Mubadalah.id – Secara harfiah Islam adalah keselamatan dan kedamaian (salam), Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Orang Islam adalah orang yang kehadirannya membuat rasa aman orang lain, baik dari ucapan maupun tangan atau kekuasaannya.”
Nabi selalu menganjurkan kepada umat beliau untuk menyampaikan salam dengan ucapan assalamu’alaikum (keselamatan dan kedamaian atas kamu) ketika saling bertemu. Termasuk untuk saling mengenal ataupun belum, dan menjawabnya adalah kewajiban.
Nabi selalu mengawali dengan ucapan ini ketika bertemu orang. Setiap Muslim, sabaiknya untuk menyebarkan salam. Membaca salam pada akhir shalat juga sebagai kewajiban.
Doktrin Islam tentang ini tidak hanya sekedar pembicaraan atau wacana, tetapi juga menjadi cara hidup Nabi Muhammad Saw. sehari-hari.
Demikian juga cara hidup Khulafaur Rasyidin (Para Pengganti Nabi yang Memperoleh Petunjuk) dan para sahabat yang lain.
Mereka hidup bersama orang lain yang berbeda agama tanpa membedakan, bersama orang miskin tanpa meminggirkan, bersama perempuan tanpa merendahkan.
Kemudian, mereka hidup bersama orang awam tanpa membodohi, bersama orang kecil tanpa mengurangi hak-haknya, dan seterusnya. Mereka menjalin kasih sayang.
Seyyed Hossein Nasr, salah seorang cendekiawan Muslim kontemporer terkemuka kelahiran Iran, mengemukakan pandangannya secara lebih jauh tentang inti Islam dalam bukunya, The Heart of Islam. Ia berkata:
“Jantung atau inti Islam adalah penyaksian keesaan Tuhan, universalitas kebenaran, kemutlakan untuk tunduk kepada kehendak Tuhan, pemenuhan segala tanggung jawab manusia, dan penghargaan kepada hak-hak seluruh makhluk hidup.”
“Jantung atau inti Islam mengisyaratkan kepada kita untuk bangun dari mimpi yang melalaikan, ingat tentang siapa diri kita dan mengapa kita ada di sini, serta untuk mengenal dan menghargai agama-agama lain.”
Selanjutnya, ia menyatakan:
“Islam berpandangan bahwa semua agama yang benar didasarkan pada ketundukan mutlak kepada Tuhan. Nama Islam tidak hanya berarti agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui al-Qur’an, tetapi juga seluruh agama yang autentik.” []