Mubadalah.id – Palestina, tanah yang diberkahi, tanahnya para Nabi, tanah yang menjadi gerbang surgawi yang ada di atas muka bumi. Apa kabar hari ini saudara-saudara kita di sana? Kacau. Bagaimana keadaan jiwa-jiwa penduduknya? Berantakan, terguncang, takut, resah, gelisah penuh dengan penderitaan.
Suara-suara pembelaan untuk tanah Palestina terus menggema. Di jalan-jalan besar, di toko-toko yang diboikot, di gedung-gedung parlemen, di gerbang-gerbang kampus, semua bersuara untuk Palestina, apa teriakan para massa? “FREEEEEEEEE PALESTINE!!” Namun malang, genosida seolah tak ada hentinya, rakyat Palestina masih menderita, oleh kejamnya Zionis Laknatullah.
Lalu, ada juga mereka yang bersuara lewat pena, menyuarakan kasih sayang terhadap para pejuang kehormatan Al-Aqsa. Iya, mereka para intelektual, memutuskan untuk bersuara lewat tulisan.
Para salingers, mari kita beda salah satu buku istimewa ini, agar kita bisa Mencintai dan Memahami Palestina Sepenuh Jiwa Lewat Buku “Degup Cita Para Pendiri Bangsa”.
Acara Bedah Buku “Degup Cita Para Pendiri Bangsa”
Melansir kilascimahi.com, Al-Fahmu Institute telah menggelar diskusi dan bedah buku dengan tema “Mengilmui Al-Aqso Sepenuh Hati, Menjemput Kemenangan Sejati” di Gedung Al-Fahmu Jakarta, Minggu, (19/5/24).
Dalam kegiatan ini hadir dua pemateri yang merupakan penulis buku “Degup Cita Para Pendiri Bangsa Untuk Bangsa Palestina,” Pizaro Gozali Idrus dan Hadi Nur Ramadhan.
Ustadz Fahmi Salim selaku founder Al-Fahmu Institute, saat sesi pembukaan, menyampaikan tentang betapa pentingnya mempelajari dan memahami Palestina, agar kita sebagai umat Islam paham tentang apa yang sebenarnya kita bela.
Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap?
Hadi Nur Ramadhan selaku penulis buku, menjelaskan seharusnya mahasiswa ataupun aktivis lain tidak hanya aksi di kampus-kampus mereka atau aksi depan kedutaan Amerika, tetapi juga demo terhadap negara-negara yang pro terhadap Israel. Ia memberikan contoh ketika Presiden Soekarno menolak Israel terlibat dalam ajang Asian Games pada tahun 1962.
“Harusnya demo bukan di kampus, atau kedutaan Amerika, tapi demo kepada negara-negara yang pro terhadap Israel. Sebagaimana yang pernah presiden Soekarno lakukan ketika menolak Israel dalam ajang olahraga,” kata Hadi Nur Ramadhan.
Tindakan penolakan tegas seperti ini, sudah terjadi puluhan tahun lalu, jadi hari ini kita hanya melanjutkan perjuangan.
Tokoh Nasional Juga Membela Palestina
Pizaro Gozali Idrus salah satu dari penulis buku ini menjelaskan bahwa dalam bukunya bersama Hadi Nur ini memuat banyak tokoh nasional dari Indonesia yang membahas Palestina.
Bahkan para tokoh negeri ini telah menjawab berbagai pertanyaan yang kerap menjadi pertanyaan anak-anak muda saat ini, misalnya pertanyaan seputar pentingnya membela Palestina, para tokoh telah menjawab puluhan tahun lalu.
Dengan demikian menurut Pizaro diskusi-diskusi ofline tentang Palestina perlu diperbanyak untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda.
“Dalam buku ini banyak tokoh-tokoh dari Indonesia yang sudah menjawab pertanyaan anak muda sekarang. Maka harus banyak diskusi ofline setelah pandemi ini,” ujar Pizaro.
Kesimpulan
Buku ini tertulis tentu untuk menyuarakan hak-hak kemanusiaan untuk saudara-saudara tercinta kita di Palestina. Para intelektual, dalam menulis tentu punya sumber referensi yang jelas, tentang sejarah panjang perjuangan terdahulu.
Maka hari ini, kita sebagai generasi penerus harusnya tegas mengambil sikap, menyuarakan kebebasan atas Palestina, meskipun hanya dengan terus memposting atau menyebarkan hal-hal yang berkaitan dengan mereka.
Agar, kita tidak tutup mata atas penderitaan yang tengah terjadi. Harapannya Palestina terus menjadi perbincangan yang tidak ada habisnya, hingga mereka mendapatkan kemerdekaannya. FREEE PALESTINEE!!! []