• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Tokoh

Fatimah binti Maimun: Seorang Pemimpin dan Penyebar Islam di Nusantara pada Abad 11 M

Tidak hanya makamnya yang menjadi salah satu bukti arkeologis tertua masuknya Islam di Nusantara, namun dari sosok Fatimah binti Maimun bin Hibatullah dapat diketahui bahwa muslimah (perempuan) juga punya peran penting dalam lingkup sosial keagamaan

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
18/01/2022
in Figur, Rekomendasi
0
Fatimah binti Maimun

Fatimah binti Maimun

247
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bicara kapan awal mula Islam di Nusantara tidak bisa lepas dari satu nama perempuan, yaitu Fatimah binti Maimun bin Hibatullah. Hal itu mengingat salah satu bukti arkeologis tertua masuknya Islam di Indonesia adalah makam Fatimah binti Maimun yang terdapat di Dusun Leran, Desa Pesucian, Kec. Manyar, Kab. Gresik, Jawa Timur, yang nisannya berangka tahun 475 H/1082 M (ada juga yang membaca angkanya 495 H/1102 M).

Dalam artikelnya Kiai Agus Sunyoto yang berjudul “Eksistensi Islam Nusantara,” dijelaskan bahwa beberapa suku Persia, yaitu Suku Lor, Yawana, dan Sabankara, melakukan migrasi ke Nusantara. Sejak abad ke-10 M, orang-orang Lor mendirikan pemukiman di Jawa yang kemudian disebut Loran atau Leran. Adanya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang menunjukkan kronogram (tanda) abad ke-11 M di Leran menjadi satu bukti kebenaran berita tersebut. Fatimah binti Maimun bin Hibatallah diduga sebagai seorang keturunan Lor.

Daftar Isi

    • Siapakah sebenarnya sosok Fatimah binti Maimun bin Hibatullah?
  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • 5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Siapakah sebenarnya sosok Fatimah binti Maimun bin Hibatullah?

Apakah hanya seorang perempuan biasa keturunan Lor yang kebetulan makamnya masih bisa ditemukan hingga saat ini? Atau, sosok yang tak biasa sehingga tidak heran meski sudah hampir seribu tahun namun makamnya tak lenyap ditelan zaman?

Kalau melihat lokasi makam Fatimah binti Maimun, yang sebagaimana dijelaskan Kiai Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, berada di sekitar kawasan khusus yang pada masa silam berstatus bebas pajak dan dikeramatkan oleh masyarakat.

Ketika pada abad ke-13 M, penduduk Leran dan sekitarnya banyak menganut agama Syiwa-Buddha–dan saat itu juga status keislaman makam Fatimah binti Maimun sudah kurang jelas–mereka menganggap makam tersebut sebagai susuk ri batwan (tempat suci di batwan), serta meyakini kalau Fatimah sebagai arwah suci Rahyangta Kutik.

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Dan, pada abad 16 M, saat penduduk sekitar sudah muslim–serta status keislaman makam Fatimah binti Maimun juga telah diketahui masyarakat–makam Fatimah binti Maimun pun sangat dimuliakan oleh penduduk muslim setempat, sehingga banyak yang ingin dimakamkan di area makam tua yang dikeramatkan tersebut. Karena itu, di sekitar makam Fatimah binti Maimun terdapat banyak makam yang berdasarkan kajian arkeologis memiliki corak dari abad ke-16 M.

Mengingat beberapa hal tersebut, maka mustahil rasanya kalau Fatimah hanya orang biasa. Pasti, dia merupakan tokoh perempuan yang berpengaruh pada masanya.

Memang, jika membahas siapa sosok Fatimah terbilang masih misteri. Kekurangan sumber yang dapat menjelaskan biografinya menjadikan riwayat dan kiprah hidupnya masih agak buram. Sehingga, tidak heran jika banyak penafsiran mengenai siapa sebenarnya Fatimah binti Maimun bin Hibatullah.

Rahardi Teguh P., Rully Putri N.P., dan Wiwin Hartanto dalam penelitian mereka seputar “Eksistensi Situs Leran di Gresik, Jawa Timur,” menjelaskan beragam pendapat seputar sosok Fatimah. Banyak yang meyakini bahwa orang yang dikuburkan dalam makam tersebut adalah Fatimah atau dikenal sebagai Dewi Retno Suwari atau juga Dewi Swara. Fatimah binti Maimun adalah seorang wanita keturunan Persia sebab ayahnya, yaitu Maimun bin Hibatullah, berasal dari Persia, dan ibunya bernama Dewi Aminah berasal dari Aceh.

Selain itu, juga terdapat beberapa sumber yang menyatakan kalau Fatimah berasal dari Kedah yang berada di Malaka, atau mungkin dari Chermin, dan bisa jadi juga berasal dari Serawak, Malaysia. Berdasarkan sumber lisan yang didapat oleh Rahardi Teguh P., dkk., bahwa Fatimah yang juga dikenal dengan nama Dewi Retno Suwari merupakan sosok penting penyebar Islam di Leran. Terdapat cerita yang menyebutkan kalau Dewi Retno Suwari adalah tokoh penyebar Islam yang juga menjadi tunangan dari raja terakhir Majapahit. Namun, tidak ada cukup bukti yang dapat membenarkan cerita tersebut.

Satu hal yang penting dicatat adalah bahwa terdapat keyakinan kalau Fatimah binti Maimun merupakan penyebar agama Islam di Leran pada abad 11 M. Sehingga, dia bukan orang biasa, melainkan seorang perempuan ulama. Tidak heran, jika selama berabad-abad makam Fatimah binti Maimun dikeramatkan, baik sejak penduduk sekitar banyak menganut Syiwa-Buddha (sekitar abad 13 M) dan lebih-lebih saat penduduk sekitar telah memeluk Islam, sebab sosoknya dipandang sebagai perempuan suci yang harus dimuliakan.

Dalam Atlas Wali Solongo, Kiai Agus Sunyoto juga menjelaskan kalau Fatimah binti Maimun merupakan salah seorang pemimpin di Leran. Kesimpulan tersebut berdasarkan inskripsi (kalimat) di nisan makam Fatimah binti Maimun. Sebagaimana Kiai Agus Sunyoto mengutip terjemahan Prof. H.M. Yamin berdasarkan pembacaan J.P. Moquette atas inskripsi nisan makam Fatimah binti Maimun:

“Dengan nama Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi ini adalah bersifat fana. Tetapi wajah Tuhanmu yang bersemarak dan gemilang tetap kekal adanya. Inilah kuburan perempuan yang menjadi korban syahid (asy-Syahidah), bernama Fatimah binti (putri) Maimun, putr[a] Hibatullah, yang berpulang pada hari Jumat ketika tujuh sudah berlewat dalam bulan Rajab dan pada tahun 495 H (sebagian membaca 475 H), [yang menjadi kemurahan Tuhan Allah yang Mahatinggi], beserta Rasul-Nya yang mulia.”

Berdasarkan hasil galian arkeologis di Leran sekitar kompleks makam Fatimah binti Maimun ditemukan mangkuk-mangkuk keramik yang berasal dari abad ke-10 dan 11 M. Sehingga, diketahui bahwa kawasan tersebut pernah ditempati komunitas pedagang yang memiliki jaringan dengan Cina di utara dan India di selatan serta Timur Tengah. Leran pada masa lampau merupakan pemukiman perkotaan serta perdagangan. Dan, di antara pemimpin yang ada pada waktu itu menurut Kiai Agus Sunyoto adalah Fatimah.

Berbeda dengan H.M. Yamin yang memaknai kata asy-Syahidah dalam inskripsi nisan Fatimah sebagaimana terjemahan dasarnya yaitu korban syahid, Kiai Agus Sunyoto memilih makna pemimpin perempuan dalam menerjemahkan kata asy-Syahidah pada inskripsi di nisan makam Fatimah binti Maimun.

Menurut Kiai Agus Sunyoto bahwa Fatimah sebenarnya bukan termasuk pendatang asing, melainkan perempuan kelahiran setempat dari keturunan pemukim-pemukim awal Suku Lor yang tinggal di Leran sejak abad 10 M. Dan, Fatimah bukanlah orang biasa, namun merupakan salah seorang pemimpin di kawasan Leran, karena itu dia disebut sebagai asy-Syahidah.

Mengartikan asy-Syahidah pada nisan Fatimah sebagai korban syahid juga dapat diterima. Sebab, diketahui terdapat beberapa pendapat yang menyebutkan kalau Fatimah merupakan perempuan ulama yang menyebarkan Islam di kawasan Leran, sehingga sosoknya juga terpandang sebagai muslimah (wali) yang syahid karena menempuh jalan mendakwahkan Islam semasa hidupnya.

Tidak hanya makamnya yang menjadi salah satu bukti arkeologis tertua masuknya Islam di Nusantara, namun dari sosok Fatimah dapat diketahui bahwa muslimah (perempuan) juga punya peran penting dalam lingkup sosial keagamaan. Bahkan, sebelum Islam menjadi agama mayoritas di Nusantara, pada abad ke-11 M telah ada muslimah, yaitu Fatimah, yang merupakan seorang pemimpin dan diyakini juga sebagai penyebar agama Islam. []

 

Tags: islamNusantaraperempuan pemimpinPerempuan Ulama
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Flexing Ibadah

Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

28 Maret 2023
Ulama Perempuan Perekat Kerukunan

Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

27 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Penutupan Patung Bunda Maria

Kisah Abu Nawas dan Penutupan Patung Bunda Maria

26 Maret 2023
Zakat bagi Korban

Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

25 Maret 2023
Asy-Syifa Binti Abdullah

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

24 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist