• Login
  • Register
Jumat, 3 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Jika Suami Boleh Poligami, Apakah Istri Boleh Poliandri?

Yaqut Al Amnah Yaqut Al Amnah
26/09/2020
in Keluarga, Kolom
0
175
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Islam, sebagai agama dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lekat di dalamnya telah menuntun sekaligus mengatur banyak sisi kehidupan manusia, termasuk perkawinan. Dalam QS. Ar-Rum [30] : (21), perkawinan digambarkan sebagai sesuatu yang indah dan mulia;

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan mersa tentran kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berpikir.”

Di dalam ayat tersebut dapat kita lihat ada sakinah (tenteram) dan juga mawaddah wa rahmah yang dipahami berbeda-beda. Musdah Mulia dalam Ensiklopedia Muslimah Reformis, mengartikannya dengan kasih sayang yang amat tulus tak bertepi. Dia juga menjadikan mawaddah wa rahmah ini sebagai salah satu prinsip yang utama dalam perkawinan.

Tujuan yang amat mulia tersebut tentu sangat sulit dicapai jika perkawinannya bukan monogami. Kenapa monogami? Dalam hal ini, ada satu perspektif menarik dalam memandang perkawinan Islam, baik yang tertuang dalam al-Qur’ān maupun Hadis, yaitu perspektif mubādalah.

Mubādalah sendiri memiliki arti mengganti, mengubah dan bisa juga berarti menukar (Faqihuddin Abdul Kodir: 2019). Sebagai perspektif, mubādalah menekankan pentingnya menggali kembali pemahaman antar relasi berdasarkan nilai-nilai kerjasama, timbal balik dan kesalingan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan
  • Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA
  • Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad
  • 7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Baca Juga:

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

7 Prinsip Dalam Berkeluarga Ala Islam

Dalam memahami sebuah teks keagamaan, kita dapat melihatnya berdasarkan dua sudut pandang, yaitu laki-laki dan perempuan, meskipun teks tersebut ditujukan atau mengandung arti hanya laki-laki atau perempuan saja. Misalnya perinatah membaca, iqra’.

Walaupun dalam kaidah gramatika bahasa Arab, ditujukan bagi laki-laki, tetapi jika kita lihat menggunakan perspektif mubādalah, perintah tersebut  juga ditujukan bagi perempuan. Dibaca secara umum. Lintas jenis kelamin, lintas usia. Karena membaca itu baik, maka semua diperintahkan membaca.

Dalam Alquran, ada ayat yang mengatur tentang poligami. Menikahi perempuan lebih dari satu dengan ketentuan adil (Q.S al-Nisa: 3). Dalam perspektif mubādalah, kita juga bisa membacanya secara umum, artinya, ayat tersebut juga mengatur perkawinan poliandri bagi perempuan. Menikahi lebih dari satu laki-laki, dengan ketentuan atau syarat yang sama.

Jika laki-laki diperintahkan membaca, maka perempuan juga membaca. Jika perempuan diperintahkan untuk berbuat baik (ahsinū), maka perempuan juga demikian. Tetapi, jika poligami bagi laki-laki dipahami dengan sesuatu yang dibolehkan, apakah perempuan juga boleh poliandri?

Semangat mubādalah adalah semangat kesalingan, kesetaraan, keadilan. Untuk kebaikan bersama, menghindari kemudharatan. Sementara itu, poligami seringkali membawa mudharat yang lebih banyak. Menyakiti istri, anak-anak hingga segenap keluarga. Dan, tidak ada kesalingan dalam perbuatan menyakiti, tidak ada kesalingan dalam berbuat tercela.

Maka, yang ada, jika perempuan tidak boleh poliandri, maka laki-laki pun tidak boleh poligami. Jika ada poligami, maka ada poliandri, terlepas dari perbedaan tradisi dan konstruksi masyarakat tentang keduanya. Jika laki-laki dianggap boleh mengawini lebih dari satu orang perempuan, maka perempuan pun boleh menikahi lebih dari satu laki-laki atau poliandri.

Ketika poligami dan poliandri semakin menjauh dari tujuan utama perkawinan Islam, maka bukankah lebih baik untuk tidak melakukan keduanya? Jika poligami akan menyakiti bukankah poliandri pun akan demikian? Maka kesalingan dalam perkawinan adalah dengan bersama-sama setia (monogami) tanpa poligami ataupun poliandri. []

Tags: istriKesalinganMubadalahperkawinanPoliandripoligamisuami
Yaqut Al Amnah

Yaqut Al Amnah

Content Writer Muslimah Reformis Foundation

Terkait Posts

Gaya Hidup Minimalis

Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

3 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Peran Ayah bagi Anak Perempuan

Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

2 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Wasiat Buya Husein

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

1 Februari 2023
Patah Hati

Perempuan, Patah Hati, dan Krisis Percaya Diri

31 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Satu Abad NU

    Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab Menurut Para Ahli
  • 5 Penyebab Su’ul Khatimah yang Dilalaikan
  • Kisah Saat Perempuan Berbicara dan Berpendapat di Depan Nabi Saw
  • Gaya Hidup Minimalis Dimulai dari Meminimalisir Pakaian
  • Kisah Anak Perempuan yang Nabi Muhammad Saw Hormati

Komentar Terbaru

  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Ulama Perempuan dan Gerak Kesetaraan Antar-umat Beragama pada Relasi Mubadalah: Muslim dengan Umat Berbeda Agama Part I
  • Urgensi Pencegahan Ekstrimisme Budaya Momshaming - Mubadalah pada RAN PE dan Penanggulangan Ekstrimisme di Masa Pandemi
  • Antara Ungkapan Perancis La Femme Fatale dan Mubadalah - Mubadalah pada Dialog Filsafat: Al-Makmun dan Aristoteles
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist