• Login
  • Register
Sabtu, 25 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kisah Perjalanan Haji: Merawat Ibu yang Sakit (Bagian Kedua)

Ibu sempat tidak dianjurkan untuk ikut city tour. Namun dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan akhirnya ibu ikut city tour tetapi tidak ikut turun bis. Hanya menikmati pemandangan selama bis berjalan.

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
18/06/2022
in Pernak-pernik
0
Kisah Perjalanan Haji

Kisah Perjalanan Haji

209
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ini adalah catatan kisah perjalanan haji saya yang kedua, setelah sebelumnya “Kisah Perjalanan Haji: Teringat Ayah” bisa kalian baca juga di sini. Saya lanjutkan kisah perjalanan haji di bagian kedua ini. Kemarin ibu sempat sakit, maka saya pun mencari dokter untuk mengecek kondisi kesehatan ibu.

Ketika bertemu dokter, ibu dicek tensi, gula darah, saturasi dan dipinjamkan jam khusus yang terkoneksi dengan aplikasi kesehatan khusus untuk jamaah haji Indonesia. Dokter juga mengagendakan untuk mengajari kami suntik insulin di malam hari.

Karena hasil gula darah ibu diatas 200, ibu sempat tidak dianjurkan untuk ikut city tour. Namun dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan akhirnya ibu ikut city tour tetapi tidak ikut turun bis. Hanya menikmati pemandangan selama bis berjalan.

Dalam kisah perjalanan haji, destinasi pertama kami adalah masjid Quba. Saat turun dari bis, sudah ada banyak pedagang yang menunggu pembeli. Ketika melihat pacar, Bu Adriana meminta saya untuk menanyakan. Lalu saya tanya dengan bahasa Arab, “Kam (berapa)?”

“5 riyal” jawab si pedagang.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?
  • Cinta Tanah Air: Wujud Rasa Syukur Kepada Tempat Lahir dan Hidup
  • 7 Ibadah Bernilai Ukhuwah Islamiyah
  • Kepemimpinan Perempuan pada Era Sultanah di Aceh
    • Tak Lupa Belanja saat Mengikuti City Tour Kisah Perjalanan Haji
    • Mengejar Shalat Arbai’n di Masjid Nabawi

Baca Juga:

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

Cinta Tanah Air: Wujud Rasa Syukur Kepada Tempat Lahir dan Hidup

7 Ibadah Bernilai Ukhuwah Islamiyah

Kepemimpinan Perempuan pada Era Sultanah di Aceh

Karena harganya lebih murah jika dibandingkan dengan yang ada di sekitar Masjid Nabawi, maka Bu Adriana pun membelinya tanpa menawar kembali. Lalu kami shalat sunnah mutlak dan kembali ke bis kemudian melanjutkan ke destinasi berikutnya yaitu Kebun Kurma.

Tak Lupa Belanja saat Mengikuti City Tour Kisah Perjalanan Haji

Di sana ada toko seperti toko oleh-oleh yang menawarkan  aneka coklat, cemilan, dan kurma serta olahan kurma. Kata ibu, beli saja buat nyobain tapi jangan lebih dari 100 riyal. Akhirnya setelah melihat-lihat dan berkomunikasi dengan ibu melalui hp, saya membeli kurma almond dan aneka cokelat yang jika ditotal belanjaan saya saat itu mencapai 88 riyal namun saya diperbolehkan membayar 85 riyal.

Rombongan kami pun lalu melanjutkan perjalanan ke Bukit Uhud. Namun karena panas yang menyengat, kami hanya foto-foto dan kembali ke bis. Begitu pula ketika di Masjid Khandaq, rombongan kami hanya melaluinya karena banyak yang  tidak ingin turun. Destinasi terakhir pun tidak jadi dituju karena tidak sediķit rombongan yang khawatir tidak bisa melakukan arba’in, atau shalat berjama’ah di masjid Nabawi.

Kami pun pulang ke hotel dan mengumpulkan tip untuk supir sebanyak 2 riyal melalui karom atau ketua rombongan. Alhamdulillah, ketika waktu dzuhur kami bisa melakukan shalat di masjid Nabawi, kecuali ibu. Seusai shalat, Bu Adriana meminta saya menemaninya berbelanja kembali.

Setiap ada yang beliau ingin tanyakan harganya, maka saya tanyakan kepada penjual. Karena saya berbicara dengan bahasa Arab selama proses jual beli, maka penjual bertanya kepada saya dengan bahasa Arab,

“Kamu bisa berbahasa arab?”

“Ya, sedikit-sedikit”

“Di mana kamu belajar?”

“Di madrasah Aliyah”

“Masya Allah”

Kami pun terus mencari oleh-oleh dalam kisah perjalanan haji ini, dan akhirnya saya pun ikut berbelanja. Kami cukup beruntung karena mendapatkan potongan harga. Selain itu, jama’ah Indonesia lainnya yang saat itu ada bersama kami juga kecipratan berkahnya alias mendapatkan harga sama seperti yang kami beli.

Seusai kami pulang berbelanja, kami pun makan siang dan tidur siang walau sebentar. Karena saya sedang flu, maka saya tidur agak lama sampai tidak sadar kalau Bu Adriana sudah tidak ada. Artinya sudah pergi ke Masjid Nabawi.

Mengejar Shalat Arbai’n di Masjid Nabawi

Kami keluar hotel ketika adzan berkumandang. Waktu itu saya bilang ke ibu, “Bu, kita jalan pelan saja ya yang penting shalat di sana.”

“Iya” jawab ibu.

Karena waktu terlalu mepet, lift antri, saya sampai lupa membawa botol spray agar tidak terkena sengatan sinar matahari. Saya mendorong kursi roda lebih cepat dari biasanya agar tidak merasakan panas. Namun ternyata setelah panasnya terik matahari, ketika mendorong ibu menaiki pintu masuk masjid Nabawi khusus kursi roda pun saya kewalahan, kaki saya seperti menahan berat yang amat sangat.

Namun ternyata biidznillah, meski kami sangat mepet masuk masjid, tetapi kami masih bisa shalat di dalam. Mungkin karena aktivitas berat sebelum shalat tadi, akhirnya saya merasa meriang dan suara saya parau karena batuk.

Sambil menunggu maghrib, saya mengkhatamkan shalawat Dalailul Khairat. Ketika waktu adzan hampir tiba, petugas masjid menggelar plastik putih yang ternyata untuk membagikan ta’jil. Tidak semua jama’ah mendapatkan. Alhamdulillah saya dan ibu dapat satu plastik ta’jil berisi roti gandum, air zam-zam, dan yogurt.

Setelah shalat maghrib saya meminta ibu untuk segera ke hotel karena saya merasa semakin meriang, sekaligus hendak belajar praktik suntik insulin ibu. Akhirnya setelah bertemu dokter saya mendapatkan obat batuk lagi dan juga obat pilek, kami juga sudah tahu cara memasang jarum suntik insulin.

Namun makan malam tak kunjung datang. Saya menunggu makan malam sambil tidur dan menarik selimut karena merasa demam. Namun ternyata saya terlelap hingga hari berikutnya pun tiba. Masjid Nabawi, 17 Juni 2022. (bersambung)

Tags: hajiIbadah HajiJama'ah Haji IndonesiaKisah Perjalanan HajiSyariat Islam
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan Kesehatan Lingkungan yang kini beraktivitas sebagai Fulltime Mommy and Freelance CDMs. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan di SGPP Indonesia, Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected]

Terkait Posts

Konstitusi

Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

25 Maret 2023
Nabi Muhammad Saw

Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

25 Maret 2023
agama

Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

25 Maret 2023
keragaman

Keragaman Alam Semesta Adalah Kehendak Tuhan untuk Manusia

24 Maret 2023
Toleransi

5 Dasar Toleransi Menurut Wahbah Az-Zuhaili

24 Maret 2023
Khutbah Jum'at

Bermain Hape Saat Khutbah Jum’at

24 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Puasa dan Intoleransi

    Puasa dan Intoleransi: Betapa Kita Telah Zalim Pada Sesama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Pernah Menyalahkan Agama Seseorang yang Berbeda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Zakat bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Nabi Saw Melarang Umatnya Merendahkan Perempuan
  • 3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan
  • Kebebasan Dalam Konstitusi NKRI
  • Wahai Ayah dan Ibu, Jadilah Sahabat Bagi Anakmu!
  • Nabi Muhammad Saw Berpesan Jika Berdakwah Sampaikan Dengan Tutur Kata Lembut

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist