Mubadalah.id – Sutradara film Pesantren Shalahuddin Siregar mengungkapkan alasan ia mengangkat tema pesantren adalah, sang sutradara ingin menampilkan wajah pesantren dan perempuan yang sesungguhnya.
Shalahuddin juga menyebutkan melalui film pesantren, ia ingin menghadirkan tiga elemen yaitu Islam, pesantren dan perempuan yang cukup kental di film Pesantren.
“Mengapa film saya cenderung berbicara Islam, pesantren, dan perempuan khususnya. Karena persoalan-persoalan itu cenderung akan terus menjadi perbincangan ke depan,” kata Shalahuddin, seperti dalam rilis yang Mubadalah.id terima, pada Jumat, 14 Oktober 2022.
“Selain itu ada juga kesan di masyarakat kita bahwa Islam tidak ramah perempuan. Jadi film ini hadir sebagai persepsi berbeda,” tambahnya.
Senada, Board of Madani International Film Festival Inayah Wahid menyampaikan bahwa film Pesantren semakin menegaskan bahwa narasi Islam itu tidak tunggal.
Inayah mengungkapkan bahwa ada sudut pandang menarik yang dihadirkan dalam film ini, yaitu kaitan antara perempuan dan terorisme.
“Sederhananya saja, kita ingin menghadirkan sudut pandang yang berbeda mengenai tafsir Islam. Ada hal penting yang sering orang lupakan saat terjadi aksi terorisme. Salah satunya adalah perempuan. Padahal, perempuan adalah korban utama dari aksi tersebut. Perempuan sering menjadi subjek segala masalah. Syukurnya, film ini memperlihatkan sudut pandang yang menarik tentang perempuan,” katanya.
Terlebih, Inayah menambahkan bahwa film-film dalam Festival Film Madani bukanlah film agama, bahkan bukan film Islam. Melainkan semua film yang membawa nilai-nilai keragaman dan perdamaian.
“Kebetulan saja film ini (Pesantren) membawa nilai-nilai itu dan juga sesuai dengan semangat perjuangan Gus Dur,” tukasnya.
Untuk diketahui, nonton bareng (Nobar) dan Diskusi Film Pesantren ini merupakan bagian dari Forum 17-an dan hasil kolaborasi Gerdu Suroboyo (GUSDURian Surabaya), Festival Film Madani, dan panitia TUNAS GUSDURian 2022. (Rul)