• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Kiai Sahal dan Nyai Nafisah; Beriringan, Saling Mendukung dan Menguatkan

Buku ini menampilkan kisah bagaimana Kiai dan Nyai Nafisah menyemai kehidupan rumah tangga dengan visi kesetaraan, saling mendukung, saling menguatkan

Dafiq Ali Darojat Dafiq Ali Darojat
26/11/2022
in Buku
0
Kiai Sahal

Kiai Sahal

430
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – KH. MA. Sahal Mahfudh merupakan seorang ulama terkemuka di Indonesia. Sebagai salah satu tokoh yang pernah menahkodai Nahdlatul Ulama selama tiga periode berturut-turut, kiprah dan pemikiran Kiai Sahal cukup mudah kita temukan di buku-buku maupun di jagad maya. Beliau kita kenal juga dengan seorang ulama yang mampu meramu fikih secara kontekstual lewat gagasan fikih sosialnya.

Sebagai salah satu tokoh yang menjadi panutan umat, sejarah dan tindak-lampah Kiai Sahal tidak sedikit orang mencari dan mengkaji. Catatan-catatan, jurnal-jurnal hingga penerbitan buku-buku dalam rangka untuk mengkaji dan mengambil hikmah-hikmah dari perjalanan hidup Kiai Sahal yang telah tertorehkan.

Sudah barang tentu di balik kiprah Kiai Sahal yang begitu gemilang, aktivitas di berbagai lembaga, pasti kita bertanya-tanya apa rahasia dari kesuksesan kiprah Beliau?

Daftar Isi

    • Inspirasi dari Kehidupan Kiai dan Nyai
  • Baca Juga:
  • Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah
  • Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan
  • Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik
    • Istri sebagai Partner Kehidupan
    • Menyemai Kesetaraan dalam Keluarga

Inspirasi dari Kehidupan Kiai dan Nyai

Di Balik kesuksesan seorang suami pasti ada istri yang mendukung. Ibunyai Hj. Dra. Nafisah Sahal, adalah perempuan yang menjadi istri sekaligus penyemangat juang Kiai Sahal. Nyai Nafisah bukan hanya sebagai seorang istri yang hanya mengurus rumah tangga. Namun beliau juga seorang pendiri pesantren putri Al Badi”iyyah, pendakwah, dan aktivis sosial.

Beliau pernah tercatat sebagai anggota Dewan Pemerintah Daerah (DPD) Republik Indonesia. Sebagai seorang istri dari seorang tokoh dan juga merupakan penggerak sosial tentu menjadikan penasaran tentang bagaimana kehidupan rumah tangga beliau berdua. Bagaimana Kiai Sahal dengan ketokohannya mengarungi bahtera kehidupan rumah tangganya dan bagaimana cara Nyai Nafisah sebagai istri membersamai Kiai Sahal dalam setiap langkahnya?

Buku yang berjudul Kiai Sahal & Nyai Nafisah; Beriringan, Saling Mendukung dan Saling Menguatkan, menyajikan tentang bagaimana beliau berdua mengharmoniskan antara kehidupan rumah tangga dan kehidupan sosial. Menariknya buku ini adalah buku pertama yang yang memotret kehidupan Kiai Sahal dan Nyai Nafisah dari sudut pandang yang sangat dekat.

Baca Juga:

Asy-Syifa Binti Abdullah: Ilmuwan Perempuan Pertama dan Kepala Pasar Madinah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Sebab buku ini menantunya sendiri yang menulis. Yaitu Tutik Nurul Janah atau yang akrab kita sapa Ning Tutik. Oleh karena itu banyak sekali kisah-kisah inspiratif dari Kiai Sahal dan Nyai Nafisah yang belum banyak terungkapkan dan kevaliditasanya tidak perlu kita ragukan.

Kiai Sahal terkenal oleh orang-orang sebagai seorang tokoh yang kental akan kesederhanaan dan kedisiplinannya. hal ini penulis gambarkan  bahwa jadwal makan Kiai Sahal selalu pada jam yang sama. Sarapan bagi beliau lakukan pada pukul 6.30, dahar siang biasanya beliau lakukan pada pukul pada pukul 10.30, sedangkan dahar malam usai melaksanakan salat maghrib (hal 05).

Istri sebagai Partner Kehidupan

Dalam memposisikan istri, beliau bukan hanya seorang yang bertugas sebagai ibu dan memasak, namun istri adalah partner kehidupan. Hal ini tergambar bagaimana Kiai Sahal rela berhubungan jarak jauh ketika masa awal pernikahannya. Sebab sang istri masih menempuh pendidikanya di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dan bagaimana beliau mendorong penulis untuk melanjutkan pendidikannya agar mampu menjadi partner dari suaminya.

Membaca buku ini seakan-akan kita sedang dibacakan cerita-cerita oleh penulisnya langsung. Alur cerita yang dibumbui oleh kenangan-kenangan percakapan penulis dengan Kiai Sahal dan Nyai Nafisah membuat pembaca menambah kesan emosional yang kuat. Seperti kisah saat Kiai Sahal setiap hari Kamis duduk di ruang tamu, sambil menanti kepulangan Nyai Nafisah, dengan wajah sumringah. Di mana penulis serta cucu beliau ikut menemani. (hal. 88)

“pripun Bah, rasane ditinggal Ibuk teng Jakarta setiap Minggu ngeten niki?”, tanya penulis (Ning Tutik).

(Bagaimana rasanya, ditinggal Ibuk (Nyai Nafisah) ke Jakarta setiap Minggu begini?)

Kiai Sahal menjawab, “Yo ra kepenak” (rasanya tidak enak), kemudian beliau menambahkan,

“Ndek biyen Ibumu yo… sering tak tinggali sibuk. Ibumu yo… sabar”

(Dahulu, Ibumu (Nyai Nafisah) juga lebih sering saya tinggal sibuk bepergian, dan Ibumu juga selalu bersabar).

Menyemai Kesetaraan dalam Keluarga

Buku ini juga menampilkan kisah bagaimana Kiai dan Nyai Nafisah menyemai kehidupan rumah tangga dengan visi kesetaraan, saling mendukung, saling menguatkan. Kisah membangun kebersamaan dari meja makan. Dari ruang tamu diajarkan tentang arti kesetaraan. Sedangkan dari kebebasan Kiai Sahal mengajarkan tentang arti kepercayaan dan kemandirian.

Selain itu tersaji pula rahasia Kiai dan Nyai Nafisah mendidik putranya, yaitu KH. Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab kita sapa Gus Rozin.

Kisah demi kisah teramu secara runtut oleh penulis. Kisah Kiai dan Nyai Nafisah ditampilkan mulai dari latar belakang keluarga yang menjadi sumber inspirasi beliau berdua, perjalanan keilmuan, ide dan gerakan, relasi suami-istri yang saling menginspirasi hingga mendidik putra beliau berdua. Gaya penulisan yang runtut dan mengalir menjadikan buku ini enak kita baca dan tidak membosankan.

Bagi santri dan muhibbin Kiai Sahal dan Nyai Nafisah buku ini akan menjadi telaga uswah yang wajib kita selami. Untuk para alumni buku ini adalah obat akan kerinduan. Lalu, para penuntut ilmu dan pendidik, buku ini adalah mata air inspirasi.

Sedangkan teruntuk aktivis dan organisatoris buku ini adalah penyemangat untuk menghadapi medan juang. Dan bagi orang-orang akan atau sedang mengarungi jenjang pernikahan, buku ini adalah pedoman arah mata angin dalam mengarungi bahtera kehidupan rumah tangga. []

Judul Buku

 

Penulis

Tebal Buku

Cetakan

Penerbit

:

 

:

:

:

:

Kiai Sahal & Nyai Nafisah; Beriringan, Saling Mendukung dan Saling Menguatkan

Tutik Nurul Janah

xiv + 124 Halaman

Pertama, September 2022

Quantum Yogyakarta

 

Tags: BiografibukuKiai SahalNyai NafisahUlama Nusantaraulama perempuan
Dafiq Ali Darojat

Dafiq Ali Darojat

Dafiq Ali Darojat, Santri Pesantren Maslakul Huda Kajen Margoyoso Pati, Alamat : Pesantren Maslakul Huda , desa Kajen kec. Margoyoso, kab. Pati, prov. Jawa Tengah Akun media sosial: IG. d_dhed, fb: Dhead

Terkait Posts

Nalar Kritis Muslimah

Nalar Kritis Muslimah: Menghadirkan Islam yang Ramah Perempuan

23 Maret 2023
Korban Kekerasan Seksual

Luka yang Tidak akan Sembuh: Beban Psikis Korban Kekerasan Seksual dalam Novel Scars and Other Beautiful Things

12 Maret 2023
Isu Gender

Etin Anwar: Isu Gender dalam Pandangan Filsafat Islam

4 Maret 2023
Women’s March

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part III-Habis

13 Januari 2023
Dongeng dari Gus Mus

Awas, Manusia! Dongeng dari Gus Mus untuk Gen Alpha

10 Januari 2023
Relasi Mubadalah

Relasi Mubadalah Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part II

4 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist