• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Masdar F. Mas’udi dan Kitab Kuning

Masdar F. Mas'udi telah berbuat banyak untuk merangsang studi kritis (pengkajian) sebagai ganti penghafalan pasif (pengajian) terhadap kitab-kitab klasik, yang sudah sejak lama menjadi bagian dari tradisi yang tak pernah dipertanyakan

Redaksi Redaksi
12/11/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Masdar

Masdar

460
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Masdar F. Mas’udi adalah salah seorang dari kalangan NU muda yang berpengaruh dalam diskusi-diskusi yang diselenggarakan kalangan NU pada akhir tahun 1980.

Masdar F. Mas’udi telah berbuat banyak untuk merangsang studi kritis (pengkajian) sebagai ganti penghafalan pasif (pengajian) terhadap kitab-kitab klasik, yang sudah sejak lama menjadi bagian dari tradisi yang tak pernah dipertanyakan.

Walaupun Masdar tidak menjadi kiai, Masdar mendapatkan sokongan kiai muda, dan di antaranya adalah KH. Husein Muhammad yang mendengarkannya dan berdiskusi dengannya.

Kritik Terhadap Kitab Kuning

Lebih lanjut, Masdar juga membuka kritik terhadap kitab kuning yang sering mensubordinasi perempuan.

Menurut Masdar, dalam kitab-kitab kuning pembedaan laki-laki dan perempuan sangat eksplisit dan dapat melihatnya dalam beberapa hal.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Dalam shalat, perempuan dan laki-laki berbeda dalam beberapa hal, di antaranya:

Pertama, jika laki-laki cukup menutup bagian tubuhnya (aurat) antara pusar dan lutut, maka perempuan harus menutup seluruh badannya kecuali muka dan telapak tangan.

Kedua, jika laki-laki sebaiknya mengeraskan suaranya pada shalat maghrib, isya, dan shubuh, maka perempuan tetap bersuara rendah.

Ketiga, jika laki-laki sebaiknya shalat di masjid, sementara perempuan sebaiknya shalat di rumah saja.

Selain itu, di dalam kehidupan sosial, menurut Masdar kitab kuning memandang perempuan sebagai makhluk yang separuh harganya dari laki-laki.

Dalam hal ini, terlihat dalam berbagai ketentuan fiqh yang hampir banyak umat Islam anut dari seluruh madzhab.*

*Sumber: tulisan karya M. Nuruzzaman dalam buku Kiai Husein Membela Perempuan.

Tags: KH Husein MuhammadKitab KuningMasdar F. Mas'udiperempuanSubordinasi
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID