• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Memaknai Lagu Nanti Kita Seperti Ini

Liriknya yang penuh dengan kata-kata manis menjadi gambaran pernikahan yang terpenuhi dengan cinta dan kasih

Shofi Lutfiana Shofi Lutfiana
24/01/2024
in Personal
0
Lagu Nanti Kita Seperti Ini

Lagu Nanti Kita Seperti Ini

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semakin maraknya penggunaan media sosial, seperti instagram, tiktok dan aplikasi lain yang menggunakan musik sebagai salah satu fiturnya, menjadikan beberapa lagu menjadi trending di berbagai platform. Tak heran lagu-lagu itu akan terdengar di mana-mana.

Salah satu yang cukup menjadi lagu kebangsaan—sering dinyanyikan—adalah lagu dengan judul Nanti Kita Seperti Ini yang dibawakan oleh grup musik asal Lampung, Batas Senja.

Saya sendiri cukup sering mendengarnya. Di rumah-rumah makan, menjadi sound dari story teman-teman di Instagram, nyanyian murid di kelas. Bahkan saya sendiri yang kadang memutarnya sembari menulis sesuatu.

Liriknya yang penuh dengan kata-kata manis menjadi gambaran pernikahan yang terpenuhi dengan cinta dan kasih. Apa saja hal-hal dalam pernikahan yang tergambarkan dalam lagu ini?

Mewujudkan Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah

Kini, ku sudah yakin pada satu hati
Yang kurasa tepat untuk temani
Sekarang hingga aku tua nanti

Baca Juga:

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Lirik di atas rasa-rasanya menjadi harapan paling serius bagi para pasangan suami istri dan para generasi milenial. Selain itu gen Z yang dikabarkan banyak yang menunda untuk menikah dengan alasan trust issue atas berita yang banyak beredar akhir-akhir ini.

Kasus perselingkuhan yang ramai diperbincangkan menggambarkan bahwa tidak sedikit seorang pasangan yang mencoba untuk mengingkari janji suci pernikahan yang sakral. Padahal pernikahan sendiri adalah sebuah janji yang bukan hanya kepada pasangan. Akan tetapi lebih agung lagi, yakni janji seorang hamba kepada Rabb-nya (mitsaqan ghalidzan).

Jika di masyarakat masih ada pandangan bahwa seseorang menjadi korban perselingkuhan disebabkan oleh penampilannya yang dianggap kurang, hendaklah mereka juga menegur pelaku untuk menundukkan pandangannya. Karena pada dasarnya, baik laki-laki maupun  perempuan hendaklah bisa menjaga diri.

Jika pasangan suami istri bisa menanamkan rasa saling percaya dan saling menjaga kehormatan masing-masing, maka jalan menuju sakinah akan terbuka lebar.

Kata sakinah yang memiliki arti kondisi ketenangan jiwa suami dan istri bisa tercapai dengan relasi perkawinan yang terikat oleh mawaddah dan rahmah.

Mawaddah adalah cinta kasih yang melahirkan kemaslahatan bagi pihak yang mecintai. Sedangkan rahmah adalah cinta kasih yang melahirkan kemaslahatan bagi pihak yang kita cintai.

Jika perselingkuhan dilakukan, niscaya sakinah dalam rumah tangga tidak akan pernah tergapai.

Mewujudkan Pernikahan yang Tidak Zalim

Ingin punya rumah ‘tuk tempat bermesra
Kau dipanggil ibu, sementara aku ayah

Pasangan sebagai tempat pulang—rumah—hendaklah mampu menjadi tempat paling nyaman dan aman bagi yang lain. Pilar dari pernikahan salah satunya adalah mu’asyarah bil ma’ruf yang artinya adalah suami dan istri memperlakukan pasangannya dengan baik atau bermartabat.

Mengkhianati pasangan merupakan ciri dari pernikahan yang zalim. Yakni pernikahan yang hanya menguntungkan salah satu pasangan dan merugikan pihak yang lain. Pernikahan yang baik tentulah bertujuan untuk kebaikan bersama, lebih-lebih bisa menjadi anugerah bagi yang lemah.

Untuk itu, bagi pasangan baik suami atau pun istri jika memiliki “power lebih” hendaknya membuat pasangannya lebih berdaya bukan malah memperdaya. Misi utama pernikahan dalam islam adalah melahirkan kemaslahatan bagi individu, pasangan suami istri, keluarga, masyarakat dan dunia.

Maka dari itu, perselingkuhan terlarang karena hal tersebut akan mencederai misi pernikahan di atas dan meniadakan mu’asyarah bil ma’ruf dalam pernikahan.

Memelihara Kebersamaan

Bertukar cerita di ruang k’luarga
Bercengkerama dan menimang buah hati kita

Seperti penggalan lirik lagu di atas, komunikasi amatlah penting bagi pasangan suami istri. Bu Nyai Nur Rofiah pernah menyampaikan tentang “Betapa pentingnya menjaga nalar dan intuisi (hati nurani) dalam memutuskan segala hal dalam berumah tangga.”

Salah satu dari lima pilar pernikahan yang lain adalah musyawarah, yakni pengambilan keputusan secara bersama-sama dalam keluarga. Musyawarah adalah jalan terbaik untuk membuka keterbukaan dalam keluarga dan bisa menjadi jalan untuk mempererat suatu hubungan.

Poin selanjutnya adalah pengasuhan anak yang sudah seharusnya kita lakukan secara bersama-bersama. Sehingga seorang anak akan merasakan kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya.

Seorang anak tidak akan kehilangan sosok ayah dan ibu di dalam proses pertumbuhannya yang akan membantunya menemukan kedamaian di dalam rumah.

Bertukar cerita hingga lelap mata
Lalu datang pagi, kau memasak, ku bekerja

Dalam penggalan lirik di atas, menjadi pendengar yang baik bagi pasangan adalah salah satu cara untuk menghargai pasangan. Stereotip yang berkembang di masyarakat adalah seorang suami haruslah bekerja di luar rumah. Sedangkan tugas rumah tangga menjadi tanggung jawab seorang istri.

Penulis masih melihat fenomena ketika seorang istri harus bekerja dan suami menjadi bapak rumah tangga karena alasan sakit dan lainnya seringkali menjadi buah bibir di masyarakat. Sedang saling melengkapi dan bisa bekerja sama adalah perwujudan dari makna zawaaj. Yaitu keyakinan bahwa pasangan suami istri dalam pernikahan adalah berpasangan.

Kembali ke Allah

Jangan dulu lelah, yakin semua indah
Pejamkanlah mata, pada-Nya kita berserah

Ketika masalah datang silih berganti dalam pernikahan, hendaklah pasangan suami istri mencari jalan keluar yang paling baik, kemudian memasrahkannya kepada Tuhan.

Meskipun seseorang telah menikah, tugasnya adalah tetap menjadi hamba Rabb-nya bukan menjadi hamba dari pasangannya.

Oleh karena itu, jangan pernah berharap berlebihan kepada pasangan (orang lain). Hendaklah seseorang itu bergantung kepada dirinya sendiri dan Tuhannya. []

 

 

 

Tags: kontenLagu Nanti Kita Seperti Inimedia sosialmusikRelasiReview Lagu
Shofi Lutfiana

Shofi Lutfiana

Seorang perempuan kelahiran Jombang, bernama lengkap Shofi Lutfiana. Mari bersapa di akun instagram @shofilutfiana05

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID