• Login
  • Register
Kamis, 11 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Manba’ussa’adah; Makanan Sehat, Halal dan Baik itu Hak Manusia

Ibu Nyai Rahmi menyampaikan bahwa setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, baik dan halal.

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
18/04/2021
in Personal
0
Manba'ussa'adah

Manba'ussa'adah

148
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sabtu, 17 April 2021 adalah hari pertama kelas intensif ramadan, 20 hari ngaji kitab Manba’ussa’adah bersama 20 ulama perempuan Nusantara. Kitab ini adalah salah satu karya Dr. Faqih Abdul Kodir.

Senang sekali rasanya bisa mengikuti kajian ini. Selama ini, setiap bulan ramadan orang yang sering tampil di publik memberikan ceramah, baik di masjid, televisi, atau media sosial lebih banyak para ulama laki-laki. Padahal, banyak juga ustadzah-ustadzah di Indonesia yang mempunyai kapasitas yang sama, bahkan mungkin pengetahuannya justru lebih banyak, terutama soal isu pengalaman perempuan.

Selain itu, saya juga sangat senang dengan apa yang disampaikan oleh Pak Faqih dalam acara pembukaan dan pengantar pada Jum’at, 16 April 2021 kemarin. Beliau menyampaikan bahwa arti dari kata “Manba’ussa’adah” sendiri adalah telaga kebahagiaan. Dalam perspektif mubadalah bahagia itu adalah ibadah, dan berhak untuk dirasakan serta didapatkan oleh perempuan juga laki-laki.

Oleh karenanya, hal apapun di dunia ini yang sifatnya membahagiakan harus dirasakan oleh keduanya. Tidak bisa, hanya oleh salah satunya saja, karena hidup itu perlu kesalingan. Menurut saya prinsip dasar ini juga penting untuk kita yakini bersama, supaya laki-laki dan perempuan dapat hidup dengan saling memberi dan menerima kebaikan.

Adapun tema hari pertama dalam kelas intensif ramadan tersebut adalah tentang “Hak Tubuh: mengkonsumsi makanan sehat dan halalan thayyiban” yang disampaikan oleh Nyai. Hj. Rahmi Kusbandiyah dan dimoderatori oleh Kak Andi Nur Faizah.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Waspadai Relasi Manipulatif! Salah Satu Pemicu Kekerasan
  • Bagaimana Kita Bisa Menakar Harga Mahar?
  • Mengenal Istilah Extend di Dunia Kerja, dan Payung Hukum yang Menaunginya
  • Pesan Mubadalah dalam Prosesi Pernikahan Baginda Nabi dengan Khadijah

Baca Juga:

Waspadai Relasi Manipulatif! Salah Satu Pemicu Kekerasan

Bagaimana Kita Bisa Menakar Harga Mahar?

Mengenal Istilah Extend di Dunia Kerja, dan Payung Hukum yang Menaunginya

Pesan Mubadalah dalam Prosesi Pernikahan Baginda Nabi dengan Khadijah

Ibu Nyai Rahmi menyampaikan bahwa setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, baik dan halal. Tentu saja yang dikatakan dengan halal ialah makanan yang boleh dikonsumsi menurut ketentuan syari’at Islam.

Sementara makanan sehat dan baik ialah makanan yang bisa mendatangkan kebaikan dan kesehatan bagi tubuh manusia. Ibu Nyai Rahmi juga menegaskan, makanan yang sehat, baik dan halal itu bisa dilihat dari tiga hal. Yaitu dzatnya atau wujudnya baik, cara memperoleh serta mengolahnya juga baik.

Selama mendengarkan kajian tentang tema ini, pikiran saya langsung travelling ke mana-mana. Pasalnya, saya menyaksikan betul dalam kebanyakan keluarga, perempuan kerapkali diabaikan dalam hal ini. Misalnya, perempuan yang sedang hamil  dan menyusui seringkali disebut lebay ketika dianjurkan oleh dokter untuk banyak mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat.

Kasus seperti itu banyak terjadi di kampung halaman saya. Di sana guyonan tentang perempuan lebay, lemah dan banyak maunya sering terjadi. Terutama pada perempuan yang tengah hamil dan menyusui, dan mereka meminta suaminya untuk membeli makanan yang sehat, seperti buah-buahan atau daging.

 

 

Manba'ussa'adah

 

Padahal, jika melihat pemaparan Ibu Nyai Rahmi di atas, semua orang berhak mengkonsumsi makanan yang sehat, terlebih bagi perempuan yang sedang menjalankan fungsi refroduksinya, seperti hamil dan menyusui. Dengan syarat tetap harus memperhatikan tiga hal di atas dan sesuai dengan kebutuhan. Artinya tidak berlebihan.

Di sisi lain, saat ini harusnya kita sudah mulai belajar untuk ber-empati pada pengalaman perempuan. Karena seperti kata Ibu Nur Rofiah dalam Ngaji KGI “perempuan iu mempunyai pengalaman biologis yang khas, yang sangat jauh berbeda dengan laki-laki”. Jadi, stop lah guyonan-guyonan tidak be-akhlak seperti itu. Becandamu enggak lucu.

Selain kasus di atas, dalam tradisi “munggahan” di kampung saya, perempuan juga seringkali mengalami pembedaan. Dalam tradisi tersebut kami di masing-masing keluarga biasa melakukan hal-hal menyenangkan seperti piknik dengan bekal makanan yang enak-enak dan sehat, berziarah ke makam leluhur, membersihkan lingkungan dan ngumpul sambil makan-makan di rumah orang tua atau anak yang paling besar.

Seperti pemandangan pada umumnya, orang yang menyiapkan makanan-makanan tersebut adalah para perempuan. Tetapi, ketika kegiatan ngariung atau makan bersama, perempuan biasanya tidak ikut makan bareng. Karena alasan, mendahulukan laki-laki, sibuk menyuapi anak, beberes dan mencuci perabotan dapur.

Sepanjang yang saya ketahui, biasanya perempuan akan makan setelah laki-laki selesai makan. Dan hanya akan makan sisa makanan yang tersisa, walaupun hanya tinggal sedikit atau malah makanan yang menurut kami enak dan sehat itu telah habis. Duh, ya Allah. Kok sedih ya menjadi perempuan di lingkungan patriarki seperti itu.

Dengan begitu, saya sangat senang dan ikut mengapresiasi kegiatan ngaji kitab Manba’ussa’adah dengan perspektif yang ramah perempuan ini. Karena saya berharap setelah banyak orang yang tahu dan paham tentang kemanusiaan dan persamaan hak laki-laki dan perempuan, kejadian-kejadian yang saya ceritakan di atas, tidak akan terjadi lagi di tempat lain. Dan tradisi-tradisi yang mengabaikan hak perempuan secara perlahan akan menghilang. Sehingga kita semua bisa sama-sama menciptakan dan merasakan kebahagiaan. []

 

 

 

 

 

Tags: BaikHalalKesalinganMakananNgaji Intensif RamadanNgaji Kitab Manba'ussa'adahSehat
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan asal Garut, kelahiran Tahun 1997. Telah lulus dari Institut Studi Islam Fahmina Cirebon, Jurusan Ekonomi Syariah. Biasa disapa Fitri, hobi kelayapan, pecandu mie instan dan penikmat ketinggian. Biasa mengabadikan kesehariannya di Instagram @fitri_nurajizah

Terkait Posts

KUPI

Refleksi Kursus Metodologi Musyawarah Keagamaan Fatwa KUPI

10 Agustus 2022
Second Account

Maraknya Fenomena Second Account di kalangan Remaja, Apa yang Dicari?

10 Agustus 2022
Pemicu Kekerasan

Waspadai Relasi Manipulatif! Salah Satu Pemicu Kekerasan

10 Agustus 2022
Perkawinan Anak

Ketika Perkawinan Anak Terjadi, Kita Bisa Apa?

5 Agustus 2022
Stigma Negatif

Stigma Negatif dan Keberanian Seseorang Datang ke Psikiater

4 Agustus 2022
Warna Kepribadian

Warna Kepribadian: Apakah kamu Cewek Kue, Cewek Bumi, atau Cewek Mamba?

3 Agustus 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Akad Nikah

    Mensyaratkan Pisuke sebelum Akad Nikah Bisa Hilangkan Hak Perwalian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Islam dan Hukum Positif Tentang Perjanjian Perkawinan (2)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Islam dan Hukum Positif Tentang Perjanjian Perkawinan (1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Alasan Persoalan Sampah Wajib Disuarakan Gerakan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Halaqah Pra KUPI II, Langkah Awal Bangun Peradaban Damai, Adil dan Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Refleksi Kursus Metodologi Musyawarah Keagamaan Fatwa KUPI
  • Pandangan Islam dan Hukum Positif Tentang Perjanjian Perkawinan (2)
  • 5 Alasan Persoalan Sampah Wajib Disuarakan Gerakan Perempuan
  • Halaqah Pra KUPI II, Langkah Awal Bangun Peradaban Damai, Adil dan Setara
  • Maraknya Fenomena Second Account di kalangan Remaja, Apa yang Dicari?

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist