• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Lubna al-Qurtubi : Budak Perempuan Pejuang Literasi

Di mata masyarakat, Lubna dikenal juga sebagai aktivis sosial. Ia mendarmakan diri sebagai pendidik untuk mengajarkan anak-anak menghitung dan belajar ilmu pengetahuan

Hilda Rizqi Elzahra Hilda Rizqi Elzahra
10/01/2023
in Figur
0
Lubna al-Qurtubi

Lubna al-Qurtubi

939
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam sejarah panjang kerajaan Islam, masa Khalifah Al-Hakam II yang memimpin daulah bani Umayyah merupakan masa yang masyhur. Masa tersebut mempekerjakan 170 perempuan muslim terpelajar di istana. Meskipun keberadaan perempuan pada posisi penting di istana, namun yang lebih mereka tonjolkan adalah potensi keilmuan perempuan. Andil ini tidak terlepas dari peran perempuan bernama Lubna al-Qurtubi yang begitu besar.

Lubna yang terkenal dengan Labna atau Labana berasal dari Cordoba hidup pada abad ke-10 M, dan meninggal pada tahun 984. Ia terlahir dari seorang budak perempuan.

Sultan Abdurrahman III dan putranya, Hakam II, memerdekakannya karena melihat kemampuan dari diri perempuan tersebut. Lubna pernah menjabat sebagai panitera di Pengadilan Agung Kota Cordoba. Panitera adalah juru tulis yang bertugas mencatat jalannya persidangan.

Ibn Basykuwal (tahun 1183 M) dalam kitab as-Silah fi Tarikh A’Immat al-Andalus (The Continuation on the History of the Sages of al-Andalus) yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, She wrote excellently, knew grammar and poetry. Her knowledge of mathematics was enormous. She was also experienced in other sciences. There was no one more noble than her in the Umayyad palace.

Ibn Basykuwal menyebutkan salah seorang perempuan bernama Lubna. Perempuan yang berbakat dalam bidang kepenulisan, ia mahir dalam gramatikal bahasa, menyalin dan menerjemahkan naskah kuno, dan pandai menulis syair. Kitab tersebut merupakan kelanjutan dari karya biografi Ibn al-Faradi, Tarikh Ulama al-Andalus.

Baca Juga:

Penguatan Wawasan Keislaman bagi Aktivis Perempuan

Bukan Sekadar Pigura di Istana: Sejarah Kesaktian Para Prameswari (Ratu) Kesultanan Yogyakarta

Arumpone (Raja) Perempuan dalam Sejarah Kerajaan Bone, Sulawesi Selatan

4 Perempuan Hebat ini Akan Hadiri Simposium Best Jaringan GUSDURian

Seorang Budak Perempuan

Namun, siapa yang menyangka bahwa perempuan yang menawan itu awalnya adalah seorang budak? Berkat kerja keras, kecerdasan, dan keuletannya, Lubna al-Qurtubi didapuk menjadi sekretaris pribadi Khalifah Cordoba. Khalifah tersebut adalah Al-Hakam II, atau Abu al-Ash al-Muntashir Billah putra Abdurrahman III yang memerintah Andalusia dari 961 hingga 976 Masehi.

Perlu kita ketahui, bahwasannya Al-Hakam II merupakan seorang pemuda yang terdidik dan sangat mendukung kemajuan-kemajuan terutama di bidang keilmuwan. Semua itu ia buktikan dengan membangun gedung-gedung sekolah dan perguruan tinggi menjadikan Cordova sebagai basis ilmu pengetahuan oleh para pendatang dari berbagai belahan dunia.

Bersama partner kerjanya, yang bernama Hasdai ibn Syabruth, seorang Yahudi mereka berdua adalah tokoh di balik kesuksesan perpustakaan megah bernama Medina Azahra. Di mana perpustakaan ini terkenal dalam khazanah sejarah kejayaan Islam. Perpustakaan yang sayangnya kini tinggal nama tersebut, di bawah pengaruh Lubna, pada masanya sukses menampung lebih dari 500.000 buku dari berbagai pelosok bumi.

Melakukan Perjalanan Melintasi Timur Tengah

Untuk menelusuri literasi sebanyak itu, Lubna melakukan perjalanan melintasi Timur Tengah (dengan catatan perjalanannya ke Kairo, Damaskus, dan Baghdad). Perjalanan ia tempuh untuk berburu sumber bacaan yang akan ia tambahkan ke perpustakaannya. Lubna adalah salah satu pelancong wanita pertama di dunia demi kekayaan literatur di perpustakaan ternama tersebut.

Perpustakaan Madinah az-Azahra terkenal juga sebagai salah satu pusat pendidikan paling penting di masanya, Lubna ingin Madina az-Zahra seperti kota-kota pendidikan yang masyhur kala itu. Misalnya, kota Baghdad di Irak milik Daulah Abbasiyah, kota Kairo di Mesir milik Daulah Fathimiyah, kota Fez dan Qairawan di Afrika Utara milik Daulah Murabith.

Dengan kebesaran nama Medina Azahra, khalifah memercayakan seorang perempuan untuk bertanggung jawab penuh dalam pengelolaannya. Hal tersebut tidak main-main, bukti kepercayaan yang tidak sepele.

Di mata masyarakat, Lubna dikenal juga sebagai aktivis sosial. Ia mendarmakan diri sebagai pendidik untuk mengajarkan anak-anak menghitung dan belajar ilmu pengetahuan. Perlu kita ketahui, hal ini tidaklah mungkin dilakukan oleh kaum bangsawan kecuali yang memang benar-benar memiliki kepedulian terhadap peradaban.

Lubna bukan terlahir dari seorang bangsawan, dia terlahir dari seorang budak, namun menaruh perhatian terhadap keadaan sekitar. Dia pastilah seorang pendidik yang hebat, karenanya anak-anak menjadi tertarik dengan matematika dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Menjadi Nama Jalan “Lubna The Scribe”

Tidak hanya sebagai pustakawati dan pendidik, perempuan kutu buku itu juga berhasil menambahkan buah karya ke perpustakaan tersebut, dengan hasil transkripannya. Kepiawaiannya dalam linguistik mampu membawanya menerjemahkan teks-teks Yunani Kuno penting yang mungkin jika tidak ia lakukan akan hilang seiring waktu. Sebagai contohnya seperti Euclid dan Archimedes.

Katiba al-Kubra tersebut wafat pada tahun 984 M. Namun sayangnya, berbagai catatan sejarah tidak menyebutkan di mana Lubna berada saat meninggal.

Meskipun begitu kita tidak boleh meniadakan keberadaannya yang berpengaruh dan pelajaran keunggulan, yang dapat kita pelajari dari ceritanya. Banyak tokoh perempuan yang meninggalkan pengetahuan serta hasil karya keilmuan yang sampai kini masih terus dikembangkan dan menjadi sumber-sumber nilai kemanusiaan.

Kota Cordoba mengabadikan nama Lubna dengan menamai salah satu jalannya sebagai “Lubna the Scribe” pada tahun 2019. Keputusan tersebut dibuat oleh Pemerintah Kota Cordoba dan Departemen Perencanaan Kotanya, atas prakarsa Dewan Transit Warga (CMC) untuk membuat jasa perempuan terdahulu lebih terlihat. []

Tags: aktivis perempuanPenulis PerempuanPerempuan HebatPerempuan InspiratorPerempuan menulisPerempuan MuslimPerempuan PenggerakSejarah Perempuantokoh perempuan
Hilda Rizqi Elzahra

Hilda Rizqi Elzahra

Mahasiswi jelata dari Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid, pegiat literasi

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi

Ibu Nyai Hj. Djamilah Hamid Baidlowi: Singa Podium dari Bojonegoro

9 Mei 2025
Rasuna Said

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

5 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version