• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Ketika Istri Taat Disanjung-sanjung, Tapi Suami Susis Diolok-olok

Suami istri bebas mengekspresikan rasa sayang dan cinta yang bermanfaat untuk hajat rumah tangga. Bukan bebas mengintimidasi pasangan dengan narasi “taat” atau “susis” yang berlebihan

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
31/08/2022
in Keluarga
0
Istri Taat

Istri Taat

456
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Salingers mungkin pernah melihat atau merasakan langsung, bagaimana sikap suami yang sangat sayang dan perhatian kepada istri taat, beserta anak-anaknya. Di mana terkadang sikap itu sering mereka salah-artikan sebagai bentuk penindasan kepada suami. Suami dengan sikap demikian anggapannya sering tidak “laki”, tidak macho, tidak gentle, dan juga tidak jantan.

Suami-suami penuh kasih ini umumnya mendapat label sebagai “Susis,’’ atau suami sieun/takut istri. Berbanding terbalik jika sikap tersebut ditampilkan oleh istri kepada suami. Tidak ada istilah istri sieun suami yang tersematkan kepadanya, justru label istri taat yang menempel padanya.

Mengapa bisa begitu? Ternyata tidak hanya perempuan lho yang menjadi korban budaya patriarki, tetapi laki-laki juga bisa menjadi korban budaya yang diskriminatif ini. Apakah salah bagi laki-laki, yang notabenenya suami, untuk mengekspresikan cintanya kepada sang istri dengan bekerja sama dalam segala urusan rumah tangga?

Daftar Isi

    • Dalil Suami Istri Taat kepada Pasangan
  • Baca Juga:
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?
    • Susis adalah Julukan yang Dilarang
    • Suami Istri Bebas Mengekspresikan Rasa Cinta

Dalil Suami Istri Taat kepada Pasangan

Sebagaimana tulisan Dr. Faqih dalam artikel Kisah Istri Taat Suami tidak Kunjungi Ayah yang Sakit, sejatinya dalil hadis yang umum kita gunakan untuk mendeskreditkan kaum perempuan ini tidak kita temukan dalam kitab hadis induk manapun. Narasi yang berisikan perintah istri taat kepada suami diduga bermula dari kisah terkait adab suami-istri yang Imam Al-Ghazali tulis dalam kitab Ihya’ Ulumuddin.

Saat saya telusuri, kisah yang bersandar pada hadis tersebut bersifat lemah/dla’if. Sebagaimana Dr. Faqih, tekankan dalam Ushul Fiqih dan Mustholah Alhadis, bahwa hadis yang lemah tidak dapat menjadi sandaran hukum, untuk mewajibkan sesuatu atau mengharamkan sesuatu. Seperti halnya mewajibkan istri untuk patuh dan taat kepada suami.

Baca Juga:

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Tentunya berbeda jika hadis dla’if ini tidak kita gunakan untuk menjadi sandaran hukum. Melainkan untuk meningkatkan amal kebaikan, seperti salat, puasa, tolong-menolong dan serupanya, tentu diperbolehkan. Dengan catatan tidak untuk mewajibkan atau mengharamkan atas suatu perkara. Sehingga tidak ada kewajiban atas istri taat mutlak kepada suami, dan tidak ada juga kewajiban atas suami untuk taat mutlak kepada sang istri. Melainkan, keduanya hanya taat mutlak kepada Tuhan YME.

Susis adalah Julukan yang Dilarang

Sesungguhnya, term “taat” dan “susis” adalah term yang menggambarkan ekspresi cinta serta kasih seseorang kepada pasangan kawinnya. Sebegitu sayangnya dan baiknya komunikasi sepasang pasutri. Jika melihatnya dari perspektif istri tentu khalayak umum akan memuji sang istri sebagai istri taat kepada suami.

Keadaan yang sama pula, sedemikian sayang, perhatian, dan kasihnya sang suami terhadap sang istri, masyarakat patriarki ini justru melihatnya sebagai hal yang tidak seharusnya. Padahal apa yang mereka berdua lakukan adalah bentuk perbuatan yang sama, perbuatan kesalingan yang menciptakan keduanya saling menyayangi. Maka jangan rusak hubungan itu dengan melabeli sang suami dengan sebutan “susis.”

Olok-olokkan seperti ini mungkin tidak memberikan pengaruh terhadap sebagian orang, namun kondisi psikis tiap orang tentunya berbeda-beda, bagi sebagian yang lain, olok-olokkan seperti ini akan menjadi beban psikisnya, membuat seorang laki-laki ingin lebih tampak maskulin untuk orang lain pada akhirnya, sehingga menyampingkan apa yang diri butuhkan dan pasangannya.

“Bukankah mengolok-ngolok dan menyematkan label negatif pada seseorang merupakan perbuatan zalim, bahkan para pelakunya dituntut untuk segera bertaubat.” (Lihat QS. Al-Hujurat: 11).

Tidak sedikit pula, hal yang demikian, memberi label “susis,” lantas memicu konflik yang lebih besar dalam rumah tangga pasutri bersangkutan. Kurangi untuk melabeli para suami ini dengan sebutan yang menciutkan rasa sayangnya yang besar terhadap istri-istrinya.

Suami Istri Bebas Mengekspresikan Rasa Cinta

Dengan demikian kita semua dapat berkontribusi dalam menciptakan keharmonisan rumah tangga yang dibina oleh orang-orang terdekat kita. Biarkan para suami mencuci piring. Jangan salahkan para suami jika ingin mengasuh dan memandikan anak. Biarkan juga para istri mencuci piring, jangan salahkan para istri yang mengasuh anak, apakah ada yang berbeda?

Jika tidak, mengapa harus kita bedakan? Apapun itu, dalam rumahi tangga yang terpenting adalah negosiasi antar pasutri bersangkutan, bukan negosiasi masyarakat umum.

Tidak taat kepada suami bukan berarti pembangkang,  juga susis kepada istri bukan berarti tidak jantan. Baik istri maupun suami tidak memiliki kewajiban untuk berada lebih di atas dari pada lainnya. Keduanya memiliki kedudukan yang sama untuk bekerja sama mencapai tujuan pernikahan. Dalam istilah orang Jawa, pasangan menikah itu kita sebut Garwo/soulmate atau sigaran nyowo, namanya belahan jiwa ya porsinya sama banyak, tidak ada yang lebih dominan.

Ringkasnya, suami istri bebas mengekspresikan rasa sayang dan cinta yang bermanfaat untuk hajat rumah tangga. Bukan bebas mengintimidasi pasangan dengan narasi “taat” atau “susis” yang berlebihan. Sehingga tidak ada pihak yang merasa terdiskriminasi atau tertekan dalam pernikahan yang terbina, melainkan hanya rasa bahagia semata. []

Tags: istrikeluargaKesalinganRelasisuami
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Generasi Strawberry

Self Diagnose, Parenting, dan Labelling: Penyebab Munculnya Generasi Strawberry

16 Maret 2023
Positive Vibes Keluarga

Pentingnya Kesalingan Membentuk Positive Vibes Keluarga

15 Maret 2023
Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

Tiket Masuk Majlis Rasulullah Saw adalah Akhlak Mulia dalam Rumah Tangga

14 Maret 2023
Terburu-buru Segera Menikah

Bestie, Jangan Terburu-buru untuk Segera Menikah

11 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Peminggiran Peran Perempuan

    Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist