• Login
  • Register
Sabtu, 30 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Istirahatkan Istrimu di Bulan Ramadhan

Imam Nakhai Imam Nakhai
13/05/2020
in Aktual
0
(sumber foto parenting.dream.co.id)

(sumber foto parenting.dream.co.id)

166
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tidak perlu survei dengan menggunakan metodologi apapun untuk menggali jawaban “siapakah yang paling sibuk dengan pekerjaan dapur lebih lebih di Bulan ramadhan? “. Karena jawaban telah ditemukan sebelum survei dilakukan, ia adalah Istri.

Teringat pada status Ibu Lies Marcoes setahun yang lalu. Konon beliau bergegas pulang tidak lagi mendengarkan khutbah iedul fitri, karena sang khatib dengan keyakinan pengetahuannya berceramah tentang ketaatan dan kepatuhan istri kepada suami.

Jika tidak, sekuat apapun ibadahnya, maka ia akan tetap menghuni neraka. Ini khatib tidak paham konteks, bagaimana khatib dengan tega mengatakan seperti itu, menakut-nakuti istri, termasuk istrinya sendiri masuk neraka, di saat khutbah iedul fitri pula.

Momen yang seharusnya membahagiakan. Padahal yang paling sibuk di bulan ramadhan adalah istri, mulai mempersiapkan buka puasa, makan kedua, sampai bangun lebih dulu mempersiapkan sahur, bahkan mempersiapkan aneka jajanan dan baju lebaran anak anaknya. Barangkali sang khatib ini dilahirkan dari batu, bukan dari rahim ibu. Tidak memberi ruang bahagia sedikitpun setelah istri istri capek sebulan penuh.

Sepertinya masih banyak laki laki yang cara pandang dan perlakuannya kepada istri seperti khatib itu. Istri bukan lagi sebagai mitra hidup, melainkan mirip pembantu. Bukan hanya dalam bulan ramadhan, melainkan setahun penuh. Ya ayyuhal suami suami.. Sudahkah kita istirahatkan istri-istri kita, setidaknya sebulan ini saja. Atau jika tetap bekerja, bantulah. Kalau tidak bisa bantu, jangan lagi kau takut-takuti dengan api neraka, apalagi dengan dalil dalil agama yang kau pilih pilih sendiri.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga
  • Tidak Ada Keutamaan Dalam Perkawinan Poligami
  • Muhammad Abduh: Jika Nafsun Wahidah adalah Adam, Maka Adam yang Mana?
  • Tidak Ada Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami

Baca Juga:

Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

Tidak Ada Keutamaan Dalam Perkawinan Poligami

Muhammad Abduh: Jika Nafsun Wahidah adalah Adam, Maka Adam yang Mana?

Tidak Ada Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami

Pada dasarnya menggiling gandum, membuat roti, memasak, mencuci dan pekerjaan rumah lainnya bukanlah kewajiban Isrti. Demikian menurut Imam Ahmad Bin Hambal dan juga menurut an Nawawi dalam kitab Majmu’nya. Jika pun Istri melakukan pekerjaan pekerjaan rumah, itu semata-mata bagian dari mu’asyarah bil ma’ruf yang dijalankan istri. Sekalipun memang ada pendapat ulama yang menyatakan bahwa istri berkewajiban melakukan pekerjaan rumah sesuai dengan tradisi yang berlaku.

Al Qur’an tidak menyebut dan mengatur pekerjaan mana yang harus dilakukan suami dan mana yang dilakukan istri. Pekerjaan rumah tangga tidak berjenis kelamin. Al Qur’an lebih banyak memberikan prinsip dan nilai-nilai dalam hidup berrumah tangga.

Prinsip-prinsip itu antara lain adalah “mu’asyarah bil makruf” (saling memperlakukan pasangan secara wajar dan layak), “tasyawurin” (memusyarahkan apa yang terbaik bagi keluarga), “tardhin” (saling merestui, saling membahagiakan), dan husnut tafahum (saling mengerti dan memahami).

Inti dari prinsip dan nilai itu adalah “kesalingan” dan “keseimbangan”. Atas prinsip-prinsip inilah seharusnya rumah tangga dibangun. Tampanya, tidak akan ada “mawaddah” dan “rahmah” dalam keluarga. Tanpa keduanya tidak ada sakinah, tidak ada kedamaian dan ketenteraman dalam rumah Tangga.

Momen Ramadhan adalah saat yang tepat untuk membangun kesalingan dan keseimbangan terlebih di tengah social distancing akibat pandemi Covid-19. Kegagalan membangun kesalingan dan keseimbangan dalam keluarga, hanya akan melahirkan kekerasan dalam rumah tangga.

Hasil beberapa kajian lembaga nasional maupun internasional menunjukkan kenaikan angka kekerasan dalam rumah tangga di tengah Covid 19 ini. Padahal logikanya, ketika suami istri dan anak anak sama sama berada di rumah, maka pekerjaan dan beban rumah tangga bisa dipikul dan dirasakan bersama. Nah jika yang terjadi justru sebaliknya, yakni meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga, maka ada prinsip dan nilai yang salah dalam keluarga.

Maka, mari kembali, menghayati dan meresapi prinsip dan nilai nilai al Qur’an, yaitu mu’asyarah bil makruf, tasyawurin, taradhin, husnut tafahum, dan yang semaknanya. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan terwujud mawaddah wa rahmah sebagai dua modal utama membangun keluarga sakinah, keluarga maslahah, kelurga bahagia-sejahtera. Amin. Wallahu A’lam. []

Imam Nakhai

Imam Nakhai

Bekerja di Komnas Perempuan

Terkait Posts

Ashoka Indonesia

Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

30 September 2023
Hari Santri 2023

Jelang Hari Santri 2023, Kemenag Harap Jadi Momen Glorifikasi Pesantren

17 September 2023
Stabilitas Wakaf

Pengembangan Instrumen Wakaf Dinilai Efektif Jaga Stabilitas Sosial Ekonomi Masyarakat

11 September 2023
Suara Perempuan Pemilu

Suara Perempuan untuk Pemilu 2024: Pertegas Pemilu yang Setara, Adil dan Inklusif

29 Agustus 2023
Perempuan Nasional

5 Rekomendasi Kongres Perempuan Nasional Semarang

27 Agustus 2023
Kongres Perempuan Nasional

Kongres Perempuan Nasional Hasilkan Maklumat Semarang dan 5 Rekomendasi

27 Agustus 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Al-Qur'an Poligami

    Al-Qur’an Menegaskan Monogami bukan Poligami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dalil Tentang Larangan Berbuat Kerusakan di Muka Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jiwa yang (Seharusnya) Bersedih: Laki-laki yang Tak Boleh Menangis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membincang Misi Sosial Profetik Nabi Muhammad SAW

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga
  • Tidak Ada Keutamaan Dalam Perkawinan Poligami
  • Muhammad Abduh: Jika Nafsun Wahidah adalah Adam, Maka Adam yang Mana?
  • Tidak Ada Tafsir Al-Qur’an tentang Poligami
  • Membincang Misi Sosial Profetik Nabi Muhammad SAW

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist