• Login
  • Register
Selasa, 17 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Hikmah Tahun Baru 1442 H : Spirit Literasi untuk Pemberdayaan Negeri

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
21/08/2020
in Aktual, Hikmah, Personal
0
272
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Alhamdulillah, kita masih diberi kesehatan dan umur yang panjang oleh Allah, masih bisa bertemu dengan tahun baru Islam, 1 Muharam 1442 Hijriyah. Kita termasuk hamba-hamba Allah yang beruntung. Oleh karena itu, kesempatan demi kesempatan dari Allah ini harus kita optimalkan sebaik dan seproduktif mungkin, untuk terus mendulang pahala dan kebaikan.

Niat pun harus terus diperbaharui, tak boleh ada waktu walau sedetik pun yang kita sia-siakan. Sudah saatnya kita berhijrah dari jalan gelap menuju jalan cahaya. Menyusuri jalan cahaya tentu tak bisa asal berjalan. Kita harus punya penerang dan kompas, agar perjalanan kita tak tersesat arah.

Hidup kita diliputi kejernihan dalam berpikir, keistikamahan dalam beribadah, keberanian dalam menegakkan kebenaran dan kejujuran dalam bekerja. Akhlak-akhlak inilah yang semakin hari semakin hilang. Jalan cahaya yang menuntun kita pada jalan hakikat menuju Allah, salah satunya adalah spirit literasi.

Ya spirit literasi ini fondasi. Kenapa kita malas, tidak produktif, mudah tersulut emosi, berpikir instan dan kerap berperilaku jahat, semuanya karena miskin literasi. Pikiran yang kosong ilmu akan menyebabkan kosongnya akhlak, kosongnya cahaya di dalam hati. Kenapa orang pusing tujuh keliling manakala ada masalah? Selain juga gelisah, merasa bersalah, larut dalam penyesalan, dan lain serupanya, itu semata-mata karena miskin literasi.

Makna literasi ini dapat kita pahami secara luas dan menyeluruh, meliputi aspek lahir maupun batin. Berkaitan dengan aktivitas membaca, menulis, berdakwah, beribadah maupun menggarap program-program pemberdayaan. Selanjutnya kenapa orang berebut harta, melakukan korupsi, ibadahnya tak berbekas dalam akhlak keseharian, tega menzalimi orang lain? Tidak lain karena miskin literasi.

Baca Juga:

Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat

Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?

Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

Orang yang miskin literasi, ia yang hidupnya diliputi penyakit hati, kemaruk atau serakah, mementingkan diri sendiri ketimbang kepentingan orang banyak, sangat haus akan penghormatan dan mudah tersinggung. Orang yang miskin literasi ingin hidupnya mewah, dihormati banyak orang dan bisa jadi punya obsesi banyak pengikut, tetapi dengan cara-cara yang keliru.

Sudah saatnya saya dan saya pikir kita semua, untuk serius membiasakan diri untuk melek literasi. Komitmen literasi ini yang akan menjadi modal utama kita dalam upaya membangun pemberdayaan umat, membangun kemajuan negeri. Para santri, sarjana, ustadz, kiai, semuanya harus turun ke bawah, bersama turun tangan, jangan malah saling mengandalkan.

Kita yang butuh untuk pro aktif dalam melek literasi, butuh terjun dalam memberdayakan masyarakat, dengan sejumlah kreativitas dan inovasi. Spirit literasi ini sumber kejernihan berpikir dan berbuat. Kecekatan, kedewasaan, kemampuan menemukan solusi, semuanya bersumber dari spirit literasi.

Saya dan kita semua harus menjadi solusi bagi umat dan negeri. Jangan sampai malah jadi sumber masalah. Atau malah menjadi sumber keresahan dan kekacauan di masyarakat. Saya selalu ingat bahwa mengabdi kepada Tuhan, sejatinya adalah mengabdi kepada kemanusiaan.

Ibadah ritual tanpa ibadah sosial, ibadah kita sejatinya masih kurang dan timpang. Di sini kedewasaan dan kebijaksanaan kita diuji. Ini tidak lain agar ilmu dan pengalaman yang kita lebih bermanfaat. Bukankah “Al-Ilmu bila ‘amal kasy syajari bilats tsamar”, bahwa ilmu tanpa amal seperti pohon tak berbuah.

Saya mengajak, kepada diri saya sendiri agar terus komitmen pada dakwah literasi. Termasuk kepada para da’i, mubaligh atau penceramah, harus melek literasi. Bukan sekadar menyampaikan ceramah dan lucu-lucuan, tetapi lebih daripada itu, agar ceramah yang disampaikan menjadi ceramah untuk diri, tidak ada unsur provokasi, ujaran kebencian, menjelek-jelekan akidah agama lain, mengkafirkan orang lain dan lain serupanya.

Terakhir, dakwah juga harus konkret dan memberdayakan umat. Tak berhenti hanya sebatas kata-kata dalam ceramah, seminar maupun diskusi. Semua narasi-narasi kebaikan harus kita konkretkan dalam aktivitas sosial yang memberdayakan. Misalnya memberikan beasiswa pendidikan, membuka lapangan pekerjaan, membangun klinik kesehatan, dan segala macam ikhtiar pemberdayaan lainnya di berbagai bidang. Selamat Tahun Baru Islam 1442 Hijriyah. Semoga ibadah kita semakin baru, konkret dan memberdayakan. []

Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Kesalehan Perempuan

Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

16 Juni 2025
Rumah Tangga yang

Teladan Nabi dalam Rumah Tangga: Menolak Kekerasan, Memanusiakan Perempuan

16 Juni 2025
Pesantren Disabilitas

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

16 Juni 2025
Kehidupan Rumah Tangga

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

16 Juni 2025
Tanggung Jawab Perkawinan

Tanggung Jawab Pasangan Suami Istri dalam Menjaga Perkawinan

15 Juni 2025
Catcalling

Mari Berani Bersuara Melawan Catcalling di Ruang Publik

15 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kesalehan Perempuan

    Kesalehan Perempuan di Mata Filsuf Pythagoras

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Mewujudkan Perkawinan yang Kokoh dan Penuh Kasih Sayang?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Tambang Nikel dan Masa Depan yang Terancam di Raja Ampat
  • Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?
  • Nabi Saw Memuliakan dan Menolak Semua Tindakan Kekerasan Terhadap Perempuan
  • Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga
  • Melihat lebih Dekat Tradisi Sasi: Kearifan Lokal yang Melestarikan Laut Raja Ampat

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID