• Login
  • Register
Senin, 7 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Konsep Keadilan dalam Pandangan Ulama KUPI

Dasar dari semua konsep keadilan dan relasi kemanusiaan dalam Islam adalah tauhid. Tauhid menjadi prinsip yang menyentuh pikiran untuk adil berikut manifestasinya dalam amal

Fatimah Yusuf Fatimah Yusuf
19/11/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Konsep Keadilan

Konsep Keadilan

499
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa pun pemeluk Islam yang meyakini spirit rahmatan lil ‘alamin akan berlomba-lomba menjadi insan penyebar manfaat, alih-alih mafsadat. Menebar manfaat menjadi kunci hubungan sosial berlangsung tenteram nan penuh kasih. Untuk memenuhi spirit Islam tersebut, gerakan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) mempunyai konsep keadilan khas berbasis pengalaman perempuan.

Karena selama ini dengan melihat realitas kehidupan, pengalaman hidup perempuan masih begitu rentan terhadap ketidakadilan. Ibu Nur Rofiah sebagai salah satu tokoh ulama perempuan menjelaskan bahwa perempuan memiliki pengalaman khas dari sisi biologis dan sosial.

Pengalaman khas biologis perempuan seperti menstruasi, hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Adapun pengalaman sosial yakni marginalisasi, subordinasi, stigmatisasi, kekerasan dan beban ganda/berlebih.  Menurut Ibu Nur, kekhasan tersebut sering kita abaikan oleh sistem sosial yang fokus pada persamaan laki-laki dan perempuan sehingga keadilan hanya sampai pada bentuk legal, formal, dan tekstual. Keadilan menjadi terbatas dan cuma dirasakan oleh salah satu pihak.

Oleh karena itu, demi meraih keadilan hakiki, masyarakat mesti peduli akan pengalaman biologis perempuan agar terfasilitasi dan berikhtiar untuk mengeliminasi pengalaman sosialnya. Pengalaman perempuan penting untuk dijadikan perspektif dalam melihat dunia.

Kita perlu paham bahwa Islam tidak menganjurkan pengalaman perempuan menjadi persoalan perempuan semata, laki-laki pun wajib terlibat. Ayat-ayat yang menyingkap pengalaman biologis perempuan merupakan tuntunan agar masyarakat berkontribusi meringankan dan tidak menyepelekan hal tersebut.

Baca Juga:

Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

Konsep Keadilan, Keberpihakan pada Perempuan

Senada dengan itu, ulama perempuan seperti Pak Faqih juga turut mengamini bahwa konsep keadilan adalah keberpihakan pada perempuan. Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. memastikan semua manusia merasakan keadilan melalui nilai-nilai kerahmatan. Islam sebagai agama rahmat membebaskan perempuan dari segala bentuk penindasan. Tindakan apa pun yang menihilkan kedudukan perempuan tentu mencederai kemuliaan Islam.

Atas semangat keberpihakan, lahirlah perspektif mubadalah sebagai penegas kemanusiaan perempuan dan urgensi relasi kesalingan. Perempuan bukan properti dan relasi hegemonik yang merugikan harus dicegah. Perspektif mubadalah menyangkut relasi perempuan dan laki-laki dapat menginspirasi dalam memaknai teks dan kenyataan berdasarkan premis bahwa perempuan dan laki-laki merupakan subjek setara yang berasaskan relasi kerja sama, kesalingan, serta tolong-menolong.

Tauhid sebagai Fondasi Keadilan

Dasar dari semua konsep keadilan dan relasi kemanusiaan dalam Islam adalah tauhid. Tauhid menjadi prinsip yang menyentuh pikiran untuk adil berikut manifestasinya dalam amal. Tauhid berarti menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya Tuhan dan menafikan penghambaan selain-Nya yang berdampak pada eksploitasi alam dan manusia.

Fondasi tauhid meniscayakan kehidupan manusia perempuan dan laki-laki setara. Penghambaan kepada Allah Swt. secara vertikal akan melahirkan cara pandang berelasi yang sederajat antarmanusia. Tidak ada yang merasa berhak untuk mendominasi sebab semua sama sebagai hamba.

Semangat tauhid ini kemudian bermuara pada perilaku adil terutama dalam memandang perempuan sebagai manusia dan subjek utuh. Tauhid mengarahkan kita untuk menghentikan peminggiran, stigma, kekerasan, dan perampasan hak-hak hidup perempuan. Sistem tauhid menuntun manusia untuk peka melihat realitas sosial dan mengupayakan relasi yang memanusiakan bagi semua pihak.

Dalam Q.S. an-Nahl (16): 51, Allah Swt. berfirman, “Janganlah kamu menyembah dua tuhan. Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, hendaklah kepada-Ku saja kamu takut.”

Apabila ketidakadilan masih bercokol di muka bumi, kita patut curiga. Jangan-jangan pemahaman kita tentang tauhid belum bekerja dengan baik. Saat kita masih memandang perempuan sebagai objek yang layak diperlakukan semena-mena, kita perlu memeriksa dan bertanya; sudah bereskah fondasi tauhid kita, betulkah kita hanya menghamba pada Allah Swt. dan tiada obsesi memperhambakan manusia lain? []

Tags: Jaringan KUPIKeadilan HakikiKongres Ulama Perempuan IndonesiaMenuju KUPI IIperspektif mubadalahulama perempuan
Fatimah Yusuf

Fatimah Yusuf

Belajar di komunitas Puan Menulis.

Terkait Posts

Film Rahasia Rasa

Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

6 Juli 2025
Ancaman Intoleransi

Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi

5 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Rumah Tak

Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

4 Juli 2025
Gerakan KUPI

Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Ulama Perempuan

    Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membongkar Narasi Sejarah Maskulin: Marzuki Wahid Angkat Dekolonisasi Ulama Perempuan
  • Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan: Samia Kotele Usung Penelitian Relasional, Bukan Ekstraktif
  • Samia Kotele: Bongkar Warisan Kolonial dalam Sejarah Ulama Perempuan Indonesia
  • Menelusuri Jejak Ulama Perempuan Lewat Pendekatan Dekolonial
  • Surat yang Kukirim pada Malam

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID