• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Melihat 4 Dampak Banjir di Cirebon Timur bagi Perempuan dan Anak

Bila keterbatasan air bersih berlangsung dalam waktu lama, perempuan di pengungsian menjadi rentan mengalami penyakit dan infeksi pada alat kelaminnya.

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
21/03/2024
in Publik
0
Banjir Cirebon Timur

Banjir Cirebon Timur

769
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Banjir yang melanda 9 kecamatan (Waled, Pangenan, Pasaleman, Pabedilan, Babakan Gebang, Ciledug, Losari, Pabuaran dan Karangwareng) di Cirebon Timur pada awal Maret 2024 lalu masih menyisakan duka yang mendalam bagi para warga sekitar.

Melansir dari Detik.com setidaknya ada sekitar 20.000 rumah lebih yang terendam banjir. Ini merupakan banjir yang cukup besar yang pernah terjadi di daerah Cirebon Timur.

Meskipun sudah berangsur membaik, namun sebagian besar warga masih merasakan dampak yang luar biasa dari bencana ini. Terutama dampaknya bagi kerugian ekonomi, masalah kesehatan, trauma dan hal lainnya.

Namun lebih dari itu, dampak yang sangat begitu terasa adalah kepada perempuan dan anak. Mereka menjadi salah satu korban yang sangat rentan dari bencana banjir. Keduanya sangat mudah terserang penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit.

Bahkan lebih dari itu, melansir dari Website Magdalena.co menyebutkan setidaknya ada empat dampak bagi perempuan dan anak saat terjadi banjir. Empat dampak tersebut sebagai berikut:

Baca Juga:

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Pertama, minimnya akses air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan mendasar bagi semua manusia, khususnya perempuan dan anak.

Terlebih, air bersih ini dibutuhkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan genital, terutama yang sedang menstruasi.

Bila keterbatasan ini berlangsung dalam waktu lama, perempuan di pengungsian menjadi rentan mengalami penyakit dan infeksi pada alat kelaminnya.

Humanitarian Focal Point dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Muhemi mengatakan bahwa menjaga kebersihan alat kelamin harus menjadi prioritas utama perempuan.

Minim Ketersediaan Pembalut

Kedua, minimnya ketersediaan pembalut. Ketersediaan pembalut selalu menjadi masalah di tempat-tempat pengungsian karena barang penting ini belum dijadikan prioritas bantuan. Pembalut yang tersedia di tempat penampungan korban atau pengungsian umumnya terbuat dari pakaian bekas sehingga mengandung banyak bakteri.

Ditambah lagi, banyak perempuan yang berpikir bahwa sedikitnya uang yang mereka miliki di pengungsian lebih baik digunakan untuk membeli makanan ketimbang pembalut yang layak. Hal ini juga membuat pengantian pembalut menjadi jarang dilakukan.

Ketiga, sistem pembuangan limbah yang belum tepat. Perempuan yang sedang menstruasi biasanya membutuhkan lebih banyak ruang pembuangan sampah, seperti pembungkus tambahan.

Sampah bekas pembalut perempuan dan popok anak seharusnya juga dibuang ke tempat sampah khusus. Namun kebanyakan tempat penampungan dan pengungsian belum memfasilitasi hal ini.

Muhemi dari PKBI mengatakan, pengolahan limbah yang tidak tepat akan menciptakan genangan dan bau menyengat yang kelak menyebarkan virus dan bakteri.

Keempat, minim ruang privat. Perempuan di pengungsian rentan mengalami pelecehan seksual seperti ketika berganti pakaian, mandi, mengganti pembalut, dan sebagainya.

Hal ini umumnya karena lokasi sumber air bersih yang jauh dari pengungsian, penerangan yang kurang memadai, dan minimnya keamanan karena sistem jaga yang belum rutin.

Sehingga akibatnya, perempuan dan anak perempuan di tempat pengungsian rentan mengalami pelecehan seksual dan pemerkosaan.

Bagi sebagian orang empat dampak di atas mungkin jauh dari perhatian kita bersama. Sehingga tidak banyak, perempuan yang sedang menjadi korban dari bencana banjir, ia juga sangat mungkin menjadi korban dari pelecehan seksual bahkan sampai terjadi pemerkosaan. Sungguh miris.

Oleh sebab itu, saat terjadi banjir atau bencana alam lainnya, penting untuk memperhatikan soal ketersediaan air bersih, pembalut, dan ruang privat bagi perempuan. Dengan begitu, mereka dapat terhindar dari berbagai penyakit dan segala tindak yang merugikan perempuan dan anak. []

Tags: anakBanjirCirebon Timurdampakmelihatperempuan
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version