• Login
  • Register
Kamis, 23 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mematri Wasiat Buya Husein Muhammad

Sepanjang perjalanan, sambil saya menyetir mobil, banyak hal yang Buya sampaikan terkait Mubadalah sebagai perspektif dan gerakan. Lalu kedua Mubadalah.id sebagai media

Zahra Amin Zahra Amin
01/02/2023
in Personal
0
Wasiat Buya Husein

Wasiat Buya Husein

559
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mendadak pekan kemarin, Yayasan Fahmina mengundang saya dan teman-teman mubadalah.id untuk membincang terkait pengelolaan dan manajemen lembaga agar berjalan dinamis. Di tengah perjalanan menuju Kota Cirebon, bendahara Yayasan Pak Satori berkabar jika Buya Husein akan terlambat datang, karena hendak berangkat masih belum menemukan supir yang akan mengantarkan beliau.

Lalu saya merespon kabar tersebut, dan berinsiatif untuk menjemput Buya ke Arjawinangun. Tak saya sangka, dalam pertemuan dan perjalanan ini, saya mampu mematri wasiat Buya Husein Muhammad. Karena kebetulan saya lewat jalan tol Palimanan, untuk menghindari kemacetan Kota Cirebon di jam-jam sibuk. Pesan pun tersampaikan, akhirnya saya melajukan kendaraan dan mampir ke kediaman Buya untuk menjemput beliau, dan berangkat bersama ke kantor Yayasan Fahmina di Majasem Kota Cirebon.

Sepanjang perjalanan, sambil saya menyetir mobil, banyak hal yang Buya sampaikan terkait Mubadalah sebagai perspektif dan gerakan. Lalu kedua Mubadalah.id sebagai media. Di mana Buya mengapresiasi apa yang sudah Dr. Faqihuddin Abdul Kodir rintis sebagai penggagas konsep mubadalah, dan pendiri Mubadalah.id. “Sudah saatnya Mubadalah itu terkenal di tingkat global, sejajar dengan pemikiran feminisme lainnya. Karena mubadalah punya karakter yang khas berbasis Al Qur’an, Hadits, dan turats, kitab-kitab klasik para ulama terdahulu.” Ujar Buya.

Saya menimpali pernyataan Buya tersebut dengan antusias, dan optimis dengan Jaringan KUPI yang menjadi basis dari gerakan Mubadalah ini.

Daftar Isi

    • Wasiat Buya Husein
  • Baca Juga:
  • Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik
  • Prinsip Mubadalah; Pekerjaan Rumah Bukanlah Kewajiban Istri
  • Liberal-Sufism: Paradigma KUPI sebagai Pewaris Nabi
  • Wasiat Nabi Saw Saat Haji Wada’: Berbuat Baiklah Kepada Perempuan
    • Ikhlas dan Tidak Flexing

Wasiat Buya Husein

Sesampai di kantor Fahmina, Bang Dul sudah menunggu kami di ruangan. Kami langsung duduk bersama di ruangan itu. Buya kembali menyampaikan banyak hal pada kami. Bagaimana agar dalam mengemban amanah mengelola media Mubadalah.id kami merasa nyaman, dan bisa menikmati setiap proses belajarnya. Saya mencatat penjelasan itu sebagai wasiat Buya Husein.

Ada tiga hal kata beliau yang menjamin keberlangsungan lembaga. Pertama, khidmah atau melayani atas nama kemanusiaan. Al-khidmah tatarattabu fieha al-barākah, wal kasbu yatarattabu fiehi al-ujrah (khidmah itu konsekuensinya adalah berkah, sedangkan bekerja konsekuensinya adalah gaji).

Baca Juga:

Ini Alasan, Mengapa Perempuan Harus Berpolitik

Prinsip Mubadalah; Pekerjaan Rumah Bukanlah Kewajiban Istri

Liberal-Sufism: Paradigma KUPI sebagai Pewaris Nabi

Wasiat Nabi Saw Saat Haji Wada’: Berbuat Baiklah Kepada Perempuan

Kedua, istiqamah atau konsisten dengan apa yang kita lakukan. Hal ini sebagaimana pesan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam saat sahabatnya bertanya tentang satu amalan penting dalam Islam. Beliau dalam hadistnya berpesan kepada sahabatnya itu untuk beriman dan Istiqamah.

“Dari Abu Amr ada yang menyebutkan Abu Amrah Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi Radhiyallahu Anhu berkata. Saya berkata, “Ya Rasulullah katakanlah kepadaku ucapan dalam Islam, yang saya tidak akan menanyakannya kepada seorang pun kecuali kepadamu. “Rasulullah menjawab,” Katakanlah! Saya beriman kemudian istiqamahlah.” (Riwayat Muslim).

Ikhlas dan Tidak Flexing

Ketiga, ikhlas dengan segala hal yang kita lakukan. Tidak berharap apapun, tetapi yakin bahwa setiap hal baik akan selalu kembali pada diri kita. Jika pun tak sekarang, atau tidak di masa sekarang, kelak anak cucu kita yang akan memperolehnya. Ikhlas adalah salah satu dari amalan hati dan merupakan ujung tombak dari amalan hati. Karena, suatu amalan tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas. Dengan demikian, dapat kita katakan, ikhlas tempatnya ada di hati.

Amalan yang ikhlas tidak bercampur dengan suatu hal yang dapat menodainya. Ada berbagai bentuk noda-noda yang dimaksud. Di antaranya, hasrat hawa nafsu, hasrat terhadap harta, uang, dan kedudukan.

Lalu ada pula menginginkan popularitas, citra yang baik di mata orang lain, pujian orang lain, hasrat menyenangkan orang lain, memuji orang lain. Atau bahkan hasrat menghilangkan kebencian yang terpendam, merespons kecemburuan yang tersembunyi, menanggapi kesombongan orang lain, dan berbagai bentuk ketidakmurnian lainnya.

Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menyembah Allah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agama. Dan aku diperintahkan agar menjadi orang yang pertama-tama berserah diri.’

Katakanlah, ‘Sesungguhnya aku takut akan azab yang akan ditimpakan pada hari yang besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.’ Katakanlah, ‘Hanya kepada Allah aku menyembah dengan penuh keikhlasan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.'” (QS Az-Zumar ayat 11-14)

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridha-Nya.” (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i)

Sebagai tambahan, Buya juga menegaskan agar kita tidak menunjukkan sikap berlebih-lebihan. Istilah zaman now flexing. Pamer kemewahan di media sosial. Tentu kami bersyukur sebagai orang tua Buya selalu mengingatkan kami, orang muda yang memang kerap lupa diri. []

Tags: husein muhammadJaringan KUPIMubadalahWasiatYayasan Fahmina
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Perempuan Bukan Sumber Fitnah

Ingat Bestie, Perempuan Bukan Sumber Fitnah

18 Maret 2023
Pembuktian Perempuan

Cerita tentang Raisa; Mimpi, Ambisi, dan Pembuktian Perempuan

18 Maret 2023
Ibu Rumah Tangga

Ibu Rumah Tangga: Benarkah Pengangguran?

17 Maret 2023
Patah Hati

Patah Hati? Begini 7 Cara Stoikisme dalam Menyikapinya, Yuk Simak!

16 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perayaan Nyepi

    Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rahmat Allah Swt Untuk Orang Islam dan Orang Kafir
  • Islam Adalah Agama yang Menjadi Rahmat Bagi Seluruh Alam Semesta
  • Ramadan dan Nyepi; Lagi-lagi Belajar Toleransi
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist