• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Empat Hal yang Bisa Dilakukan Perempuan Ketika Haid

Ketika Islam datang, pandangan tentang haid memberi pemahaman baru yang berbeda dengan tradisi Yahudi sebelumnya. Haid dalam Al-Qur’an hanya disebutkan empat kali dalam dua ayat, sekali dalam bentuk fi’il mudhori dan tiga kali dalam bentuk ism mashdar. Dari segi penamaan saja kata haid sudah lepas dari konotasi teologis seperti agama-agama dan kepercayaan sebelumnya.

fatmi isrotun nafisah fatmi isrotun nafisah
07/12/2020
in Personal, Rekomendasi
0
171
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Dalam buku Nalar Kritis Muslimah karangan Dr. Nur Rofiah, Bil.Uzm menyebutkan, pengalaman biologis perempuan ada lima yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui. Pengalaman ini adalah kodrat ilahi yang tidak bisa dipungkiri. Sehingga setiap perempuan pasti mengalaminya. Sebagaimana yang sudah disebutkan tadi, setiap perempuan pada umumnya pasti mengalami haid atau menstruasi.

Haid adalah pengeluaran darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan secara periodik. Haid menandakan kematangan seksual seorang perempuan dalam arti ia mempunyai ovum yang siap dibuahi, bisa hamil, dan melahirkan anak.

Masa lampau dulu, perlakuan manusia terhadap perempuan haid sebelum Islam datang sangatlah tidak manusiawi. Dalam agama Yahudi, asal-usul terjadinya dosa asal lebih banyak mempermasalahkan kaum perempuan. Bahkan kaum misogyny menganggap perempuan sebagai setan betina. Sehingga kaum mereka terbiasa memperlakukan perempuan haid sebagai manusia kotor yang pantas untuk dijauhi hingga diasingkan dan tidak diperkenankan untuk hidup di lingkungan sosial.

Perempuan yang haid dibiarkan hidup dalam gubuk khusus, tidak boleh diajak makan bersama bahkan tidak boleh menyentuh makanan sama sekali. Tatapan mata perempuan juga dianggap sebagai mata iblis yang bisa mendatangkan bencana sehingga mereka harus menggunakan tanda khusus seperti gelang, kalung, giwang, celak mata, cadar, riasan wajah yang khusus agar mereka dapat dikenali ketika masa haid datang.

Ketika Islam datang, pandangan tentang haid memberi pemahaman baru yang berbeda dengan tradisi Yahudi sebelumnya. Haid dalam Al-Qur’an hanya disebutkan empat kali dalam dua ayat, sekali dalam bentuk fi’il mudhori dan tiga kali dalam bentuk ism mashdar. Dari segi penamaan saja kata haid sudah lepas dari konotasi teologis seperti agama-agama dan kepercayaan sebelumnya.

Baca Juga:

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

Nabi Saw sebagai suri tauladan yang baik telah memberi kita semua pembelajaran bagaimana memperlakukan perempuan ketika haid. Nabi SAW melakukan apa saja terhadap istrinya yang sedang haid kecuali bersenggama. Nabi SAW tetap tidur satu selimut dan makan bersama mereka bahkan pernah minum dan menempelkan mulutnya di gelas bekas Aisyah Ra. dan menggigit daging di tempat bekas gigitan Aisyah Ra.

Apa yang sudah dilakukan Nabi SAW menghapus stigma buruk mengenai perempuan haid yang dianggap sebagai manusia kotor. Sehingga walaupun perempuan sedang haid, mengeluarkan darah yang kotor dan najis tapi perempuan harus tetap bisa menjaga dirinya baik kebersihan diri dan lingkungan, kesehatan jasmani maupun rohani.

Apa yang harus dilakukan Perempuan ketika Haid?

  1. Menjaga kebersihan alat reproduksi

Organ reproduksi merupakan bagian tubuh seseorang yang digunakan untuk menjalankan reproduksi. Organ reproduksi perempuan terdiri dari dari ovarium, tuba valopi, uterus, vagina (kemaluan), selaput dara, bibir kemaluan, klitoris, saluran kemih. Sebagai perempuan sangatlah penting menjaga kebersihan alat reproduksinya dengan baik dan benar. Kebersihan itu akan membawa kualitas kesehatan perempuan.

  1. Menjaga kesehatan alat reproduksi

Ada yang mengatakan bahwa tingkat kesehatan perempuan, mencerminkan pula bagaimana pelayanan kesehatan di suatu Negara. Jika banyak kematian ibu masih tinggi, anak-anak sakit belum terobati secara maksimal, maka tingkat pelayanan kesehatan pun belum baik. Kesehatan dalam Islam merupakan syarat mendasar mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Islam dalam konteks ini berfungsi tidak hanya sebatas aturan, melainkan pedoman yang mengatur segala kehidupan manusia dalam rangka membahagiakan. Islam mengatur reproduksi yang sehat sebagai upaya memuliakan dan menjunjung derajat kemanusiaan.

Bagi perempuan, menjaga kesehatan alat reproduksi sangatlah penting baik dengan mengenal tubuh dan organ-organ tubuh perempuan sendiri dengan memahami fungsi dan perkembangan organ reproduksi secara benar. Selain itu bagi perempuan juga harus memahami perubahan fisik dan psikisnya, melindungi diri dari berbagai resiko yang mengancam kesehatan dan keselamatan, mempersiapkan masa depan yang sehat dan cerah, mengembangkan sikap dan perilaku bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.

  1. Menjaga kebersihan pakaian dan tempat

Di luar alat reproduksi dan tubuh perempuan sendiri. Sangatlah penting bagi perempuan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan yang ditinggali dan tentunya juga kebersihan setiap pakaian yang perempuan pakai. Sehingga dapat mencegah adanya penyakit yang didatangkan dari adanya virus maupun bakteri dari lingkungan sekitar.

  1. Menjaga kebersihan hati, dengan tetap melakukan ibadah yang dianjurkan bagi orang yang haid.

Perempuan yang sedang haid memang tidak boleh melaksanakan sholat, puasa dan membaca Al-Qur’an. Janganlah bersedih, karena perempuan tetap bisa melaksanakan ibadah dengan hati dan ibadah muamalah. Ibadah dengan hati berupa dzikir-dzikir kepada Allah SWT. Ibadah muamalah dengan menjalankan peran kita sebagai perempuan agar bisa bermanfaat bagi sesama. Perempuan tetap bisa berkarya dan bekerja dan itu juga mengandung nilai ibadah.

Sebagai perempuan, kita memang harus menysukuri apa yang sudah diberi oleh Allah SWT yaitu dengan diberinya siklus haid. Sehingga menjadi perempuan harus senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan alat reproduksi baik ketika sedang datang bulan ataupun tidak. Selain itu ketika haid seorang perempuan juga harus menjaga kebersihan pakaian dan lingkungan setempat agar tercipta jiwa yang sehat dan kuat.

Ditambah dengan tetap melakukan ibadah-ibadah yang memang boleh dilakukan bagi perempuan yang sedang haid, tentunya agar hati kita tidak lupa dari mengingat Allah SWT. Mari bersinergi bersama agar tetap menjadi perempuan yang cerdas, produktif, dan bisa memberi kebermanfaatan bagi sesama baik ketika sedang haid maupun tidak. Semoga selalu Istiqomah. []

Tags: Fiqih Perempuanislamkesehatan reproduksiperempuanSunnah Nabi
fatmi isrotun nafisah

fatmi isrotun nafisah

Fatmi Isrotun Nafisah adalah perempuan kelahiran Purbalingga, dan baru saja lulus dari Universitas Sains Al-Qur’an (UNSIQ) Jawa Tengah di Wonosobo pada program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam tahun 2022

Terkait Posts

Life After Graduated

Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah

10 Juli 2025
Perempuan Lebih Religius

Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

9 Juli 2025
Pelecehan Seksual

Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

9 Juli 2025
Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Lebih Religius

    Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengebiri Tubuh Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kuasa Suami atas Tubuh Istri
  • Life After Graduated: Perempuan dalam Pilihan Berpendidikan, Berkarir, dan Menikah
  • Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID