• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Empat Alasan Kenapa Kamu Harus Nonton Burka Avenger

Dalam berjuang, perempuan memiliki hak untuk memakai apa yang ingin ia pakai. Burqa Avenger sebagai alter ego dari Jiya, seorang guru sekolah telah menginspirasi saya sebagai penonton untuk tidak ragu menggunakan hak kita memakai pakaian yang kita inginkan dalam berjuang.

Fina Nihayatul Fina Nihayatul
14/04/2021
in Film
0
burka avenger

burka avenger

250
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sadar atau tidak ketika bicara mengenai film animasi super hero dan action figure, sebagian dari kita pasti membayangkan karakter utamanya laki-laki.  Karakter super hero ini biasanya juga digambarkan  memiliki badan besar dan kekar, serta selalu memenangkan pertarungan. Padahal, ada juga karakter super hero perempuan yang menarik untuk diulas.

Beberapa karakter superhero perempuan yang barangkali sering kita jumpai di layar kaca adalah hero perempuan ala DC Comics atau  Marvel. Sebut saja, Wonder Women, Black Widow, Captain marvel, The Invisible Women, Batgirl, Scarlet Witch, Phoenix, Storm, Emma Frost hingga Supergirl.

Mereka digambarkan sebagai sosok yang tangguh dalam pertarungan, memiliki kemampuan khusus yang melengkapi tokoh utama laki-laki, hingga sebagai tandem tokoh utama. Selain itu, sebagian besar super hero perempuan digambarkan dengan perempuan cantik, berpakaian ketat atau terbuka, hingga bertopeng

Di Indonesia, karakter super hero perempuan bisa kita lihat melalui persona Sri Asih yang diperankan oleh Pevita Pearce dalam film Gundala. Karakter ini merupakan sosok yang digambarkan oleh Raden Ahmad Kosasih melalui Majalah Komik tahun 1994. Dalam akhir scene film Gundala tersebut, Sri Asih mencuri perhatian penonton ketika menyelamatkan Gundala dari aksi anak buah Pengkor yang membawa serum amoral untuk disebarluaskan ke perempuan yang sedang hamil. Sri Asih dianggap merepresentasikan Girl Power dalam adegan tersebut.

Tapi, pernahkah kalian membayangkan bagaimana jika super hero perempuan memiliki visual berbeda? Misalnya menggunakan gamis, tudung kepala, dan bahkan bercadar. Visual seperti itu jarang sekali muncul sebagai girl power alias super hero. Saya tidak hendak membandingkan visual super hero perempuan satu dengan lainnya, melainkan  ingin berbagi cerita tentang enam alasan kenapa kamu harus menonton animasi Burka Avenger. Meskipun bukan tergolong animasi baru, serial yang sarat akan pesan sosial ini sangat layak untuk ditonton.

Baca Juga:

Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

Lelaki Patriarki : Bukan Tidak Bisa tapi Engga Mau!

 

Film

Pertama, Burka Avenger bisa membuka pikiran kita bahwa pakaian panjang dan tudung kepala, yang seringkali dianggap sebagai simbol agama tidak sedikitpun membatasi perempuan menjadi agen perubahan. Burka bahkan itu menjadi simbol pergerakan bagi Burka Avenger ketika bertarung melawan musuh.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam berjuang, perempuan memiliki hak untuk memakai apa yang ingin ia pakai. Burqa Avenger sebagai alter ego dari Jiya, seorang guru sekolah telah menginspirasi saya sebagai penonton untuk tidak ragu menggunakan hak kita memakai pakaian yang kita inginkan dalam berjuang.

Kedua, mengangkat isu pendidikan dan perempuan. Dalam episode pertamanya yang tayang di 2013, animasi ini mengangkat isu pendidikan mengenai wacana penutupan sekolah perempuan di Kota Halwapur. Burka Avenger merupakan alter ego dari Jiya, seorang guru yang mengecam penutupan sekolah tersebut. Ia berjuang melawan Vadero Pajero, walikota Halwaphur, dan Baba Bandook, tokoh masyarakat yang diilustrasikan seperti penyihir yang berniat menutup sekolah perempuan demi memperkaya diri. Kedua tokoh ini menganggap bahwa pendidikan tidak penting bagi perempuan. Perempuan hanya boleh diam di rumah untuk memasak roti dan membersihkan rumah.

Dalam adegan penutupan sekolah itu muncullah Ashu, sidekick dari Jiya. Anak perempuan ini dengan lantang menolak penutupan sekolah perempuan tersebut. Menurutnya mendapatkan pendidikan adalah hak setiap orang, termasuk anak-anak perempuan. Baginya, perempuan merupakan ibu untuk generasi mendatang. Apabila perempuan tidak mendapatkan literasi dengan baik, bagaimana nasib anak-anaknya mendatang.

Meskipun penolakan itu diterima oleh kerumunan warga yang menyaksikan penutupan, lagi-lagi tokoh masyarakat seperti Baba Bandook mengambil kendali atas persepsi mereka. Adegan demi adegan tentang penutupan sekolah ini memperlihatkan bagaimana perempuan juga mendapatkan tantangan struktural, baik oleh pemerintahannya sendiri bahkan juga lingkungannya.

Ketiga, dalam setiap episodenya, kita akan disuguhi scene breaking news yang akan membuat kita bertanya-tanya apa maksudnya. Awalnya saya pun tak menyadari mengapa adegan ini diselipkan. Setelah berpikir panjang, menurut saya adegan ini menunjukkan bagaimana media memberitakan peristiwa yang berhubungan dengan perempuan. Pasalnya ada dua reporter yang akan menyajikan berita, mereka adalah laki-laki dan perempuan.

Sang reporter laki-laki membuka dengan suara yang terdengar malas-malasan tanpa semangat. Sementara sang reporter perempuan memberitakan penutupan sekolah itu dengan intonasi tinggi dan penuh semangat. Metafora ini menggambarkan pada kita bagaimana media melakukan pembingkaian peristiwa yang terjadi, yang mana seringkali tidak sensitif terhadap isu gender.

Selain mengangkat isu pendidikan dan perempuan, animasi asal Pakistan ini juga mengangkat isu perdamaian. Hal ini menjadi alasan keempat yang menjadikan serial animasi ini layak untuk ditonton. Di akhir episode pertama, Burka Avenger memberikan pesan kepada penontonnya tentang pentingnya “Inner Peace”. Sebenarnya pesan itu sudah diselipkan berulang kali.

Jika kita amati, di scene awal kita disuguhi bagaimana Kabbadi, orang tua angkat Jiya mengatakan untuk tetap berlatih Di kesempatan lain, Kabbadi juga mengatakan kepada Jiya untu terus melatih kemampuan inner peace-nya, karena keseimbangan jiwa dan raga akan membuat kita tenang dalam bertindak.

Di samping itu, penggunaan pensil dan buku sebagai senjata utama menjadi bagian menarik yang penting untuk diperhatikan. Hal ini menjelaskan bahwa ada korelasi antara buku dan pensil sebagai senjata untuk memerangi diskriminasi gender dengan pendekatan halus. Seperti yang disampaikan Kabbadi, keep your hands soft and your sense sharp! []

 

 

Tags: Burqa AvengerFilmPahlawan Perempuanperempuan
Fina Nihayatul

Fina Nihayatul

Terkait Posts

Film Azzamine

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

20 Juni 2025
Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID