• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Memfilter Hasrat dengan Minimalisme

Konon, banyaknya hasrat dalam diri kita akan membebani pikiran dan menjadikan pikiran kurang optimal untuk bekerja.

Dyah Murwaningrum Dyah Murwaningrum
08/01/2021
in Buku, Pernak-pernik
0
Hasrat

Hasrat

281
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Sesekali duduk dan pandanglah sekitar ruangan. Kenali apa yang kita miliki. Kursi, meja, televisi, pakaian dan semua pernik-pernik yang tergeletak di meja, rak atau mungkin sisi-sisi kusen jendela. Ingatkah apa tujuan saat membelinya? Bagaimana nasib barang-barang itu sekarang? Apakah kita masih punya hasrat menggunakan dan membutuhkannya?

Kebutuhan memang berbeda dengan hasrat yang sifatnya tak terbatas. Namun saat ini, kebutuhan hidup manusia modern tidak lagi murni. Ragam informasi yang masuk lewat inderanya sangat punya pengaruh. Hasrat juga tidak melulu tentang barang. Bisa juga pencapaian, penggunaan pikiran ataupun waktu. Lalu, benarkah mencoba gaya hidup minimalis dapat memfilter hasrat-hasrat kita?

10 tahun terakhir orang ramai memperbincangkan gaya hidup minimalis. Serial Tidying Up with Marie Kondo dan video dokumenter Minimalist yang tayang di Netflix, menjadi salah satu pintu masuknya. Buku yang berjudul Goodbye, Things dari Fumio Sasaki dan Seni Hidup Minimalis dari Francine Jay menjadi guide dalam praktik minimalis bagi para pemula.

Sedangkan buku bergenre spiritual yang bertolak dari Zen Budhism karya Haemin Sunim, kerap menjadi referensi pelengkap. Rentetan referensi tersebut telah memperluas pengaruh gaya hidup minimalis ini. Di Jepang, Korea, bahkan di Amerika sebagai negeri asal konsumerisme, sebagian kecil warganya mulai mengincar minimalis sebagai pilihan hidup. Apakah beralasan jika kita juga mengikuti mereka?

Kebisingan informasi yang mengepung keseharian kita, berangsur-angsur menjadi perilaku dan gaya hidup. Gaya hidup yang tidak pernah original itu adalah wujud dari konstruksi sosial. Pengaruh itu kemudian dicopy lalu disebarluaskan. Maka tidak heran jika gaya hidup menjadi serupa.

Baca Juga:

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir Bagian II

Iklan di televisi, cara berpakaian tetangga sebelah rumah, aroma ayam goreng dari rumah makan terkenal juga segala aktivitas orang di Instagram seringkali terasa mengejar. Lantas bermunculan hasrat-hasrat baru, yang kemudian terdefinisi menjadi “kita”.

Tentang barang misalnya. Sekelompok manusia yang berselera homogen atas kepemilikan barang, sama-sama merasa “takut kehabisan”, “mumpung masih ada”, atau “kapan lagi?” Hal ini bukan berlaku hanya untuk barang mahal, tapi juga untuk barang gratisan yang setelah kita miliki justru tidak digunakan.

Permisalan lain lagi adalah Ketika manusia menkondisikan dirinya dalam aktivitas yang padat, pikiran dan ide yang terus mengalir dan hasrat untuk terus produktif. Hasrat manusia menggiring kita untuk mengambil semua kesempatan tanpa memikirkan keterjangkauan. Terlebih di masa pandemi yang banyak menganggur ini.

Pandemi mengkondisikan kita untuk tak beranjak, namun indera kita berhadapan dengan arus informasi yang derasnya sulit dibendung. Informasi ada tanpa dicari, bebas belajar tanpa dituntut komitmen, bahkan kemudahan berbelanja online, hampir semua hal itu berpeluang menjadikan hasrat kita makin membeludak.

Banyak orang di berbagai belahan dunia sudah mulai meminimalisir barang agar lebih fokus pada diri. Namun ada juga yang melakukannya agar ruangan di rumah menjadi lebih estetis. Bagi orang yang bergelut dengan software, meminimalisir aplikasi pada devicenya juga dilakukan agar tidak mudah terdistraksi saat bekerja.

Mungkin benar juga Haemin Sunim dalam bukunya “The Things You Can See Only When You Slow Down”. Banyaknya waktu luang, tidak sibuk, dan tidak terburu-buru akan membuat manusia cermat dan kritis pada kebiasaannya. Kesadaran baru yang muncul akan mengubah perspektif hidup kita, mendatangkan inspirasi dan daya. Jadi wajarkan jika sebagian orang meminimalisir pekerjaan dan barang demi ruang dan waktu yang lebih luas.

Minimalisme memaksa kita merenung sebelum berkeinginan. Kita dilatih untuk menimbang berkali-kali sebelum mengambil brosur di pusat perbelanjaan, atau memilih barang yang perlu dan tidak perlu dimiliki sekalipun gratisan. Kita terlatih memilih seminar atau kelas-kelas online mana yang perlu kita ikuti. Mau tak mau, hasrat akan sedikit demi sedikit terfilter.

Konon, banyaknya hasrat dalam diri kita akan membebani pikiran dan menjadikan pikiran kurang optimal untuk bekerja. Sebenarnya ketidakmampuan manusia membendung hasratnya memang sudah ditunggu oleh pasar, agar bermuara pada gaya hidup konsumtif. Konsekuensi konsumerisme bukan hanya personal namun juga global.

Seperti yang diberitakan Nationalgeographic.grid.id pertengahan tahun lalu, bahwa bumi akan dipenuhi 1,3 ton sampah plastik di darat maupun di laut pada tahun 2040. Pemberitaan ini menguatkan bahwa mungkin saja arus minimalisme ini akan meluas seiring kesadaran manusia untuk menjalin hubungan baik dengan pikirannya, tubuhnya dan buminya. Akankah kita menjadi minimalis untuk memfilter hasrat kita? []

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: gaya hiduphasratHidup MinimalisKesalinganmanusia
Dyah Murwaningrum

Dyah Murwaningrum

Dosen dan Aktif di Serat Pena Bandung.

Terkait Posts

Laki-laki dan Perempuan dalam fikih

Hak dan Kewajiban Laki-laki dan Perempuan dalam Fikih: Siapa yang Diuntungkan?

3 Juli 2025
Perceraian untuk

Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

2 Juli 2025
Boys Don’t Cry

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

2 Juli 2025
Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID