• Login
  • Register
Kamis, 30 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Siapa Berkata Apa

Hatoon al-Fasi: Stop Perwalian Perempuan Saudi

Mubadalah Mubadalah
29/09/2016
in Siapa Berkata Apa
0
15
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Petisi perempuan Saudi Arabia untuk menolak aturan perwalian yang mengungkung perempuan dalam semua gerak langkah mereka sedang membesar dan menggedor para pengambil kebijakan. Aturan ini mengharuskan perempuan ditemani walinya (mahram) jika mau keluar rumah, berbelanja, ke rumah sakit, sekolah, terutama ke luar negeri. Aturan ini tentu saja produk ijtihad konservatif dari para ulama Saudi. Tetapi, akhir-akhir ini, ada seorang ulama besar negri ini, Syekh Abdullah al-Mani’, yang bersuara lantang  bahwa aturan tersebut sama sekali tidak islami. Bahwa perempuan yang sudah dewasa sama sekali tidak perlu lagi ada wali (mahram),  kecuali ketika akad pernikahan.

perwalian adalah ijtihad fiqh manusia atas teks-teks Islam

Hatoon al-Fasi, seorang perempuan pakar Islam dan isu-isu perempuan dari Saudi Arabia merespon positif pernyataan ulama tersebut. Perwalian terhadap perempuan dewasa di Saudi telah menjadi persoalan yang begitu kompleks, menyulitkan gerak langkah perempuan untuk memperoleh layanan publik, terutama ketika harus pergi ke rumah sakit, tempat belajar, pengadilan, atau tempat-tempat penting lainnya. Kepentingan laki-laki juga sesungguhnya, dalam banyak hal, ikut direpotkan dengan peraturan seperti ini.

Menurut Hatoon, perwalian adalah ijtihad fiqh manusia atas teks-teks Islam. Ia pada awalnya bermakna perlindungan dan pengambilan wewenang oleh seseorang terhadapa orang lain sebagai wakil atasnya. Konsep perwalian ini dihadirkan untuk melindungi orang-orang yang belum cukup umur dan belum memiliki kecakapan dan memastikan hak-hak mereka terpenuhi. Konsep ini diberlakukan pada anak-anak yang belum dewasa, laki-laki maupun perempuan. Jadi, tidak secara khusus untuk perempuan.

Anehnya, beberapa ulama menganalogikan perempuan dewasa sebagai anak-anak yang belum cakap, sehingga tetap harus didampingi seorang wali. Pandangan inilah yang justru dipakai di Saudi Arabia dan menjadi aturan resmi pemerintah. Jika saja konsep ini dikembalikan pada fiqh semula, ia hanya menyasar mereka yang belum cukup usia, belum matang secara mental sosial, atau belum dewasa. Jadi, bukan persoalan jenis kelamin. Tetapi kecakapan dan kematangan. Yaitu mereka yang masih usia anak-anak atau dewasa tetapi secara kejiwaaan sedang terganggu.

Pemahaman perwalian sebagai perlindungan disebutkan dalam al-Qur’an mengenai anak-anak yatim (QS. An-Nisa, 4: 6). Kata perwalian sendiri, dengan pemahaman yang dikenal sekarang, sama sekali tidak ada dalam al-Qur’an. Justru, al-Qur’an malah menyebutkan di antara perempuan dan laki-laki, satu sama lain bisa menjadi wali, yang saling menolong, dan saling menopang (QS. At-Taubah, 9: 71). Sayangnya, tidak ada satupuan Undang-undang yang mendasarkan pada ayat yang indah ini.

Baca Juga:

Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah

Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

6 Pola Pendidikan Anak Sesuai Ajaran Islam

Dalil Al-Qur’an dan Hadis Tentang Bekerja

Konsep perwalian terhadap perempuan hanya ada dalam akad nikah. Konsep fiqh ini didasarkan pada hadis Ibn Majah yang menurut Imam Abu Hanifah adalah lemah. Karena itu, menurut sang Imam, perempuan bisa menikahkan dirinya sendiri tanpa perlu wali. Menikah adalah persoalan akad. Dalam hal akad yang dituntut adalah kematangan dan kecakapan seseorang. Yang sudah dewasa dan matang, dalam hal akad, sama sekali tidak memerlukan wali untuk mengesahkan akad tersebut. Ini tentu saja diskusi panjang dalam fiqh. Tetapi menjadikan konsep perwalian dalam akad nikah diperluas kepada semua aktivitas perempuan adalah berlebihan. Seperti kata Syekh Abdullah al-Mani’, ini adalah tidak islami. (FAK).

Sumber: http://www.alriyadh.com/1532496

Tags: Hatoon al-Fasiislamperempuanperempuan dewasapernikahanperwalianulama perempuan
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Suara Perempuan di Panggung Politik

10 April 2019
KH Husein Muhammad

Dr (HC) Husein Muhammad, Keadilan dan Kemanusiaan (Bagian Kedua)

5 April 2019
KH Husein Muhammad saat menyampaikan pidato ilmiahnya pada Penganugerahan Doctor Honoris Causa bidang Tafsir Gender di UIN Walisongo Semarang

Dr (HC) Husein Muhammad, Keadilan dan Kemanusiaan (Bagian Pertama)

4 April 2019

Qira’ah Mubadalah Sebagai Tafsir Keadilan Untuk Kemaslahatan Manusia

2 April 2019
Pendiri Pesantren Berbasis Ekologi At-Thaariq di Garut

Pesantren Berbasis Ekologi At-Thaariq di Garut, Terinspirasi dari Gus Dur

26 Maret 2019
Nina Nurmila

Polemik RUU P-KS

6 Maret 2019

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • istri taat suami tidak kunjungi ayah yang sakit

    Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit sampai Wafat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih Haji Perempuan: Sebuah Pengalaman Pribadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Gender Melalui Kacamata Budaya Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Masa Tua adalah Masa Menua Bersama Pasangan
  • Bacaan Doa Ketika Melempar Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah
  • Peran Anak Muda Dalam Mencegah Krisis Iklim
  • Makna Jumrah: Simbol Perjuangan Manusia Bersihkan Hati
  • Tetap Bangga dan Bahagia Menjadi Perempuan yang Tidak Sempurna

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist