Mubadalah.id – Ramadan adalah bulan penuh maghfirah. Bulan Ramadan dianggap sebagai bulan yang lebih baik daripada seribu bulan, karena di dalam Ramadan terdapat satu malam lailatul qadar.
Apa Itu Malam Lailatul Qadar?
Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat muslimin dan muslimah nantikan. Di mana malam tersebut telah jelas dalam penggambaran Allah Swt. dalam surah al-Qadr.
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada lailatul qadar.
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ
Tahukah kamu apakah lailatul qadar itu?
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ
Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.
سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.
Terminologi Lailatul Qadar
Makna al-Qadr, secara terminologi, menurut Ibnu Mukarram adalah keputusan yang ditetapkan oleh Allah Swt. dan Dia memberlakukannya terhadap segala perkara. Dalam al-Qur’an, kata al-Qadr digunakan untuk menunjukkan makna yang beragam, seperti membatasi, menetukan, mengagumkan, menguasai, mengukur, dan sebagainya.
Sedangkan dalam surat al-Qadr sendiri, kata qadr, memiliki makna “kemuliaan”. Untuk itu, lailatul qadr terkenal sebagai malam kemuliaan.
Syekh Musthafa al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan, tidak ada malam yang lebih mulia dan agung daripada malam turunnya Al-Quran (lailatul qadar). Sepatutnya bagi para muslim untuk menjadikan malam lailatul qadar sebagai malam yang agung dan mulia.
Keutamaan Lailatul Qadar
Dalam hadis riwayat Bukhori dan Muslim, Rasulullah Saw. bersabda, ““Barang siapa yang mendirikan salat pada malam lailatul qadar dengan iman dan mengharap pahala, maka akan Allah ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Rasulullah Saw. juga mengatakan bahwa malam lailatul qadar ialah suatu malam di mana segala bentuk doa akan mustajab atau terkabulkan. Rasulullah Saw. bahkan mengajarkan doa yang dianjurkan untuk dibaca saat malam lailatul qadar.
“Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni.”
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, dan Engkau menyukai pengampunan, maka ampunilah aku.” (HR. Tirmidzi).
Perempuan Haid Mendapatkan Lailatul Qadar
Demi mendapatkan lailatul qadar, banyak sekali amalan-amalan dan ibadah-ibadah yang dapat umat Islam lakukan. Namun, bagaimana dengan perempuan haid? Sebagaimana dalam pemahaman kita, perempuan haid tidak boleh melaksanakan ibadah zahir. Seperti salat, puasa, itikaf di masjid, bahkan membaca al-Quran.
Lalu bagaimana perempuan haid mendapatkan lailatul qadar? Apakah Allah mengklasifikasi hamba-hambanya berdasarkan gender? Tentunya tidak sama sekali. Perempuan haid juga mendapatkan peluang yang sama seperti pemburu lailatul qadar lainnya. Meski perempuan haid tidak bisa melaksanakan ibadah zohir.
Dalam kitab Hasyiyah al-Qolyubi wa ‘Umairoh, terdapat redaksi yang mengatakan. “Perempuan yang haid juga mendapatkan pahala saat meninggalkan ibadah. Selama tujuannya mengikuti ibadah.” Maksudnya ialah, perempuan meninggalkan ibadah salat, puasa, dan tidak boleh membaca al-Quran ialah atas larangan Allah Swt.
Maka jika ia menjalankan larangan tersebut dengan tujuan ibadah, maka hukumnya sama dengan ia sedang beribadah. Selain itu juga berpeluang untuk mendapatkan keutamaan lailatul qadar.
Sementara dalam Lathaiful Ma’arif, Imam Adh-Dhahak juga menjawab pertanyaan mengenai para perempuan haid, nifas, musafir, dan orang yang sedang tidur. Ia menjawab, “Benar, mereka juga berkesempatan mendapatkan bagian dari lailatul qadar.”
Untuk itu, meski pun dalam keadaan berhalangan untuk melaksanakan ibadah. Hendaknya perempuan haid mengatur niat sebelumnya terlebih dahulu. Agar tercatat niatnya, dan termaktub dalam kesempatan mendapatkan lailatul qadar. []