Mubadalah.id – Dalam memperingati kelahiran (Maulid) Nabi besar Muhammad Saw hari ini dan kapan pun seyogianya tidak sekadar menyalakan kandil-kandil, pawai obor, berceramah dan bercerita tentang kehidupan beliau yang sangat indah.
Atau bahkan membaca puisi-puisi madah (senandung pujian) dan na’tiyah (sifat) kenabian, tetapi lebih penting dari segalanya adalah meneladani kepribadiannya yang mulia dan melanjutkan cita-citanya yang luhur.
Cita-cita kemanusiaan universal yaitu membebaskan manusia dari pemujaan terhadap berhala-berhala, kekuasaan, praktik-praktik penindasan dan diskriminasi.
Kemudian pembelaan terhadap kaum lemah dan miskin, menjunjung tinggi martabat dan kehormatan manusia.
Membangun relasi kemanusiaan dalam jalinan cinta-kasih yang tulus, dan menegakkan keadilan terhadap siapa saja.
Hingga Islam kembali menebarkan cahaya kemanusiaan dan menjadi Rahmat bagi semesta. Atau yang populer menyebutnya sebagai Islam rahmatan lil alamin.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw di Berbagai Negara
Perayaan Maulid saat ini diselenggarakan di mana-mana di seluruh dunia dengan cara dan kemeriahannya masing-masing.
Di Turki, seminggu menjelang Maulid, masjid masjid penuh dengan lampu-lampu dan lampion-lampion warna warni. Halaman rumah penduduk dibersihkan dan dicat putih.
Acara resmi Maulid di negeri ini menggelarnya di masjid-masjid di seluruh negeri, terutama di Ibu kota Ankara, juga Istanbul, Izmir dan provinsi-provinsi lain di bagian barat maupun timur.
Selain berdoa dan bershalawat atas Nabi, umat Muslim di sana juga shalat berjamaah dan membaca al-Qur’an di masjid-masjid.
Kairo, Mesir, kota kuno. Maulid di sini menyelenggarakannya setiap tahun. Di kota ini pada masa lampau, “para penguasa Mamluk” cerita Annemarie Schimmel, dalam bukunya yang menarik, Muhammad Utusan Allah, perayaan besar-besaran untuk memperingati Maulid yang menggelarnya di pelataran benteng Kairo. Ruas-ruas jalan penuh sesak oleh manusia”
Pusat perayaan Maulid Nabi paling ramai adalah di masjid al-Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib. Ribuan masyarakat muslim, kebanyakan kaum Syi’ah dan para pengikut tarekat, hadir di sana.
Mereka datang dengan jalan kaki berbondong-bondong, sendirian maupun berombongan, memenuhi jalanan dan mengepung masjid di Khan Khalili itu. []
Sumber tulisan : Buku Merayakan Hari-hari Indah Bersama Nabi Muhammad karya KH. Husein Muhammad.