• Login
  • Register
Selasa, 28 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Memang Ada Perempuan yang Mau Dipoligami?

Yang paling urgen dari segala hal yang berkait-kelindan dengan kasus-kasus poligami adalah edukasi atau penyadaran terhadap perempuan.

Mamang Haerudin Mamang Haerudin
16/01/2021
in Keluarga, Kolom
0
Dipoligami

Dipoligami

91
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya sempat agak kaget. Orangnya cerdas, punya jiwa entrepreneur, rajin ke pengajian, bahkan sependek yang saya tahu cara berpikirnya rasional. Termasuk ada banyak laki-laki hendak menghalalkannya, tapi ia tolak. Ia memang sudah dikaruniai buah hati. Ini menunjukkan bahwa ia memang pernah menikah.

Namun setelah sekian lama mengasuh buah hatinya sendiri, ia justru menerima pinangan seorang laki-laki yang sudah beristri, dan itu artinya ia rela dipoligami, tidak ada paksaan, ia bahkan sudah mulai sesumbar di media sosial. Saya sengaja tidak menyebut nama, karena kasusnya terjadi pada lebih dari satu orang.

Mungkin ini yang namanya cinta itu buta ya. Padahal kalau mau, ada banyak laki-laki yang jauh lebih muda dan mapan daripada suaminya sekarang yang telah melakukan poligami. Saya menduga keputusan menerima pinangan dan mau dipoligami ini karena persoalan ekonomi dan nafkah. Meskipun ia bisa mencari rezeki sendiri, mungkin dirasa belum cukup.

Namun terlepas dari apapun motifnya, sekali lagi poligami itu nyata. Alih-alih kita membenci realitas perempuan mau dipoligami tersebut, mestinya kita juga bersikap realistis agar terus melakukan edukasi kepada kaum perempuan, baik yang belum ataupun yang terlanjur melakukan poligami.

Saya menulis catatan ini juga demikian. Agar sebelum mengambil keputusan, sebaiknya dipikir ulang, ditakar maslahat-madaratnya ke depan, bagaimana dampak perempuan dipoligami. Termasuk mempertimbangkan hak anak ke depan yang akan mengetahui bahwa orang tuanya melakukan poligami.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

Baca Juga:

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Jogan Ramadhan Online: Pengajian Khas Perspektif dan Pengalaman Perempuan

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

Maka di satu sisi saya salut, kok ada perempuan yang mau dipoligami sementara masih banyak laki-laki yang single dan siap menghalalkan hubungan. Disadari atau tidak, ia berarti telah siap menanggung beban berat perusak rumah tangga orang lain. Karena bagaimana pun poligami terjadi karena ada proses, tidak langsung ujug-ujug terjadi poligami.

Entah mau apa ia dengan pernikahan poligaminya. Dengan statusnya sebagai istri kedua. Ia yang tadinya bebas beraktivitas ke mana-mana, pasti ruang geraknya akan semakin terbatas. Mending kalau suaminya merupakan suami yang paham kesetaraan gender. Suami yang memberikan hak kepada istrinya secara proporsional. Kalau sudah begini apa sebetulnya tujuan pernikahan? Lalu apa yang hendak dituju dari pernikahan dan rumah tangga poligami semacam ini?

Yang paling urgen dari segala hal yang berkait-kelindan dengan kasus-kasus poligami adalah edukasi atau penyadaran terhadap perempuan. Perempuan adalah kunci utamanya. Alih-alih membenci praktik poligami dan menyalahkan keadaan, kita harus bergegas agar upaya edukasi dan penyadaran terukur, tepat dan berkelanjutan.

Tidak hanya cukup dengan seminar, riset dan hal-hal yang tujuannya hanya untuk laporan saja. Harus ada ruang edukasi di setiap daerah yang akses layanannya 24 jam, ada penyediaan program pemberdayaan kaum perempuan misalnya untuk produktif membangun UMKM, atau upaya-upaya kreatif lainnya.

Saya katakan sekali lagi, terlepas dari apapun motifnya, poligami akan terus terjadi. Entah karena motif ekonomi, gengsi, status sosial, keterpaksaan, utang budi dan alasan lainnya, sebab setiap perempuan yang rela dipoligami motifnya berbeda-beda, sehingga kita harus mempersiapkan strategi dan solusi yang bisa menunjukkan arah agar perempuan bisa bangkit dan mandiri.

Kalau dalam kasus pernikahan poligami yang saya contohkan ini, ia mau dipoligami karena status sosial. Suami yang ia nikahi adalah orang berpengaruh yang punya status sosial lumayan di masyarakat. Ia mungkin merasa masih kurang pede sebagai perempuan, selain butuh kehadiran suami, status sosialnya sebagai istri pun menjadi terangkat.

Sementara istri pertama yang dipoligami, tentu saja secara naluriah mana ada perempuan yang mau dipoligami. Apalagi kita hidup dalam lingkungan budaya patriarkhi. Saya menulis catatan ini justru hendak memberikan advise dan advokasi agar istri pertamanya tegas dengan pendirian. Bertahan atau berpisah. Dua-duanya ada risikonya.

Kalau saya ditanya secara pribadi lebih baik berpisah. Sebab masih banyak cara untuk bahagia dalam berumah tangga. Masih banyak cara agar perempuan juga bisa hidup mapan. Namun kalau istri pertama tetap mau bertahan, saya tentu akan memberikan beberapa penguatan. Beberapa penguatan itu insya Allah akan ditulis secara terpisah atau malah seingat saya, saya pernah menuliskannya.

Hanya saja perempuan yang mau menjadi istri kedua, sudah dipastikan ia tidak akan merdeka. Secara hakiki, ia telah tunduk oleh segala pengaruh laki-laki yang menjadi suaminya. Namun entah kalau kita bicara takdir Allah, apakah masih ada harapan rumah tangga yang dibangun oleh pondasi poligami yang rumit seperti itu.

Jangan-kira pasangan poligami yang sedang saya ceritakan ini, pasangan poligami yang sempat viral saja, yaitu Lora Fadil yang punya istri cantik sampai 3 orang, kelihatannya memang harmonis dan tak ada masalah dengan persoalan finansial. Sebagaimana kita tahu bahwa uang banyak tak bisa jadi jaminan keharmonisan rumah tangga. Wallahu a’lam. []

Tags: GenderkeadilankeluargaKesetaraanperempuanperkawinanpoligamiRelasi Suami dan Istri
Mamang Haerudin

Mamang Haerudin

Penulis, Pengurus LDNU, Dai Cahaya Hati RCTV, Founder Al-Insaaniyyah Center & literasi

Terkait Posts

Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Bapak Rumah Tangga

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

28 Maret 2023
Tradisi di Bulan Ramadan

Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

28 Maret 2023
Propaganda Intoleransi

Waspadai Propaganda Intoleransi Jelang Tahun Politik

27 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Tradisi di Bulan Ramadan

    Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flexing Ibadah selama Ramadan, Bolehkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Pinatih: Sosok Ulama Perempuan Perekat Kerukunan Antarumat di Gresik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Piagam Madinah: Prinsip Hidup Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puasa Dalam Perspektif Psikologi dan Pentingnya Pengendalian Diri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist