• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Maryam binti Imran Perempuan Mulia tanpa Cela

Bagi saya, Maryam tidak hanya sosok perempuan mulia tanpa cela. Tapi dia adalah Nabi Perempuan, Sang Perempuan Terpilih yang menjadi representasi perlawanan perempuan terhadap kondisi sosial masyarakat saat itu

Zahra Amin Zahra Amin
25/12/2022
in Featured, Personal
0
Maryam binti Imran

Maryam binti Imran

699
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bertahun yang lalu, saya lupa kapan persisnya, sempat menonton film “Kisah Maryam (Wanita Suci) Ibunda Nabi Isa” dengan durasi total 8 jam di chanel Youtube. Saya cek pagi ini link film tersebut masih ada. Film ini menggabungkan kisah Maryam binti Imran dalam versi Injil dan Al Qur’an, sehingga bagi saya yang muslim, lebih banyak mengetahui sisi lain dari kehidupan Maryam bahkan sejak belum terlahirkan.

Dalam film tersebut gambaran  potret masyarakat Yahudi dalam cengkeraman kekuasaan Romawi, semakin memperlihatkan bagaimana “rusaknya” tradisi dan budaya saat itu. Agama mereka perjualbelikan, ayat-ayat Tuhan mereka permainkan untuk kekuasaan, dan perempuan menjadi warga kelas dua. Bahkan perempuan sama sekali tak boleh memasuki rumah Tuhan. Atau kini yang terkenal kita sebut Baitul Quds.

Nabi Zakariya ‘Alaihissalam di zaman itu, menjadi satu-satunya orang yang mencoba melakukan perlawanan. Tak mau tunduk dengan kekuasaan tiran petinggi agama, yang sudah menjadi kepanjangan tangan rezim Romawi. Beruntung, sepeninggal Imran wafat, Maryam kecil  berada dalam pengasuhan Nabi Zakariya ‘Alaihissalam.

Namun karena nadzar yang terucapkan dari Imran dan istrinya Hannah, mana kala mereka memiliki anak akan diserahkan ke Baitul Quds sebagai pelayan Tuhan. Dan Maryam, di usia masih belia itu, menjadi satu-satunya anak perempuan yang memasuki rumah Tuhan.

Ketika para petinggi agama menolak, karena kehadiran perempuan dianggap akan menodai kesucian Baitul Quds, Nabi Zakariya membela. Bahkan Nabi Zakariya membuatkan kamar khusus bagi Maryam agar ia merasa nyaman selama tinggal di rumah Tuhan.

Baca Juga:

Dr Nahla Shabry: Qawwamun bukan Pemimpin yang Mendominasi Perempuan

Kritik tanpa Kesalingan: Ketika Patriarki Jadi Senjata Sepihak

Mansplaining: Wajah Baru Patriarki dalam Komunikasi Modern

Membincang Femisida, Kejahatan yang Membunuh Kemanusiaan

Perempuan Pertama di Rumah Tuhan

Melansir dari laman MUI.or.id, Maryam menjadi yatim piatu di usia 6 tahun menjadikan dia memiliki keikhlasan dan ketegaran hati yang begitu mengakar di dalam jiwa. Dia tegar dalam menjalankan setiap hari demi hari kehidupannya dengan ibadah. Pagi hari dia gunakan untuk berpuasa, dan bertasbih pada malam hari sampai datang waktu pagi lagi. Tak pernah Maryam tinggalkan mihrabnya kecuali hanya untuk bekerja dan berhajat ke kamar mandi.

Egosentris laki-laki penghuni Baitul Quds memuncak sejak kehadiran Maryam sebagai satu-satunya perempuan yang menjadi pelayan di rumah Tuhan. Tak sedikit perlakuan kasar dan merendahkan yang diterima Maryam selama hidup di dalam Baitul Quds. Ketidakadilan yang dia terima sebatas karena dia terlahir sebagai seorang perempuan. Kaum perempuan dilemahkan dan dianggap mustahil mampu mengerjakan pekerjaan mereka dengan alasan lemah secara fisik dan mental sesuai kodratnya.

Di tengah budaya jahiliyah yang identik dengan sistem patriarki yang mengikat dalam setiap tatanan sosial masyarakat Timur Tengah, Maryam membuktikan bahwa dia mampu menuntaskan pekerjaan yang dianggap hanya bisa dikerjakan laki-laki. Maryam mendobrak tradisi patriarki, bertahan di Baitul Quds meski seringkali mendapat perlakuan secara tak adil.

Nabi Perempuan

Melalui kisah Maryam binti Imran, yang selalu hadir kembali setiap perayaan Natal tiba ini, mari kita renungi perjuangan dan teladannya. Bagi saya, Maryam tidak hanya sosok perempuan mulia tanpa cela. Tapi dia adalah Nabi Perempuan, Wali Perempuan, Sang Perempuan Terpilih yang menjadi representasi perlawanan perempuan terhadap kondisi sosial masyarakat saat itu.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 42 yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang sesama dengan kamu).”

Selain itu, Maryam juga menjalani pengalaman biologis yang tidak mudah.  Maryam yang terkenal sebagai perempuan taat beribadah dan ketakwaan yang tidak kita ragukan lagi. Allah SWT menjadikannya ibu bagi Nabi Isa AS di mana Maryam mengandung tanpa seorang ayah. Ruh itu Allah tiupkan langsung, seperti firman Allah SWT dalam QS. At-Tahrim ayat 12 yang artinya:

“Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.”

Dalam sejarah, Maryam pernah mengasingkan diri karena merasa malu. Terlebih masyarakat saat itu yang memandang rendah terhadap perempuan tanpa suami tiba-tiba mengandung dan melahirkan seorang anak. Tak ayal beragam tuduhan perempuan pendosa dan berzina mengarah padanya. Hingga saat kelahiran bayi Nabi Isa ‘Alaihissalam, bayi itu bersuara dan bersaksi atas tuduhan keji yang tertuju pada ibunya.

“Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (QS. Maryam: 30)

Mendobrak Tradisi Patriarki

Maryam binti Imran berhasil mendobrak tradisi patriarki di masa itu. Pertama, dia menjadi perempuan pertama yang memasuki rumah Tuhan. Artinya, ada nilai kesetaraan untuk beribadah kepada Allah. Di mana pada zaman itu, hanya laki-laki yang punya hak istimewa, dan secara leluasa masuk ke Baitul Quds. Sementara kehadiran perempuan dianggap akan menodai kesucian rumah Tuhan.

Kedua, menerima stigma sebagai perempuan pendosa. Menjalani pengalaman biologis kehamilan selama 9 bulan, hingga proses melahirkan tanpa pertolongan manusia. Hanya kuasa Tuhan yang menyelamatkan Maryam beserta bayi Nabi Isa. Hingga hari ini, stigma pada perempuan yang mengalami kehamilan tidak diiinginkan (KTD) masih kuat. Bahkan mereka kesulitan untuk mendapatkan akses layanan reproduksi yang sehat.

Support system terhadap para perempuan yang tengah menjalani fungsi reproduksi kehamilan dan melahirkan ini, masih lemah. Baik kehamilan yang diinginkan, maupun tidak diinginkan kita wajib memberi para perempuan ini dukungan tanpa tapi dan nanti. []

 

 

Tags: Baitul QudsKelahiran Nabi IsaMaryam binti Imrannabi perempuanNatalpatriarki
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version