• Login
  • Register
Senin, 27 Juni 2022
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Melawan Marginalisasi dan Stigmatisasi terhadap Perempuan Melalui Lagu

Selain sebagai pengingat misi kenabian yang memanusiakan perempuan, Voice of Baceprot melalui lagu (Not) Public Property menekankan untuk menempatkan pelaku kekerasan seksual sebagai pelaku, bukan korban. Dan berhenti mencari-cari kesalahan perempuan untuk kejahatan yang jelas-jelas dilakukan laki-laki

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
31/03/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Lagu

Lagu

79
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Our body is not public property, We have no place for the dirty mind
Our body is not public property, We have no place for the sexist mind

(potongan lirik lagu (Not) Public Property)

Mubadalah.id – Sedih bercampur dengan semangat penuh keoptimisan mengiringi alunan lagu (Not) Public Property yang dibawakan oleh kelompok band aliran metal Voice of Baceprot. Bersamaan dengan momen International Women Day pada 8 Maret 2022 lalu, sebuah lagu penuh makna diluncurkan oleh ketiga musisi berhijab tersebut.

Rasa sedih muncul tatkala melihat stigmatisasi yang nyatanya masih dilanggengkan untuk para perempuan. Bahkan ketika menjadi korban sekalipun, perempuan tak luput dari stigma yang mengiringi. Perempuan ditempatkan layaknya barang yang selalu menjadi muara kesalahan bahkan untuk kejahatan yang dilakukan laki-laki sekalipun. Ia disalahkan atas kejahatan yang dilakukan laki-laki hanya karena ia perempuan.

Namun di satu sisi, rasa kebahagiaan penuh keoptimisan juga terus dirasakan bersamaan dengan dentuman drum Euis Sitti yang penuh power, petikan bas Widi Rahmawati yang penuh energi, dan suara merdu Marsya Kurnia sebagai vokalis sekaligus gitaris pada lagu tersebut. Mereka bertiga adalah representasi perempuan yang konsisten melawan stigma melalui jalur musik. Tak hanya lagu, namun perlawanan adalah poin penting yang ingin disampaikan.

Lagu dengan Misi Kemanusiaan sebagaimana Inti Ajaran Islam

Posisi yang menempatkan perempuan sebagai makhluk kelas dua sudah menjadi tradisi turun menurun semenjak lahirnya peradaban Mesopotamia. Tradisi tersebut terus dilanggengkan oleh peradaban selanjutnya. Bahkan di masa peradaban Romawi, perempuan diperlakukan layaknya barang yang hanya dibutuhkan untuk memenuhi hasrat seksualitas para tentara Romawi.

Baca Juga:

Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

6 Cara Penangan saat Menjadi Korban KDRT

Kehidupan Perempuan Kini dalam Hegemoni Domestik

Arab Pra Islam juga menempatkan perempuan di tempat terendah. Haknya dikebiri, kehadirannya dianggap sebuah kesialan, dan keberadaannya tidak diharapkan kecuali hanya untuk kebutuhan hewani. Pun jika ada perempuan yang berdaya, hanya berlaku untuk perempuan di kasta atas. Itupun memiliki keterbatasan dalam mengambil peran di ruang publik.

Hingga datangnya Islam melalui syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wassalam,  perempuan dianggap sebagaimana manusia. Bukan lagi barang yang bisa diperjualbelikan, dimanfaatkan, dieksploitasi, dan tak punya harga diri. Maka lagu (Not) Public Property ini adalah sebuah pengingat akan misi kenabian yang memanusiakan perempuan.

Adapun lirik lagu (Not) Public Property secara lengkap adalah sebagai berikut:

God hold my tears, when I see a girl crying
She lost her trust, to the world and to the source of her love
Where did the kind angel go when she needed it so bad
Even though the angel is gone but I won’t be silent when she’s blamed

(Because) Our body is not public property
We have no place for the dirty mind
Our body is not public property
We have no place for the sexist mind

Everyone has the right to live safеly
But why do people ignore it
Thеy are still busy, talking ‘
about dressing appropriately
(Because) We are forced to obey by unwritten fucking rules
And we are tired of things that people said to be good

This is how the fight will be remembered
And this is how the voice getting stronger and louder
This is how the fight will be remembered
And this is how the voice getting stronger and louder
This is how the fight will be remembered
And this is how the voice getting stronger and louder
This is how the fight will be remembered
And this is how the voice getting stronger and louder

Our body is not public property
We have no place for the dirty mind
Our body is not public property
We have no place for the sexist mind

(No place for the) Dirty mind
(No place for the) Sexist mind
(No place for the) Dirty mind
(No place for the) Sexist mind

Ladies! Lets Speak Up, Perempuan Juga Manusia

Selain sebagai pengingat misi kenabian yang memanusiakan perempuan, Voice of Baceprot melalui lagu (Not) Public Property menekankan untuk menempatkan pelaku kekerasan seksual sebagai pelaku, bukan korban. Dan berhenti mencari-cari kesalahan perempuan untuk kejahatan yang jelas-jelas dilakukan laki-laki. Hal ini mengingatkan kita pada ajaran Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wassalam, yang mengajarkan pentingnya “ghaddul bashar” atau menundukkan pandangan.

Dimana ajaran menundukkan pandangan atau “ghaddul bashar” ini seyogyanya dilakukan oleh semuanya baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini lantaran kejahatan seksualitas berawal dari pandangan mata. Ketika laki-laki maupun perempuan mampu menundukkan pandangan terhadap lawan jenis, maka tak ada lagi penisbatan kesalahan kejahatan seksual hanya karena preferensi busana perempuan.

Menjelang akhir lagu ciptaaan Marsya tersebut, ada ajakan penuh semangat pada perempuan untuk melawan stigmatisasi, diskriminasi, marginalisasi yang dialami. Jika perempuan hanya diam, maka sama halnya mengamini ketidakadilan yang diciptakan oleh laki-laki. Tanpa kesatuan suara dan keberanian perempuan, sama halnya dengan melanggengkan penistaan terhadap hak perempuan.

Yang jauh lebih penting, lirik lagu (Not) Public Property juga mengingatkan kepada semua perempuan bahwa perempuan bukanlah barang. Perempuan juga manusia yang diciptakan untuk sama-sama beribadah dan menggapai tingkat ketakwaan tertinggi.

Kesadaran bahwa perempuan bukanlah barang harus terpatri di benak perempuan terlebih dahulu. Karena perlawanan hanya akan muncul jika perempuan sudah menyadari makna kehadirannya di muka bumi ini. Semakin keras perjuangan yang disuarakan, semakin meneguhkan posisi kekhalifahan perempuan. []

 

 

 

Tags: LaguMarginalisasimusikperempuanStigmatisasiVoice Of Baceprot
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Kesetaraan Gender

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

27 Juni 2022
Muslimah Sejati

Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan

27 Juni 2022
Stigma Negatif Janda

Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

27 Juni 2022
Kecantikan Perempuan

Kecantikan Perempuan dan Luka-Luka yang Dibawanya

26 Juni 2022
Budaya Patriarki

Perlawanan Perempuan terhadap Narasi Budaya Patriarki

25 Juni 2022
Status Janda

Menyandang Status Janda bagi Perempuan, Lalu Kenapa?

25 Juni 2022

Discussion about this post

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Haid

    Siapa Bilang Perempuan Haid Tidak Lebih Mulia dari yang Suci?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Legenda Malahayati dari Aceh yang Jauh dari Stigma Negatif Janda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerita tentang Perubahan Zaman, Obrolan Ringan Bersama Hairus Salim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Impak Islamisasi di Malaysia: Tudung sebagai Identiti Muslimah Sejati dan Isu Pengawalan Moraliti Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Deklarasi Kemanusiaan Universal Rasulullah Saw saat Wukuf di Arafah
  • Cerita tentang Perubahan Zaman, Obrolan Ringan Bersama Hairus Salim
  • 6 Rukun Haji yang Wajib Dipatuhi oleh Para Jamaah Haji
  • Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!
  • Ummu al-Hushain Ra : Sahabat Perempuan yang Dekat dengan Nabi Saw saat Haji Wada’

Komentar Terbaru

  • Tradisi Haul Sebagai Sarana Memperkuat Solidaritas Sosial pada Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal
  • 7 Prinsip dalam Perkawinan dan Keluarga pada 7 Macam Kondisi Perkawinan yang Wajib Dipahami Suami dan Istri
  • Konsep Tahadduts bin Nikmah yang Baik dalam Postingan di Media Sosial - NUTIZEN pada Bermedia Sosial Secara Mubadalah? Why Not?
  • Tasawuf, dan Praktik Keagamaan yang Ramah Perempuan - NUTIZEN pada Mengenang Sufi Perempuan Rabi’ah Al-Adawiyah
  • Doa agar Dijauhkan dari Perilaku Zalim pada Islam Ajarkan untuk Saling Berbuat Baik Kepada Seluruh Umat Manusia
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2021 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2021 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist