• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Kamu Terjebak Hubungan Toxic? Berikut Tips-tips Agar Bisa Keluar

Hubungan yang tidak sehat sering kali membuat sulit untuk menjalin keterhubungan dengan keluarga, sahabat atau orang-orang sekitar. Maka inilah waktu yang tepat untuk menjalin ikatan kembali yang sempat terputus

Hoerunnisa Hoerunnisa
23/07/2022
in Personal
0
Hubungan Toxic

Hubungan Toxic

605
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Akhir-akhir ini istilah hubungan toxic dalam relasi pacaran banyak diperbincangkan oleh masyarakat, khususnya kalangan remaja. Sehingga idak secara langsung, ini menjadi gambaran bahwa semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, orang-orang sudah mulai bisa menyadari dan mengidentifikasi bagaimana relasi dengan pasangannya.

Jika dulu tindakan perselingkuhan, pengaturan, dan pembatasan gerak terhadap pasangan, anggapannya adalah sebuah hal yang wajar, maka sekarang orang-orang sudah bisa mengklasifikasikannya pada relasi hubungan yang tidak sehat, dan mulai menyadari harus ada perbaikan dalam berelasi.

Bagaimana Hubungan Toxic dalam relasi pacaran bisa muncul?

Pertama, seseorang dengan management konflik yang buruk serta dengan personal issue yang kompleks, akan membuat ia memilih untuk menghindari konflik. Sehingga jika ada konflik yang mengarah pada hubungan toxic, dia akan memilih diam untuk menghindari konflik tersebut.

Karena dengan menghindari konflik, setidaknya akan menjauhkannya dari hal-hal yang merujuk pada berakhirnya hubungan. Padahal, relasi pacaran yang terjalin antara dua insan dengan latar belakang pemikiran berbeda dan kehidupan yang berbeda, menjadikan kehadiran konflik adalah sebuah keniscayaan.

Kedua, hadirnya relasi kuasa, seseorang yang merasa memiliki power lebih (apapun itu) atas pasangannya, akan merasa dirinya berhak bertindak seenaknya, memiliki sifat egois yang tinggi, serta merasa berhak untuk mengatur atau memperdaya pasangannya.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Ketiga, budaya patriarki yang masih mengakar, budaya ini selalu menjadikan perempuan sebagai “the second sex” dalam relasi pacaran serta selalu menjadikan perempuan merasa harus menjadi “nice girl syndrom” yang selalu mengikuti standar perempuan “baik” yang diciptakannya. Yakni perempuan yang cenderung pasif dan tidak melawan. Butuh effort banyak untuk menyebarkan pemahaman bahwa dalam relasi pacaran perempuan dan laki-laki memiliki posisi yang setara.

Hubungan Toxic: Membuat seseorang kehilangan gambaran diri

Terjebak dalam hubungan toxic akan membuat seseorang tidak mengenali diri sendiri. Ia cenderung hidup dalam ekspektasi pasangannya dan sibuk memuaskan keegoisan pasangannya. Ia lupa, bahwa ternyata dia sendiri memiliki keinginan dan cita-cita. Hal serupa juga beberapa teman saya mengalaminya.

Pertama, sebut saja Tini (bukan nama sebenarnya). Suatu ketika dia membuat kesalahan yang cukup besar, tetapi Tini meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi. Pasangannyapun memafkannya dan komitmen untuk tidak mengungkit kembali masalah tersebut demi relasi baik.

Tetapi faktanya, semenjak konflik tersebut, pasangannya menjadi seseorang yang mudah marah, dan sering menghilang. Mudah memutuskan dan jika ada masalah selalu terkait dengan kesalahan lampau yang Tini lakukan. Keadaan seolah selalu memposisikan Tini menjadi orang yang tersudutkan atas konflik yang terjadi. Sehingga menjadikanya merasa tidak berhak untuk melakukan perlawanan apapun atas ekspresi pasangannya.

Selain itu, keadaan tersebut merenggut kepercayaan diri Tini. Ketika pasangannya memutuskan untuk mengakhiri hubungan, Tini selalu menolaknya dengan alasan “jika tidak dengan kamu, siapa lagi laki-laki yang menginginkanku?” Keadaan yang memposisikannya sebagai orang yang “paling bersalah” atas konflik apapun, menjadikannya terus merasa hidup dalam bayang-bayang kesalahan. Sehingga membuatnya merasa tidak berharga lagi. Maka dia melakukan segala cara untuk mempertahankan hubungannya. Bahkan dengan mengemis sekalipun.

Kedua, sebut saja Mawar (bukan nama sebenarnya). Beberapa kali dia mendapati pasangannya sedang menjalin hubungan dengan perempuan lain, beberapa kali juga dia meminta klarifikasi tetapi pasangannya tidak merespon apapun. Pada akhirnya Mawar merasa kesulitan untuk mengekspresikan emosinya, bahkan sekedar meminta haknya sebagai pasangan.

Setiap kesalahan yang pasangannya lakukan, Mawar tidak berani protes apapun. Dia hanya bisa bergulat dengan diri sendiri dan tanpa keputusan apapun. Bahkan terkadang selalu merasa bahwa titik kesalahnnya ada pada diri Mawar. Sehingga membuat mentalnya terganggu akhir-akhir ini, dia kesulitan tidur dan tak mampu berpikir positif.

Mari keluar dari lingkaran toxic! Berikut adalah tipsnya

Berikut adalah tips agar keluar dari lingkaran hubungan toxic ala Diana Mayorita dalam bukunya yang berjudul Toxic Relationst*t wajib kamu coba!

Pertama, melakukan negosiasi. Jika merasa perlakuan pasanganmu sudah melewati batas wajar, beranilah untuk mengutarakan dan mengekspresikan keinginan diri kamu. Begitupun sebaliknya, kamu juga harus membuka selebar-lebarnya pasanganmu untuk mengekspresikan keinginanya. Sehingga pada akhirnya lahirlah kesepakatan bersama, seiring dengan komitmen untuk saling memaafkan satu sama lain.

Kedua, berani mengambil keputusan. Pengambilan keputusan untuk mengakhiri hubungan bukanlah hal yang mudah, maka kamu butuh support dari orang-orang yang mendukung keputusanmu secara penuh. kaKu juga bisa sambil konseling karena perubahan mindset menjadi pondasi kuat dalam mengambil keputusan, serta mulai mengasah potensi kita. Tetapi ketika kamu berani mambuat keputusan, tidak secara langsung memperlihatkan bahwa kamu memiliki “value”.

Ketiga, Re-connect. Hubungan yang tidak sehat sering kali membuat sulit untuk menjalin keterhubungan dengan keluarga, sahabat atau orang-orang sekitar. Maka inilah waktu yang tepat untuk menjalin ikatan kembali yang sempat terputus. Hal ini pasti sulit, tetapi dukungan orang banyak akan membantu melewati fase ini, setidaknya kamu punya kekuatan untuk melangkah dan tidak merasa berjuang sendiri.

Keempat, stop berasumsi. Bumi terus berputar dan waktu terus berjalan, jangan pernah memberi jeda untuk asumi-asumsi buruk yang dapat meruntuhkan keputusan untuk lepas dari hubungan abusif. Karena kemungkinan berubah pikiran itu akan hadir dan tidak sedikit orang yang menyesali keputusanannya karena banyak berasumsi.

Buat Rencana Aksi Masa Depan

Dari pada pikiran penuh dengan asumsi yang tidak jelas, lebih baik kita alih fokuskan dengan membuat rencana yang akan kita lakukan selanjutnya untuk menjalani kehidupan baru. Buatlah action plan, standar keberhasilan serta jangan lupa reward ketika sudah berhasil mencapainya.

Kelima, melakukan self discovery . Hal yang paling sulit pasca terlepas dari pasangan yang toxic adalah berusaha untuk kembali mengenal diri sendiri. Tentulah belajar untuk membangun kembali penghargaan yang sempat lama roboh bukanlah hal yang mudah. Maka dukungan dari orang sekitar saja tidak cukup, kamupun harus banyak effortnya. Karena yang benar-benar mengenal siapa diri kita ya kita sendiri.

Sayang, mari keluar dari lingkaran toxic, hidup kamu bukan hanya tentang percintaan saja, ada banyak destinasi wisata yang bisa kita kunjungi, makanan yang harus kita coba, cita-cita yang harus terkejar, serta harapan dari keluarga yang harus kita wujudkan. []

Tags: Hubungan ToxicKekerasan dalam PacaranKekerasan seksuallaki-lakiperempuanRelasi Sehat
Hoerunnisa

Hoerunnisa

Perempuan asal garut selatan dan sekarang tergabung dalam komunitas Puan menulis

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version