• Login
  • Register
Senin, 5 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Lena Mokoginta: dari Aktivis Perempuan Jong Celebes hingga Mendirikan Bhayangkari

Kiprah Lena Mokoginta yang turut memainkan peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, menjadikannya sebagai sosok yang pantas untuk terus kita kenang dalam panggung sejarah Nusantara

Moh. Rivaldi Abdul Moh. Rivaldi Abdul
14/11/2022
in Figur
0
Lena Mokoginta

Lena Mokoginta

419
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Peran perempuan bukan sekadar figuran dalam panggung sejarah Nusantara, namun juga turut memainkan peran penting dalam berbagai episode perjuangan bangsa. Dan, satu di antara para aktivis perempuan Nusantara, yang tentu patut untuk kita kenang dalam pentas sejarah, adalah Lena Mokoginta.

Daftar Isi

    • Siapakah Lena Mokoginta?
  • Baca Juga:
  • Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita
  • Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara
  • Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila
  • Hari Lahir Pancasila, dan Sekian Tantangan yang Kita Hadapi
    • Menjadi Aktivis Perempuan Jong Celebes
    • Mendirikan Bhayangkari

Siapakah Lena Mokoginta?

Lena Mokoginta merupakan perempuan Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Dalam penjelasannya Bambang Suwondo, dkk., melalui buku Sejarah Daerah Sulawesi Utara (1982), mengatakan bahwa Lena Mokoginta merupakan putri dari seorang Jogugu (Perdana Menteri) Kerajaan Bolaang Mongondow, yaitu A.P. Mokoginta. Hal ini menerangkan kalau Lena Mokoginta termasuk orang dari keluarga terpandang di Bolaang Mongondow.

Aktivis perempuan ini, sebagaimana penjelasan Nur Janti dalam “Pengungsian Lena Mokoginta dari Desa ke Desa”, memulai pendidikan formalnya di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) Kotamobagu, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Tondano selama enam bulan, dan pindah ke MULO Pasar Baru, untuk selanjutnya Lena Mokoginta pindah ke MULO Gang Menjangan.

Alasan Lena Mokoginta pindah dari satu sekolah ke sekolah lain, agaknya, dipengaruhi oleh keadaan, sebagaimana penjelasan Bambang Suwondo, dkk., dalam Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Sulawesi Utara, di mana orang tua Lena Mokoginta, pada tahun 1926 M, harus berangkat ke Jakarta meninggalkan Bolaang Mongondow.

Di MULO, Lena Mokoginta akrab dengan Soenarti. Pertamanan ini membawa pada pertemuan dua insan, yaitu Lena Mokoginta dengan Soekanto Tjokrodiatmodjo yang adalah kakak Soenarti. Lena dan Soekanto pada akhirnya memutuskan untuk menikah.

Baca Juga:

Membaca Muqaddimah Kitab Al Busyro; Sayyidah Khadijah adalah Teladan Perempuan Kita

Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

Hari Lahir Pancasila, dan Sekian Tantangan yang Kita Hadapi

Sosok Soekanto Tjokrodiatmodjo, pada capaian karirnya, menjadi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri)–dulu bernama Kepala Djawatan Kepolisian Negara–yang pertama. Dan, Lena Mokoginta sendiri juga mampu mengimbangi karir sang suami dengan berbagai capaiannya dalam dunia pergerakan.

Menjadi Aktivis Perempuan Jong Celebes

Lena Mokoginta termasuk perempuan aktivis yang turut mengisi perjuangan bangsa. Dalam pergerakannya, dia bergabung dan aktif sebagai anggota Jong Celebes.

Jong Celebes, sebagaimana penjelasan Momon Abdul Rahman, dkk., dalam Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya bagi Pergerakan Nasional bahwa, berawal dari momen pada 6 Januari 1918 M, sekitar 34 pelajar dari Sulawesi Utara berkumpul di gedung asrama Stovia, dan membentuk Studeerenden Vereeniging Minahasa.

Pada tahun 1927 M, Studeerenden Vereeniging Minahasa berganti nama menjadi Jong Celebes. Hal itu sebab pada kenyataannya organisasi ini beranggotakan para pelajar (pemuda) dari berbagai wilayah Sulawesi, dan bukan hanya dari Minahasa. Sehingga, lebih tepat bernama Jong Celebes yang bermakna pemuda Sulawesi.

Sejauh kita ketahui bahwa Jong Celebes bersama Jong Islamieten Bond, Pemuda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Jong Bataks Bond, Pemuda Kaum Betawi, dan PPPI (Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia), pada 27-28 Oktober 1928 M, sukses menyelenggarakan Kongres Pemuda II. Kongres yang bertujuan untuk menguatkan semangat dan persatuan bangsa. Di mana mereka telah berhasil melahirkan Sumpah Pemuda yang sangat berpengaruh dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Dalam hal ini, Lena Mokoginta, sebagai aktivis perempuan dari Jong Celebes, juga turut terlibat dalam kepesertaan Kongres Pemuda II. Keaktifan Lena Mokoginta dalam pergerakan kaum muda terus berlanjut pasca-Kongres Pemuda II. Di mana Jong Celebes bersama organisasi pemuda daerah lainnya bergabung dalam satu payung yang bernama Indonesia Muda.

Mendirikan Bhayangkari

Sepak terjang Lena Mokoginta tidak hanya sampai pada pergerakan kaum muda. Pada tahun 1949 M, Lena Mokoginta berhasil menghimpun kekuatan istri-istri polisi di Indonesia.

Sebagaimana penjelasan Saskia Wieringa dalam Sexual Politics in Indonesia bahwa, “Bhayangkari… the functional organization of wives of the armed forces, was established in 1949 by Mrs Lena Soekanto-Mokoginta, the wife of the Chief of Police…. At its inaugural meeting the group decided that their leaders should be educated women who would be responsible and dedicated to their work….

(Bhayangkari… organisasi fungsional istri-istri angkatan bersenjata, didirikan pada 1949 oleh Nyonya Lena Soekanto-Mokoginta, istri dari Kepala Polisi…. Pada pertemuan pelantikan kelompok memutuskan bahwa pemimpin mereka harus perempuan. Di mana ia harus berpendidikan karena akan bertanggung jawab dan berdedikasi untuk kerja mereka).”

Keberhasilan Lena Mokoginta mendirikan Bhayangkari, yang merupakan organisasi bagi para istri Polri.  Seperti (Redaktur) Bhayangkari.or.id jelaskan dalam “Sejarah Singkat Bhayangkari”. Pendiriannya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membantu tugas-tugas Polri–tentu menjadi sumbangsih besar dalam sejarah bangsa Indonesia, khususnya keluarga Polri.

Kiprah Lena Mokoginta yang turut memainkan peran penting dalam perjuangan bangsa Indonesia, menjadikannya sebagai sosok yang pantas untuk terus kita kenang dalam panggung sejarah Nusantara. []

Tags: BhayangkariIndonesiaJong CelebesKepemimpinan PerempuanLena MokogintaNusantaraPahlawan Perempuansejarah
Moh. Rivaldi Abdul

Moh. Rivaldi Abdul

S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo pada tahun 2019. S2 Prodi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Islam Nusantara di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sekarang, menempuh pendidikan Doktoral (S3) Prodi Studi Islam Konsentrasi Sejarah Kebudayaan Islam di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Terkait Posts

Perkembangan Islam di Gorontalo

Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

3 Juni 2023
Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

2 Juni 2023
Ayu Lasminingrat

Ayu Lasminingrat, Pionir Pendidikan Perempuan dari Sunda

31 Mei 2023
Rayyanah Barnawi

Kenalin Nih, Rayyanah Barnawi: Perempuan Muslim yang Meneliti di Luar Angkasa

30 Mei 2023
Nyi Hajar Dewantara

Nyi Hajar Dewantara : Kesalingan Suami-Istri Dalam Mewujudkan Cita-Cita Perjuangan

29 Mei 2023
Mariam Al-Ijliya

Mariam Al-Ijliya : Astronom Perempuan Abad Ke-10

27 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Haji

    Taushiyah Mengantar Jamaah Haji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Pasangan Hidup Pergi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inara Rusli Lepas Cadar demi Pekerjaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein
  • Belajar Welas Asih Lewat Buku Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah
  • 4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah
  • Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan
  • Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist