• Login
  • Register
Minggu, 3 Juli 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Istirahatkan Istrimu di Bulan Ramadhan

Imam Nakhai Imam Nakhai
13/05/2020
in Aktual
0
(sumber foto parenting.dream.co.id)

(sumber foto parenting.dream.co.id)

32
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tidak perlu survei dengan menggunakan metodologi apapun untuk menggali jawaban “siapakah yang paling sibuk dengan pekerjaan dapur lebih lebih di Bulan ramadhan? “. Karena jawaban telah ditemukan sebelum survei dilakukan, ia adalah Istri.

Teringat pada status Ibu Lies Marcoes setahun yang lalu. Konon beliau bergegas pulang tidak lagi mendengarkan khutbah iedul fitri, karena sang khatib dengan keyakinan pengetahuannya berceramah tentang ketaatan dan kepatuhan istri kepada suami.

Jika tidak, sekuat apapun ibadahnya, maka ia akan tetap menghuni neraka. Ini khatib tidak paham konteks, bagaimana khatib dengan tega mengatakan seperti itu, menakut-nakuti istri, termasuk istrinya sendiri masuk neraka, di saat khutbah iedul fitri pula.

Momen yang seharusnya membahagiakan. Padahal yang paling sibuk di bulan ramadhan adalah istri, mulai mempersiapkan buka puasa, makan kedua, sampai bangun lebih dulu mempersiapkan sahur, bahkan mempersiapkan aneka jajanan dan baju lebaran anak anaknya. Barangkali sang khatib ini dilahirkan dari batu, bukan dari rahim ibu. Tidak memberi ruang bahagia sedikitpun setelah istri istri capek sebulan penuh.

Sepertinya masih banyak laki laki yang cara pandang dan perlakuannya kepada istri seperti khatib itu. Istri bukan lagi sebagai mitra hidup, melainkan mirip pembantu. Bukan hanya dalam bulan ramadhan, melainkan setahun penuh. Ya ayyuhal suami suami.. Sudahkah kita istirahatkan istri-istri kita, setidaknya sebulan ini saja. Atau jika tetap bekerja, bantulah. Kalau tidak bisa bantu, jangan lagi kau takut-takuti dengan api neraka, apalagi dengan dalil dalil agama yang kau pilih pilih sendiri.

Baca Juga:

Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah

Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?

Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?

Pada dasarnya menggiling gandum, membuat roti, memasak, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya bukanlah kewajiban Isrti. Demikian menurut Imam Ahmad Bin Hambal dan juga menurut an Nawawi dalam kitab Majmu’nya. Jika pun Istri melakukan pekerjaan pekerjaan rumah, itu semata-mata bagian dari mu’asyarah bil ma’ruf yang dijalankan istri. Sekalipun memang ada pendapat ulama yang menyatakan bahwa istri berkewajiban melakukan pekerjaan rumah sesuai dengan tradisi yang berlaku.

Al Qur’an tidak menyebut dan mengatur pekerjaan mana yang harus dilakukan suami dan mana yang dilakukan istri. Pekerjaan rumah tangga tidak berjenis kelamin. Al Qur’an lebih banyak memberikan prinsip dan nilai-nilai dalam hidup berrumah tangga.

Prinsip-prinsip itu antara lain adalah “mu’asyarah bil makruf” (saling memperlakukan pasangan secara wajar dan layak), “tasyawurin” (memusyarahkan apa yang terbaik bagi keluarga), “tardhin” (saling merestui, saling membahagiakan), dan husnut tafahum (saling mengerti dan memahami).

Inti dari prinsip dan nilai itu adalah “kesalingan” dan “keseimbangan”. Atas prinsip-prinsip inilah seharusnya rumah tangga dibangun. Tampanya, tidak akan ada “mawaddah” dan “rahmah” dalam keluarga. Tanpa keduanya tidak ada sakinah, tidak ada kedamaian dan ketenteraman dalam rumah Tangga.

Momen Ramadhan adalah saat yang tepat untuk membangun kesalingan dan keseimbangan terlebih di tengah social distancing akibat pandemi Covid-19. Kegagalan membangun kesalingan dan keseimbangan dalam keluarga, hanya akan melahirkan kekerasan dalam rumah tangga.

Hasil beberapa kajian lembaga nasional maupun internasional menunjukkan kenaikan angka kekerasan dalam rumah tangga di tengah Covid 19 ini. Padahal logikanya, ketika suami istri dan anak anak sama sama berada di rumah, maka pekerjaan dan beban rumah tangga bisa dipikul dan dirasakan bersama. Nah jika yang terjadi justru sebaliknya, yakni meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga, maka ada prinsip dan nilai yang salah dalam keluarga.

Maka, mari kembali, menghayati dan meresapi prinsip dan nilai nilai al Qur’an, yaitu mu’asyarah bil makruf, tasyawurin, taradhin, husnut tafahum, dan yang semaknanya. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan terwujud mawaddah wa rahmah sebagai dua modal utama membangun keluarga sakinah, keluarga maslahah, kelurga bahagia-sejahtera. Amin. Wallahu A’lam. []

Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

tadarus subuh

Tadarus Subuh Ke-24 : Apakah Semua Aktivitas Istri Harus Seizin Suami

18 Juni 2022
Allah mendengar suara perempuan

Moderasi Beragama Menurut Ulama KUPI

2 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

Makna Pancasila Menurut Ulama KUPI

2 Juni 2022
Ulama NU Tegaskan Ideologi Pancasila Sudah Final

Ulama NU Tegaskan Ideologi Pancasila Sudah Final

1 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

4 Dalil Al-Qur’an Tentang Pancasila Sesuai Syariat Islam

1 Juni 2022
Pancasila Sesuai Syariat Islam

Pancasila Sumber Inspirasi Keadilan Gender

31 Mei 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Stigma Duda

    Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisakah Kampus Menjadi Ruang Aman bagi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kesetaraan Gender dalam Perspektif Tokoh Perempuan Nahdlatul Ulama Masa Kini

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Amalan di Bulan Dzulhijjah yang Mendatangkan Banyak Pahala

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berdosakah Istri Meminta Cerai: Perspektif Mubadalah
  • Puasa Dzulhijjah Hanya 3 Hari, Bolehkah?
  • Stigma Duda, Laki-laki yang Menjadi Korban Patriarki
  • Puasa Dzulhijjah Tapi Tidak Berurutan, Bolehkah?
  • 5 Sikap Lagertha, Pemimpin Perempuan dalam Serial Vikings yang Patut Dicontoh

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist