• Login
  • Register
Selasa, 16 Agustus 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Ibu Nyai Nafisah Sahal

Pada era kepemimpinan Kiai Said Aqil Siraj, Nyai Nafisah tercatat sebagai salah satu dari tiga ulama perempuan yang berada dalam jajaran Mustasyar PBNU (Nyai Nafisah Sahal, Nyai Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Huzaimah)

Tutik Nurul Jannah Tutik Nurul Jannah
14/01/2022
in Figur
0
Nafisah Sahal

Nafisah Sahal

53
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
Mubadalah.id – Beliau adalah ibunda Nafisah binti KH Abdul Fattah Hasyim yang lebih dikenal dengan nama Nafisah Sahal. Lahir pada 8 Februari 1946. Ayahanda beliau adalah KH. Abdul Fattah Hasyim dan ibunda beliau adalah Nyai Musyarofah Bisri.Nyai Nafisah Sahal memulai proses belajarnya di bawah pengampuan sang nenek (Istri KH Bisri Syansuri). Di Denanyar Jombang, kakek dan neneknya adalah pendiri madrasah perempuan pertama di Jawa Timur. Nyai Nafisah diasuh oleh kakek dan neneknya pada usia 4 hingga 8 tahun.

Usai neneknya wafat, Nyai Nafisah kembali ke Tambakberas dan dididik langsung oleh abah ibunya yang juga pendiri PPP Al Fathimiyyah dan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Tambakberas. Di Tambakberas, Nyai Nafisah melanjutkan pendidikannya di MI dan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Bahrul Ulum.

Beliau hidup dalam keluarga pecinta ilmu dan pejuang pendidikan. Pada masanya perempuan belum banyak mengenyam pendidikan tinggi, ibunda Nafisah telah berkesempatan untuk kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat itu, (sekitar tahun 1965), perguruan tinggi yang kini dikenal sebagai UIN Sunan Kalijaga itu, belum lama didirikan. Karenanya, maklum jika nomor induk mahasiswa beliau saat itu adalah 933. Dua tahun mengenyam bangku kuliah, beliau dinikahkan dengan Kiai Sahal Mahfudh yang sebenarnya masih terhitung saudara dari garis mbah kakungnya (Kiai Bisri Syansuri).

Beruntung bagi Nyai Nafisah, suami tercintanya, KH Sahal Mahfudh,  memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan kuliah hingga selesai. Dan terus membersamai, saling mendukung dan saling menguatkan dalam membangun rumah tangga, mendidik anak bangsa, serta berkiprah di masyarakatnya.

Saat kuliah, beliau berkesempatan diajar oleh Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy dan KH Ali Maksum (Krapyak). Hal yang paling berkesan saat diajar Kiai Ali Maksum pada mata kuliah Tafsir adalah kala ujian semesteran tiba. Kiai Ali Maksum meminta mahasiswinya itu untuk ujian lisan berupa membaca kitab Bidayatul Mujatahid secara gundulan (tanpa harakat dan makna).

Ibu Nyai Nafisah Sahal tercatat memiliki kiprah di berbagai bidang perjuangan. Baik dalam bidang pendidikan, bidang politik, maupun dalam organisasi sosial keagamaan. Di ranah politik, Nyai Nafisah pernah tercatat sebagai Anggota DPRD kab. Pati, dan Anggota DPD RI.

Di ranah pendidikan, Nyai Nafisah adalah pendiri Pesantren Putri al Badi’iyyah, Lembaga Pendidikan Terpadu Sekolah An Nismah, guru di Perguruan Islam Mathali’ul Falah dan penggagas berdirinya HISMAWATI (semacam OSIS untuk santri putri di Perguruan Islam Mathali’ul Falah).

Sedangkan  di ranah organisasi sosial kemasyarakatan, Nyai Nafisah tercatat pernah menjadi ketua PC Muslimat NU Kab. Pati, ketua PW Muslimat NU Provinsi Jawa Tengah, Dewan Pakar PP Muslimat NU. Dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Pada era kepemimpinan Kiai Said Aqil Siraj, Nyai Nafisah Sahal tercatat sebagai salah satu dari tiga ulama perempuan yang berada dalam jajaran Mustasyar PBNU (Nyai Nafisah Sahal, Nyai Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Huzaimah). Saat ini, pada kepemimpinan Kiai Yahya Staquf, nama Nyai Nafisah kembali tercatat sebagai salah satu dari 11 ulama perempuan dalam jajaran kepengurusan PBNU.

“Aku wis tuwo tik. Kok iso isih mlebu Mustasyar NU”. Dawuh ibu pasca pengumuman kepengurusan PBNU.

“Dikersaaken ngoten buk.. menawi mawon damel menyemangati ingkang muda-muda.” Jawab saya sembari menyebutkan nama Nyai Nuriyah Abdurrahman Wahid, teman sekelas beliau semenjak kelas 5 MI di Tambakberas hingga saat duduk di bangku kuliah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan nama Nyai Masriyah Amwa, santri Nyai Nafisah Sahal yang juga masuk dalam jajaran kepengurusan PBNU era Kiai Yahya Staquf.

Selamat dan sukses kagem KH Mifahul Akhyar dan KH Yahya Staquf serta poro Kiai, gus, Ning dan Nyai dalam kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU Lampung 2021. []

*)Berdasarkan catatan saat bincang santai dengan ibunda Nafisah Sahal, pada ba’da Maghrib, 6 Oktober 2017 dengan tambahan data yang disesuaikan dengan perkembangan kekinian.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang
  • 5 Alasan Persoalan Sampah Wajib Disuarakan Gerakan Perempuan
  • Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Nyai Pinatih, Sosok Perempuan Penyebar Islam di Gresik

Baca Juga:

Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

5 Alasan Persoalan Sampah Wajib Disuarakan Gerakan Perempuan

Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan

Nyai Pinatih, Sosok Perempuan Penyebar Islam di Gresik

Mubadalah.id – Beliau adalah ibunda Nafisah binti KH Abdul Fattah Hasyim yang lebih dikenal dengan nama Nafisah Sahal. Lahir pada 8 Februari 1946. Ayahanda beliau adalah KH. Abdul Fattah Hasyim dan ibunda beliau adalah Nyai Musyarofah Bisri.Nyai Nafisah Sahal memulai proses belajarnya di bawah pengampuan sang nenek (Istri KH Bisri Syansuri). Di Denanyar Jombang, kakek dan neneknya adalah pendiri madrasah perempuan pertama di Jawa Timur. Nyai Nafisah diasuh oleh kakek dan neneknya pada usia 4 hingga 8 tahun.

Usai neneknya wafat, Nyai Nafisah kembali ke Tambakberas dan dididik langsung oleh abah ibunya yang juga pendiri PPP Al Fathimiyyah dan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Tambakberas. Di Tambakberas, Nyai Nafisah melanjutkan pendidikannya di MI dan Madrasah Mu’allimin Mu’allimat Bahrul Ulum.

Beliau hidup dalam keluarga pecinta ilmu dan pejuang pendidikan. Pada masanya perempuan belum banyak mengenyam pendidikan tinggi, ibunda Nafisah telah berkesempatan untuk kuliah di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat itu, (sekitar tahun 1965), perguruan tinggi yang kini dikenal sebagai UIN Sunan Kalijaga itu, belum lama didirikan. Karenanya, maklum jika nomor induk mahasiswa beliau saat itu adalah 933. Dua tahun mengenyam bangku kuliah, beliau dinikahkan dengan Kiai Sahal Mahfudh yang sebenarnya masih terhitung saudara dari garis mbah kakungnya (Kiai Bisri Syansuri).

Beruntung bagi Nyai Nafisah, suami tercintanya, KH Sahal Mahfudh,  memberikan kesempatan kepadanya untuk melanjutkan kuliah hingga selesai. Dan terus membersamai, saling mendukung dan saling menguatkan dalam membangun rumah tangga, mendidik anak bangsa, serta berkiprah di masyarakatnya.

Saat kuliah, beliau berkesempatan diajar oleh Prof. Hasbi Ash-Shiddieqy dan KH Ali Maksum (Krapyak). Hal yang paling berkesan saat diajar Kiai Ali Maksum pada mata kuliah Tafsir adalah kala ujian semesteran tiba. Kiai Ali Maksum meminta mahasiswinya itu untuk ujian lisan berupa membaca kitab Bidayatul Mujatahid secara gundulan (tanpa harakat dan makna).

Ibu Nyai Nafisah Sahal tercatat memiliki kiprah di berbagai bidang perjuangan. Baik dalam bidang pendidikan, bidang politik, maupun dalam organisasi sosial keagamaan. Di ranah politik, Nyai Nafisah pernah tercatat sebagai Anggota DPRD kab. Pati, dan Anggota DPD RI.

Di ranah pendidikan, Nyai Nafisah adalah pendiri Pesantren Putri al Badi’iyyah, Lembaga Pendidikan Terpadu Sekolah An Nismah, guru di Perguruan Islam Mathali’ul Falah dan penggagas berdirinya HISMAWATI (semacam OSIS untuk santri putri di Perguruan Islam Mathali’ul Falah).

Sedangkan  di ranah organisasi sosial kemasyarakatan, Nyai Nafisah tercatat pernah menjadi ketua PC Muslimat NU Kab. Pati, ketua PW Muslimat NU Provinsi Jawa Tengah, Dewan Pakar PP Muslimat NU. Dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Pada era kepemimpinan Kiai Said Aqil Siraj, Nyai Nafisah Sahal tercatat sebagai salah satu dari tiga ulama perempuan yang berada dalam jajaran Mustasyar PBNU (Nyai Nafisah Sahal, Nyai Nuriyah Abdurrahman Wahid, Prof. Huzaimah). Saat ini, pada kepemimpinan Kiai Yahya Staquf, nama Nyai Nafisah kembali tercatat sebagai salah satu dari 11 ulama perempuan dalam jajaran kepengurusan PBNU.

“Aku wis tuwo tik. Kok iso isih mlebu Mustasyar NU”. Dawuh ibu pasca pengumuman kepengurusan PBNU.

“Dikersaaken ngoten buk.. menawi mawon damel menyemangati ingkang muda-muda.” Jawab saya sembari menyebutkan nama Nyai Nuriyah Abdurrahman Wahid, teman sekelas beliau semenjak kelas 5 MI di Tambakberas hingga saat duduk di bangku kuliah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan nama Nyai Masriyah Amwa, santri Nyai Nafisah Sahal yang juga masuk dalam jajaran kepengurusan PBNU era Kiai Yahya Staquf.

Selamat dan sukses kagem KH Mifahul Akhyar dan KH Yahya Staquf serta poro Kiai, gus, Ning dan Nyai dalam kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU Lampung 2021. []

*)Berdasarkan catatan saat bincang santai dengan ibunda Nafisah Sahal, pada ba’da Maghrib, 6 Oktober 2017 dengan tambahan data yang disesuaikan dengan perkembangan kekinian.

Tags: Nahdlatul UlamaNyai Nafisah SahalPBNUulama perempuan
Tutik Nurul Jannah

Tutik Nurul Jannah

Terkait Posts

Rahmah El Yunusiyyah

Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

15 Agustus 2022
KH Hasyim Asy'ari

Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan

6 Agustus 2022
Sejarah Islam

Mengenal Perawat Pertama dalam Sejarah Islam: Rufaidah binti Sa’ad

1 Agustus 2022
Pelestarian Lingkungan

Kisah Almina Kacili: Potret Perempuan dalam Pelestarian Lingkungan dalam Film Semes7a

29 Juli 2022
Penyebar Islam

Nyai Pinatih, Sosok Perempuan Penyebar Islam di Gresik

27 Juli 2022
Tokoh Perempuan

Benazir Bhutto: Dari Tokoh Perempuan Hingga Nama yang Terabadikan

26 Juli 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Doa Baik bagi Non Muslim

    Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rahmah El Yunusiyyah Mengibarkan Merah Putih di Padang Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indonesia Darurat Perempuan Pengawas Pemilu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tetaplah Shalat Meskipun Saat Jadi Mempelai (2)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bagikan Bendera Merah Putih : Tim Mubadalah Ajak Merdeka dari Kekerasan Seksual
  • Pandangan Ulama KUPI Tentang Walimatul Ursy (2)
  • Tahukah Kita: Nabi Memanjatkan Doa Baik bagi Non Muslim?
  • Bacaan Doa Ulama KUPI untuk Pengantin
  • 6 Bahaya Pernikahan Anak bagi Anak Perempuan

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist