• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Sastra

Hyptia, Perempuan Cahaya dari Alexandria

Aula Zahrotin M Aula Zahrotin M
17/06/2020
in Sastra
0
perempuan, Alexandria
80
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Agora, sebuah kota di Athena, Yunani. Ditahun 2009, Agora dijadikan judul dari sebuah film. Bukan sekedar film biasa, tapi sarat akan edukasi bagi siapa saja yang menontonnya. Beberapa aspek yang diangkat dalam film tersebut adalah mengenai perempuan, ilmu pengetahuan, dan agama.

Mari kita bahas dari pespektif tokoh utama, Hyptia. Hyptia sosok perempuan yang hidup di Alexandria, Mesir pada era kekaisaran Romawi di abad ke-4 Masehi. Dia seorang filsuf, pelajar, ahli matematika pertama, dan ahli astronomi terkemuka kala itu. Ia juga seorang neoplatonisme di Alexandaria.

Hypatia adalah anak dari Theon Alexandria seorang kepala museum dan perpustakaan di Alexandria. Dalam film ini Hypatia digambarkan sebagai sosok yang sangat tekun di bidang ilmu pengetahuan. Ia ingin meneruskan penelitian yang telah dilakukan oleh Cladius Ptolemeus, salah satu filsuf yang disinggung namanya dalam film tersebut, yang digambarkan sebagai sosok seorang ahli astronomi dan geografi. Cladius Ptolemeus mengajukan teori Geosentris yaitu bumi adalah pusat tata surya sehingga seluruh planet dan matahari mengelilingi bumi.

Bukan segi sains yang ingin penulis bahas di sini, tapi lebih kepada esensi nilai kesetaraan perempuan yang juga disinggung didalamnya.

Suatu ketika Cryl seorang uskup mengemukakan aturan-aturan dalam kitab gereja yang mana dalam bersikap perempuan haruslah berpakaian secara sopan, tertutup, dan sepatutnya tidak dengan rambut berkepang, tidak dengan emas, mutiara, pakaian mahal, tapi dengan perbuatan yang baik. Perempuan belajar dalam ketenangan dan ketaatan penuh, tidak diijinkan untuk mengajari atau punya kuasa di atas pria, tetapi untuk diam.

Baca Juga:

Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela

Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

Singkat cerita Hyptia menjadi bahan perbincangan forum tersebut. Ditambah Hyptia juga merupakan seorang atheis, berkeyakinan filsafat dan seorang wanita yang menyatakan di depan umum mengenai kefasikannya. Hingga dicap sebagai seorang gadis penyihir. Namun, Octres sebagai pemimpin Alexandaria sangatlah tidak menerima akan pernyataan uskup Cryl tersebut karena selama ini Hyptia adalah penasihat bijaknya.

Pada 415 Masehi, Hypatia ditangkap dan dibunuh karena tetap mempertahankan keyakinannya yang tidak sesuai dengan gereja, ia dibunuh oleh segerombolan orang yang telah dihasut oleh Cyril. Tubuh Hyptia dimutilasi dan diseret sepanjang jalan. Dan dibakar diatas susunan kayu api. Kematian Hypatia itu, bagi para sejarawan, menjadi tanda berakhirnya zaman keemasan matematika Yunani.

Setelah itu, pimpinan menghilang dan tidak pernah ditemukan lagi. Cryl mengambil alih kekuasaan di Alexandaria. Kemudain, Cyril dinobatkan sebagai nabi dan doktor oleh gereja itu. Meskipun tidak satupun hasil karya Hyptia selamat. Dia dikenal sebagai ahli astronom yang hebat. Dan dikenal akan ilmu matematikanya untuk bidang kerucut. 1200 tahun kemudian di abad ke-17. Ahli astronomi, Johanes Kepler mendeskripsikan salah satu kurva ini. Kurva elips yang merupakan pergerakan planet-planet.

Belajar dari Hyptia

Dari sosok Hyptia dalam film Agora ini, dapat diimplementasikan untuk para perempuan di era sekarang adalah terkait perempuan haruslah memiliki keingintahuan yang sangat tinggi pada ilmu pengetahuan seperti sosok Hyptia. Hal ini terlihat dimana Hyptia dengan rasa ingin tahunya yang mendalam mengenai Astronomi, matematika dan lain sebagainya.

Tanpa memandang status apakah dia perempuan atau laki-laki, atau jika di era sekarang mungkin masih berpegang pada pendapat kolot yang mungkin beredar bahwa perempuan hanya berakhir di dapur dan mengurus anak, dan tak perlu memiliki pendidikan tinggi. Padahal, justru karena memiliki peran penting dalam mendidik anak selaku generasi bangsa, harusnya ia memiliki pendidikan yang tinggi karena generasi bangsa ada di tangannya.

Selain itu, Hyptia yang juga memiliki keyakinan yang kuat dengan berbagai bukti kebenaran akan keyakinannya tersebut haruslah menjadi contoh untuk perempuan di mana harus memiliki keyakinan yang kokoh dengan berlandaskan kebenaran akan keyakinan tersebut, tanpa terombang ambing ke sana ke mari. Sehingga, belajar dari sosok Hyptia kita sebagai Perempuan tidak enggan untuk terus mengasah diri dan menambah kadar keilmuan kita selagi itu berada di jalan yang benar dan untuk kebaikan umat manusia. []

Aula Zahrotin M

Aula Zahrotin M

Terkait Posts

Kapan Menikah

Jangan Tanya Lagi, Kapan Aku Menikah?

29 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

15 Juni 2025
Abah dan Azizah

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

8 Juni 2025
Luka Ibu

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

1 Juni 2025
Menjadi Perempuan

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

25 Mei 2025
Pekerja Rumah Tangga

Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

11 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Vasektomi

    Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat Lebih Dekat Nilai Kesetaraan Gender dalam Ibadah Umat Hindu: Refleksi dari SAK Ke-2
  • Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia
  • Ironi: Aktivis Lingkungan Dicap Wahabi Lingkungan Sementara Kerusakan Lingkungan Merajalela
  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID