu ilmu yang diapatkan. Namun memiliki semangat haus ilmu sehingga terus mencari sampai ia merasa cukup. Di era sekarang ini, para santri milenial dimudahkan untuk mengembara ilmu dengan hanya duduk didepan PC ataupun perangkat handphone yang dilengkapi dengan akses internet.

Kedua, Ngaji pasaran. Ini adalah ngaji yang khusus dilakukan di bulan puasa. Istilah ini berasal dari tradisi Jawa Timur yang terbiasa mengadakan ngaji khusus di bulan Ramadan. Dalam ngaji ini, santri bebas memilih kitab apa yang akan digunakan dan kepada siapa santri tersebut mengaji. Berbeda dengan ngaji khas pesantren di luar Ramadan, ngaji pasaran ini dilakukan lebih singkat karena targetnya adalah meng-khatam-kan kitab tersebut dalam waktu yang relative singkat.

Sama dengan tradisi pengembara ilmu, tradisi nusantara berupa ngaji pasaran ini juga harus dilestarikan. Di era digital ini, tradisi pasaran saat Ramadan juga bisa dilakukan santri dengan mencari kajian-kajian intensif yang banyak bertebaran di sosial media. Menentukan untuk mengaji kitab apa dan dibawah bimbingan ustadz siapa.

Dalam kajian intensif Ramadan mubadalah kali ini, akan membahas kitab manba’us sa’adah  yang ditulis oleh Dr. Faqih Abdul Kodir. Kitab tersebut berisi tentang pokok-pokok pikiran tentang akhlak karimah. Sebagai bapak mubadalah nasional, tentunya kajian dalam kitab tersebut dikorelasikan dengan relasi suami dan istri serta peran keduanya dalam membentuk akhlakul karimah. Hal ini disebabkan karena pembinaan akhlakuk karimah tertanam pertama kali dalam keluarga.

Kitab manba’us sa’adah ini hadir untuk menjawab kebutuhan bagi pesantren-pesantren untuk mengaji dan bagi masyarakat Indonesia secara umum. Kitab ini juga memberi perspektif baru tentang bagaimana membangun hubungan rumah tangga yang bahagia. Karena kebahagiaan adalah bagian dari ibadah, maka menikah juga harus bahagia.

Kebahagiaan tersebut harus dirasakan oleh seluruh anggota keluarga, baik suami istri maupun anak. Maka kitab menjadi salah satu alternatif pedoman bagi siapapun untuk merubah aku dan kamu menjadi kita, dan memahami konsep kesalingan dalam keluarga untuk mencapai kebahagiaan.

Ngaji pada kajian intensif ini juga berbeda karena akan diisi oleh ulama perempuan seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi ulama perempuan yang memiliki kapabilitas luar biasa. Kajian akan dilakukan selama 20 hari kedepan, dan akan dikaji selama kurang lebih 2 jam per sesi.

Semua santri yang hadir dalam kajian ini juga diminta untuk selalu aktif mengikuti setiap sesi yang ada. Sedangkan kitab manba’us sa’adah disebarkan melalui media virtual. Dan proses mengaji disajikan dalam bentuk talk show. Sedikit berbeda dengan tradisi ngaji konvensional, namun Nyai. Hj. Badriyah Fayumi mengingatkan untuk tidak meninggalkan niat dan teknik ngaji konvensional. Yaitu ditujukan untuk ngalap (mencari) berkah para kiai dan dilakukan dengan penuh kerendahan hati dan tetap menjaga etika antara murid dan guru. []

 

 

 

Tags: Kelas Intensif RamadanKongres Ulama Perempuan IndonesiaRamadan 1442 Hulama perempuan
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Tujuan menikah

Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri

1 April 2023
Momen Ramadan

Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

1 April 2023
Sarana Menikah

Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

1 April 2023
kerja rumah tangga

Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

1 April 2023
Pekerjaan rumah tangga suami istri

Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

1 April 2023
Rumah Tangga

Hadis Relasi Rumah Tangga

31 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerjaan rumah tangga suami istri

    Pekerjaan Rumah Tangga Bisa Dikerjakan Bersama, Suami dan Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kiprah Nyai Khairiyah Hasyim Asy’ari: Ulama Perempuan yang terlupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Antara Israel, Gus Dur, dan Sepak Bola Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menikah Harus Menjadi Tujuan Bersama, Suami Istri
  • Momen Ramadan, Mengingat Masa Kecil yang Berkemanusiaan
  • Menikah Adalah Sarana untuk Melakukan Kebaikan
  • Kasus KDRT: Praktik Mikul Dhuwur Mendem Jero yang Salah Tempat
  • Nabi Muhammad Saw Biasa Melakukan Kerja-kerja Rumah Tangga

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist