• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kesalingan Sejak dalam Pikiran

Zahrofatul Asri Irin Zahrofatul Asri Irin
06/09/2022
in Kolom
0
Kesalingan Sejak dalam Pikiran

Kesalingan Sejak dalam Pikiran

36
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Berikut ini penjelasan terkait kesalingan sejak dalam pikiran. Saat ini kesalingan sejak dalam pikiran sangat penting.  Pasalnya, menjadi manusia dengan jenis kelamin perempuan di Indonesia ini harus siap dengan berbagai tantangan. Apalagi perempuan yang memiliki impian, karir, dan tingkat pendidikan lebih tinggi dari laki-laki kebanyakan.

Tidak sedikit teman yang saya kenal dihadapkan pada beberapa masalah dalam upayanya meraih pendidikan tinggi. Masalah yang muncul dari akar ketidaksetaraan baik dalam lingkungan keluarga maupun sosial.

Pengakuan dari salah satu teman dari salah satu daerah kecil di Jawa Timur. Tiket dia untuk bisa sekolah tsanawiyah (SMP) saja begitu berat. Dia harus bertunangan terlebih dulu. Bisa dibayangkan betapa masih sangat konservatifnya masyarakat kita.

Mereka beranggapan bahwa orang tua yang membiarkan anak perempuannya melanglang buana tanpa terlebih dahulu diikat (bertunangan) dengan anak laki-laki orang adalah termasuk orang tua yang sembrono.

Baca juga: Membangun Surga Rumah Tangga dengan Prinsip Kesalingan

Baca Juga:

Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan

Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Jika setelah selesai tsanawiyah ternyata si anak  ingin terus melanjutkan pendidikan, alih-alih menikah dengan tunangannya, maka akan muncul permasalahan baru. Masalah tidak hanya dari lingkungan keluarga melainkan juga lingkungan sosial.

Lain ceritanya dengan laki-laki. Mereka bebas menentukan hidup macam apa yang akan mereka pilih tanpa larangan dan batasan dari siapapun. Hampir pada semua aspek, laki-laki memiliki kuasa penuh atas diri dan hidupnya.

Baca juga: Persamaan dan Kesalingan dalam Perjuangan Kartini

Dari kasus semacam ini kemudian muncul pertanyaan “kenapa masyarakat kita memandang beda antara laki-laki dan perempuan?”

Jadi, stigma masyarakat bahwa perempuan adalah (sekadar) pendamping tumbuh amat subur di lingkungan kita.

Bahwa perempuan lahir dengan mengemban amanah dari sang pencipta untuk (hanya) diposisikan sebagai gender kedua setelah laki-laki.

Mereka hidup untuk membantu dan mendampingi siapapun calon suaminya kelak yang itupun tetap akan dipilihkan dan disetujui oleh kedua orang tuanya.

Maka bukan “apa impian dalam hidupmu? Wujudkan!” melainkan, “apa impian hidup suamimu? Ikuti!.”

Al-Qur’an sendiri telah menjelaskan bahwa manusia adalah sebagai kholifah fil arl. Manusia sebagai pengganti Allah di bumi adalah manusia. Dalam konteks umum, tidak ada spesifikasi manusia dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan.

Tidak disebutkan di dalamnya istilah gender pertama dan gender kedua, maka apa dasar yang digunakan untuk membatasi ruang gerak manusia lain?

Karena setiap manusia memiliki potensi cemerlang yang dianugerahkan oleh sang pencipta maka seyogianya tidak boleh ada yang membatasi.

Baca juga: Tauhid untuk Keadilan dan Kesalingan

Masyarakat harus berani mengubah pola pikir bahwa anak laki-laki dan perempuan harus mendapatkan kesempatan yang sama. Laki-laki bisa memilih maka perempuan bisa, laki-laki boleh menolak maka perempuan boleh.

Laki-laki akan menentukan tujuan dan impian hidupnya sendiri maka perempuan akan juga seperti itu.

Dengan berangkat dari merubah pola pikir maka segala bentuk kesenjangan akan mulai terkikis habis. Laki-laki dan perempuan akan selalu berjalan beriringan, saling hormat dan menghargai gagasan. Bersama-sama mengembangkan potensi personal untuk mutu kehidupan yang lebih berkualitas baik domestik maupun sosial.[]

Tags: GenderislamKesalinganlaki-lakiMubadalahpendidikanperempuanpikiranrahmatrumah tangga
Zahrofatul Asri Irin

Zahrofatul Asri Irin

Terkait Posts

Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Retret di sukabumi

    Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Seorang Ibu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID