• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh

Erich Fromm: Seni Mencintai

Mencintai hanya satu orang sementara bersikap acuh tak acuh atau bahkan bermusuhan dengan orang lain bukanlah cinta sejati melainkan bentuk keegoisan

Fadlan Fadlan
18/12/2024
in Buku
0
Seni Mencintai

Seni Mencintai

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pandangan Erich Fromm bahwa “cinta pada dasarnya bukanlah hubungan dengan orang tertentu; cinta adalah sikap, orientasi karakter…” Menentang gagasan konvensional tentang cinta sebagai sesuatu yang semata-mata terikat pada individu atau objek.

Sebagai seorang psikolog sosial berdarah Jerman, Fromm mengeksplorasi kompleksitas cinta dalam buku yang ia terbitkan pada tahun 1956, ‘The Art of Loving’. Buku ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.

Dalam buku tersebut ia berpendapat bahwa cinta bukanlah emosi pasif melainkan praktik aktif yang membutuhkan kedisiplinan, kedewasaan dan pemahaman. Pemikirannya tentang seni mencintai merupakan gagasan yang jauh berbeda dari konsepsi umum kita yang cenderung mengaitkan cinta dengan pandangan romantisme dan berorientasi pada objek yang kita cintai.

Lahir pada tahun 1900 di Frankfurt, Jerman, Fromm tumbuh di masa-masa pergolakan sosial dan politik selama Perang Dunia dan kebangkitan rezim totaliter. Inilah yang kemudian membentuk pemikirannya tentang sifat manusia, masyarakat dan peran cinta.

Sebagai salah satu anggota dari Mazhab Frankfurt. Yakni sekelompok intelektual yang kritis terhadap masyarakat kapitalis dan dampak industrialisasi modern terhadap masyarakat. Fromm memfokuskan sebagian besar karyanya pada masalah keterasingan dan isolasi yang ia amati dalam masyarakat kontemporer. Dalam konteks ini, masalah cinta bukanlah pengecualian.

Baca Juga:

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Ayat-ayat Al-Qur’an yang Menjelaskan Proses Perkembangan Janin dan Awal Kehidupan Manusia

Mandat Utama Manusia di Muka Bumi

Kritik Fromm terhadap Cinta

Dalam ‘The Art of Loving’, Seni Mencintai, Fromm mengkritik anggapan umum bahwa cinta adalah sesuatu yang terjadi begitu saja. Perasaan pasif yang bergantung pada cara untuk menemukan orang yang tepat. Sebaliknya, ia mengusulkan bahwa cinta adalah seni, sesuatu yang membutuhkan pengetahuan dan usaha.

Ia percaya bahwa banyak orang mengacaukan hakikat cinta dengan keterikatan atau ketergantungan. Sehingga salah mengira bahwa sikap posesif atau kegilaan sebagai petanda cinta sejati.

Padahal, menurut Fromm, cinta sejati bukanlah tentang memiliki atau tentang memfokuskan semua energi emosional pada yang kita cintai. Sebaliknya, cinta adalah komitmen aktif untuk menjamin perkembangan dan kesejahteraan diri sendiri dan juga orang lain. Melampaui lingkup romantis demi mencakup cinta bagi umat manusia secara keseluruhan.

Secara historis, gagasan Fromm bersifat revolusioner karena menantang keyakinan budaya yang mengakar kuat tentang cinta. Masyarakat Barat, terutama selama abad ke-20, telah terpengaruhi oleh cita-cita romantis yang menekankan pencarian “belahan jiwa” seseorang dan gagasan tentang cinta yang eksklusif dan menyeluruh antara dua individu. Fromm berpendapat bahwa perspektif cinta romantis ini tidak hanya membatasi cinta tetapi juga berbahaya.

Ia mengatakan bahwa cinta, dalam bentuknya yang paling murni, merupakan sikap yang meresap ke dalam semua aspek kehidupan. Termasuk interaksi kita dengan orang asing, teman dan masyarakat umum. Mencintai hanya satu orang sementara bersikap acuh tak acuh atau bahkan bermusuhan dengan orang lain, menurut Fromm, bukanlah cinta sejati, melainkan bentuk keegoisan.

Cinta sebagai Kekuatan Jiwa

Ide-ide Fromm ini menggema selama periode pasca kehancuran dan distrukturasi akibat Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Di dunia yang diwarnai oleh perpecahan dan konflik, Fromm menyerukan pendekatan yang lebih universal terhadap cinta—demi mendorong pemahaman, empati dan hubungan lintas batas. Keyakinannya tentang cinta sebagai “kekuatan jiwa” selaras dengan gerakan filosofis dan spiritual saat itu yang berupaya untuk menumbuhkan wacana-wacana perdamaian dan persatuan global.

Terlepas dari itu, kritik Fromm terhadap budaya konsumerisme juga terkait erat dengan pemikirannya tentang cinta. Ia melihat masyarakat kapitalis modern sebagai tempat di mana orang sering mencari cinta dengan cara yang sama seperti mereka mencari barang-barang material. Yakni sebagai objek untuk diperoleh dan kita konsumsi.

Menurutnya, komoditisasi cinta ini menghasilkan hubungan yang dangkal dan cepat berlalu, di mana orang lebih peduli dengan kepemilikan dan kesenangan daripada dengan kepedulian dan pertumbuhan bersama. Sebaliknya, visi Fromm tentang cinta cenderung menekankan pada kesadaran diri, tanggung jawab dan komitmen.

Di dunia saat ini, banyak yang menganggap bahwa gagasan Fromm masih relevan. Di era kemajuan teknologi yang pesat, media sosial dan meningkatnya individualisme, seruannya tentang cinta sebagai praktik aktif dan universal berguna sebagai pengingat betapa pentingnya empati, kasih sayang dan koneksi.

Cinta sejati, seperti yang Fromm pahami, bukanlah perasaan pasif tetapi pilihan sadar. Tentang cara hidup yang membentuk bagaimana kita berhubungan, bukan hanya dengan individu tetapi juga dengan dunia. []

Tags: Erich FrommFilsafat CintaFilsafat PsikologiMakna CintamanusiaSeni Mencintai
Fadlan

Fadlan

Penulis lepas dan tutor Bahasa Inggris-Bahasa Spanyol

Terkait Posts

Herland

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

16 Mei 2025
Neng Dara Affiah

Islam Memuliakan Perempuan Belajar dari Pemikiran Neng Dara Affiah

10 Mei 2025
Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Falsafah Hidup Penyandang Disabilitas dalam “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati”

25 April 2025
Buku Sarinah

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

23 April 2025
Toleransi

Toleransi: Menyelami Relasi Ketuhanan, Kemanusiaan, dan Keberagaman

23 Maret 2025
Buku Syiar Ramadan Menebar Cinta untuk Indonesia

Kemenag RI Resmi Terbitkan Buku Syiar Ramadan, Menebar Cinta untuk Indonesia

20 Maret 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version