• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Memberitakan Pemerkosaan, Media Perlu Hati-Hati Menggunakan Diksi

Muhammad Hamdan Muhammad Hamdan
02/07/2019
in Publik
0
memberitakan perkosaan
26
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kasus pemerkosaan di Indonesia masih sering kita jumpai. Saya menegaskan kalau media dalam memberitakan perkosaan terkesan biasa saja, seolah itu semata-mata persoalan individual. Bahkan tidak sedikit media justru menganggapnya seperti kisah sedih layaknya sinetron.

Satu contoh aku temukan baru-baru ini, portal berita Tribunnews memberitakan kasus pemerkosaan dengan judul yang tak ramah perempuan.

Kasus pemerkosaan yang terjadi di Tanggerang pada 22 Juni kemarin, Tribun memberikan judul dengan kalimat “Seorang Pria di Tangerang Tak Kuasa Melihat Kemolekan Tubuh Sepupunya Tertidur di Sofa.”

Diksi yang digunakan dalam judul di atas justru memberikan perspektif keliru kepada pembaca. Pembaca akan beranggapan bahwa peristiwa itu terjadi karena salah perempuannya sendiri, seolah itu terjadi karena perempuannya bertubuh molek dan tidur di atas meja.

Kata “tak kuasa” dalam judul juga terkesan victim blaming, seolah justru korban yang menyebabkan peristiwa itu terjadi.

Baca Juga:

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

Difabel dan Kekerasan Seksual: Luka yang Sering Tak Dianggap

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Sebuah Refleksi atas Kekerasan Seksual di Pesantren Disabilitas

Selain itu, portal yang merajai pasar berita online itu tidak melindungi privasi identitas korban. Meski tak menyebut langsung nama korban, tapi ia menyebutkan bahwa korban adalah sepupu pelaku, sedangkan nama pelakunya ditulis jelas.

Mereka seolah tidak peduli dengan kondisi psikologi perempuan, bagaimana ketika semua orang mengetahui bahwa dia korban pemerkosaan.

Masih dalam berita yang sama, tak ada diksi yang menekankan bahwa kekerasan seksual itu adalah kejahatan yang luar biasa.

Tanggug Jawab Media dalam Memberitakan Perkosaan

Media harus menyadari bahwa diksi dan kalimat yang menggunakan menggiring pola pikir pembaca. Menurut Malcom X, media menjadi kekuatan yang besar dalam menentukan persepsi atau cara pandang yang ada di masyarakat.

Menurut pandangan konstruksionis, keberhasilan mentransformasikan perkosaan menjadi masalah sosial tergantung pada narasi persuasif yang membuat “seksualitas koersif ” sebagai sebuah fenomena fundamental sosial.

Dalam kasus pemerkosaan, isu seksualitas koersif dapat menjadi konstruksi naratif yang bervariasi sebagai cerita tentang kejahatan, tentang kejatuhan moral individual, tentang penyakit, atau sekitar sosialisasi (Chasteen, 1998, pp. 13-18).

Dalam penulisan kasus ini, media selalu berlindung dibalik kata objektifitas berita. Pada dalam kasus seperti ini, media harus punya keberpihakan terhadap korban.

Penulis Wajib Hati-hati Memilih Diksi

Setelah mengetahui kekuatan dahsyat media, maka penulis yang memproduksi media jangan asal dalam memakai diksi.

Penulis harus menyadari betul bahwa setiap kata yang ia pilih membentuk perspektif pembaca. Dia harus mengambil sikap menyuarakan kebenaran.

Jika penulis masih menganggap kenetralan adalah satu hal yang harus diutamakan, maka dia juga harus tahu bahwa tidak ada berita yang bebas nilai.

Menurut Matthew Kieran dalam Eriyanto (2002) bahwa “berita tidaklah dibentuk dalam ruang hampa, berita  diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu”.

Masih menurut Eriyanto bahwa peristiwa itu dimediasi sebuah kategori, interpretasi dan evaluasi atas realitas. Setiap peristiwa dapat dilihat dengan kacamata dan pandangan tertentu.

Pembaca harus diberikan pemahaman bahwa pemerkosaan adalah kejahatan yang sangat serius. Sehingga tulisan juga mengajak pembaca untuk mencegah terjadinya pemerkosaan lagi.[]

Tags: Kekerasan seksualPerempuan dan MediaUU PKS
Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan. Santri Dar al Tauhid, Arjawinangun Cirebon dan Mahasiswa ISIF Cirebon

Terkait Posts

Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

28 Juni 2025
Patung Molly Malone

Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID