• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Lintas Keberagaman: Pesan Utama Islam

Makan adalah salah satu indikator kesejahteraan dan perdamaian, dalam hadis lain banyak pula yang menggunakan redaksi afsyū as-salām “tebarkanlah perdamaian”. Maka memberi makan adalah salah satu cara untuk membantu sesama manusia menjadi sejahtera dan bahagia. Setelah menyebar perdamaian barulah Nabi menyebar ajaran Islam.

Nur Kholilah Mannan Nur Kholilah Mannan
06/12/2020
in Hikmah, Khazanah
0
Kisah Lintas Keberagaman

Kisah Lintas Keberagaman

188
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kisah lintas keberagaman dapat kita temukan pada sejarah Islam klasik. Suatu hari setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, Abu Bakar ra sebagai sahabat karib sekaligus khalifah setelah Nabi menanyakan perihal amal yang belum pernah ia lakukan kepada sayyidah Aisyah ra, putri sekaligus istri Nabi itu menjawab bahwa setiap hari Nabi tak pernah absen dari menyuapi seorang Yahudi buta di pasar tiga kali dalam seminggu.

Pengemis itu tak henti mengatakan “Jangan percaya Muhammad, dia pembohong, dia tukang sihir” sampai peluhnya bercucuran tampak letih. Alih-alih marah justru Nabi pulang mengambil makanan untuk diberikan kepada pengemis tadi.

Esoknya Abu Bakar menyuapinya, tak dinyana lelaki itu sadar bahwa dia bukanlah orang yang biasa datang, menyodorkan makanan dengan tangan lembut dan penuh kasih, ia mengatupkan mulutnya lalu Abu Bakar bertanya apa dia tahu siapa yang telah menyuapinya setiap hari, lelaki itu menggeleng dan Abu Bakar memberitahu bahwa dialah Muhammad yang setiap hari dihina dengan lisannya sendiri. Kemudian ia menangis dan bersyahadat masuk Islam.

Cuplikan cerita di atas sederhana namun sarat makna yang esensial dalam ajaran yang ia bawa, Islam. Memang bukan satu-satunya tapi salah satu hal yang menjadi asas dalam agama Islam adalah kemanusiaan. Mengasihi seluruh manusia dengan tanpa memandang status agama, ras, budaya, suku dan latar belakang yang lain.

Untuk menentukan baik dan buruk pada manusia tak perlu menunggu agama mengiyakan atau menolak, cukup hati nurani yang menentukan. Bahkan pengemis itu masuk Islam dengan kelembutan bukan dengan demo dan tindakan kasar apalagi amoral. Bapak bangsa kita juga sering mengingatkan, KH Abdurrahman Wahid dengan kalimatnya “Tidak penting apa agamamu dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia maka orang tidak akan pernah bertanya apa agamamu”.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha

Mengasihi sesama sebagai bentuk kemanusiaan yang sesungguhnya melampaui agama, suku, usia, pun bentuk fisik, semuanya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan sikap yang layak dari sesama manusia.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh ‘Ubādah, ada seorang lelaki bertanya kepada Nabi tentang perbuatan yang paling utama, Nabi menjawab

إيمان بالله وجهاد في سبيله وحج مبرور، وأهون من ذلك: إطعام الطعام، ولين الكلام

“Iman kepada Allah, berjuang di jalan Allah dan haji mabrur. Ada Ada juga perbuatan yang lebih ringan dari itu semua; memberi makan dan berbicara lembut”

Tak ada yang lebih mendasar dari pada mengesakan Allah selanjutnya baru berjuang di jalan/agama Allah dan haji yang mabrur. Dua terakhir jika dijelaskan lebih panjang lagi akan menghabiskan halaman berlembar-lembar dan waktu yang tidak sedikit, Nabi paham itu sulit oleh karenanya ia menyebutkan perbuatan alternatif yang tak kalah utamanya; memberi makan dan berbicara lembut.

“Memberi makan” dalam tata bahasa termasuk kata kerja yang memiliki objek (muta’addī). Dugaan saya Nabi sengaja tidak menjelaskan siapa yang harus diberi makan. Kesengajaan ini justru yang melahirkan kasih tanpa batas, tanpa melihat latar belakang, artinya memberi makan siapapun, manusia-binatang, muslim-nonmuslim,  dan siapapun itu adalah perbuatan terpuji. Bukti yang paling relate adalah kisah Nabi di atas ketika Nabi memberi makan seorang Yahudi (bahkan ada yang mengatakan bahwa ia adalah seorang perempuan) yang menghina dirinya.

Makan adalah salah satu indikator kesejahteraan dan perdamaian, dalam hadis lain banyak pula yang menggunakan redaksi afsyū as-salām “tebarkanlah perdamaian”. Maka memberi makan adalah salah satu cara untuk membantu sesama manusia menjadi sejahtera dan bahagia. Setelah menyebar perdamaian barulah Nabi menyebar ajaran Islam.

Ini tahapan ideal dalam berdakwah. Bukan sebaliknya, menyebar ajaran dengan paksaan akan memperoleh umat yang damai, nyaris jauh dari kenyataan. Sebab hati manusia lebih tertarik pada perdamaian dan kasih sayang.

Berita masyarakat kita dalam minggu-minggu ini cukup miris, teror di Sigi Sulawesi Tengah yang belum terungkap motifnya, aksi pengepungan rumah ibunda  Mahfud Md di Pamekasan, pelecehan seksual pada perempuan dan masih banyak lagi masalah sosial yang pangkalnya berujung pada terkikisnya rasa cinta dan kasih sayang dalam hati manusia.

Semua ini bukan masalah ringan, merupakan tanggung jawab individual kita semua. Tentu dengan bidang yang digeluti, masing-masing bisa ikut berperan dalam mengubah sedikit demi sedikit masalah ini dan yang paling bisa kita lakukan adalah mengingatkan diri sendiri untuk mencintai dan mengasihi apapun dan siapapun. Gus Dur bilang “Tingkatkan iman! Gitu aja kok repot.” []

 

Tags: bulan gus durislamkeberagamanKH. Abdurrahman WahidKisah NabiPerdamaiantoleransi
Nur Kholilah Mannan

Nur Kholilah Mannan

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version