• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Manba’ussa’adah; Makanan Sehat, Halal dan Baik itu Hak Manusia

Ibu Nyai Rahmi menyampaikan bahwa setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, baik dan halal.

Fitri Nurajizah Fitri Nurajizah
18/04/2021
in Personal
0
Manba'ussa'adah

Manba'ussa'adah

174
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sabtu, 17 April 2021 adalah hari pertama kelas intensif ramadan, 20 hari ngaji kitab Manba’ussa’adah bersama 20 ulama perempuan Nusantara. Kitab ini adalah salah satu karya Dr. Faqih Abdul Kodir.

Senang sekali rasanya bisa mengikuti kajian ini. Selama ini, setiap bulan ramadan orang yang sering tampil di publik memberikan ceramah, baik di masjid, televisi, atau media sosial lebih banyak para ulama laki-laki. Padahal, banyak juga ustadzah-ustadzah di Indonesia yang mempunyai kapasitas yang sama, bahkan mungkin pengetahuannya justru lebih banyak, terutama soal isu pengalaman perempuan.

Selain itu, saya juga sangat senang dengan apa yang disampaikan oleh Pak Faqih dalam acara pembukaan dan pengantar pada Jum’at, 16 April 2021 kemarin. Beliau menyampaikan bahwa arti dari kata “Manba’ussa’adah” sendiri adalah telaga kebahagiaan. Dalam perspektif mubadalah bahagia itu adalah ibadah, dan berhak untuk dirasakan serta didapatkan oleh perempuan juga laki-laki.

Oleh karenanya, hal apapun di dunia ini yang sifatnya membahagiakan harus dirasakan oleh keduanya. Tidak bisa, hanya oleh salah satunya saja, karena hidup itu perlu kesalingan. Menurut saya prinsip dasar ini juga penting untuk kita yakini bersama, supaya laki-laki dan perempuan dapat hidup dengan saling memberi dan menerima kebaikan.

Adapun tema hari pertama dalam kelas intensif ramadan tersebut adalah tentang “Hak Tubuh: mengkonsumsi makanan sehat dan halalan thayyiban” yang disampaikan oleh Nyai. Hj. Rahmi Kusbandiyah dan dimoderatori oleh Kak Andi Nur Faizah.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

Ibu Nyai Rahmi menyampaikan bahwa setiap manusia berhak untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, baik dan halal. Tentu saja yang dikatakan dengan halal ialah makanan yang boleh dikonsumsi menurut ketentuan syari’at Islam.

Sementara makanan sehat dan baik ialah makanan yang bisa mendatangkan kebaikan dan kesehatan bagi tubuh manusia. Ibu Nyai Rahmi juga menegaskan, makanan yang sehat, baik dan halal itu bisa dilihat dari tiga hal. Yaitu dzatnya atau wujudnya baik, cara memperoleh serta mengolahnya juga baik.

Selama mendengarkan kajian tentang tema ini, pikiran saya langsung travelling ke mana-mana. Pasalnya, saya menyaksikan betul dalam kebanyakan keluarga, perempuan kerapkali diabaikan dalam hal ini. Misalnya, perempuan yang sedang hamil  dan menyusui seringkali disebut lebay ketika dianjurkan oleh dokter untuk banyak mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat.

Kasus seperti itu banyak terjadi di kampung halaman saya. Di sana guyonan tentang perempuan lebay, lemah dan banyak maunya sering terjadi. Terutama pada perempuan yang tengah hamil dan menyusui, dan mereka meminta suaminya untuk membeli makanan yang sehat, seperti buah-buahan atau daging.

 

 

Manba'ussa'adah

 

Padahal, jika melihat pemaparan Ibu Nyai Rahmi di atas, semua orang berhak mengkonsumsi makanan yang sehat, terlebih bagi perempuan yang sedang menjalankan fungsi refroduksinya, seperti hamil dan menyusui. Dengan syarat tetap harus memperhatikan tiga hal di atas dan sesuai dengan kebutuhan. Artinya tidak berlebihan.

Di sisi lain, saat ini harusnya kita sudah mulai belajar untuk ber-empati pada pengalaman perempuan. Karena seperti kata Ibu Nur Rofiah dalam Ngaji KGI “perempuan iu mempunyai pengalaman biologis yang khas, yang sangat jauh berbeda dengan laki-laki”. Jadi, stop lah guyonan-guyonan tidak be-akhlak seperti itu. Becandamu enggak lucu.

Selain kasus di atas, dalam tradisi “munggahan” di kampung saya, perempuan juga seringkali mengalami pembedaan. Dalam tradisi tersebut kami di masing-masing keluarga biasa melakukan hal-hal menyenangkan seperti piknik dengan bekal makanan yang enak-enak dan sehat, berziarah ke makam leluhur, membersihkan lingkungan dan ngumpul sambil makan-makan di rumah orang tua atau anak yang paling besar.

Seperti pemandangan pada umumnya, orang yang menyiapkan makanan-makanan tersebut adalah para perempuan. Tetapi, ketika kegiatan ngariung atau makan bersama, perempuan biasanya tidak ikut makan bareng. Karena alasan, mendahulukan laki-laki, sibuk menyuapi anak, beberes dan mencuci perabotan dapur.

Sepanjang yang saya ketahui, biasanya perempuan akan makan setelah laki-laki selesai makan. Dan hanya akan makan sisa makanan yang tersisa, walaupun hanya tinggal sedikit atau malah makanan yang menurut kami enak dan sehat itu telah habis. Duh, ya Allah. Kok sedih ya menjadi perempuan di lingkungan patriarki seperti itu.

Dengan begitu, saya sangat senang dan ikut mengapresiasi kegiatan ngaji kitab Manba’ussa’adah dengan perspektif yang ramah perempuan ini. Karena saya berharap setelah banyak orang yang tahu dan paham tentang kemanusiaan dan persamaan hak laki-laki dan perempuan, kejadian-kejadian yang saya ceritakan di atas, tidak akan terjadi lagi di tempat lain. Dan tradisi-tradisi yang mengabaikan hak perempuan secara perlahan akan menghilang. Sehingga kita semua bisa sama-sama menciptakan dan merasakan kebahagiaan. []

 

 

 

 

 

Tags: BaikHalalKesalinganMakananNgaji Intensif RamadanNgaji Kitab Manba'ussa'adahSehat
Fitri Nurajizah

Fitri Nurajizah

Perempuan yang banyak belajar dari tumbuhan, karena sama-sama sedang berproses bertumbuh.

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kritik Tambang

    Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh
  • Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat
  • Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
  • Rumah Tak Lagi Aman? Ini 3 Cara Orang Tua Mencegah Kekerasan Seksual pada Anak
  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID