• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Memiliki Ayah Hangat adalah Keberuntungan? Sebuah Penyadaran dalam Mengurangi Fatherless di Indonesia

Kehadiran seorang ayah dalam keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan anak-anak, baik secara fisik maupun emosional

Fatwa Amalia Fatwa Amalia
01/08/2023
in Keluarga, Rekomendasi
0
Fatherless di Indonesia

Fatherless di Indonesia

2.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belakangan ini, presenter sekaligus komedian Fery Mary Adi banyak mendapat cibiran dari netizen karena kedekatannya dengan puterinya. “Ketika sudah akil baligh, jaga! Jangan sampai rangkulan, jadi ngaceng! Bisa-bisa inces!“ Begitu salah satu komentar netizen di twitter.

Komentar tersebut menusuk hati saya karena saya setiap hari memeluk ayah saya. Beliau menyambutnya dengan hangat. Hidup saya dan ayah saya jauh lebih berarti daripada sebelum kami sering berpelukan. Kami menjadi begitu dekat. Ada yang tertinggal dalam diri saya berupa kebanggaan kepada ayah saya. Ada yang tinggal dalam diri ayah saya berupa kepercayaan kepada anak gadisnya.

Masalah fatherless di Indonesia atau kurangnya peran ayah dalam keluarga menjadi salah satu permasalahan krusial yang terjadi pada masyarakat kita. Kehadiran seorang ayah dalam keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan anak-anak, baik secara fisik maupun emosional.

Ada seseorang yang berkomentar di instagram saya, “Sebuah keberuntungan untuk para puan yang memiliki ayah begitu hangat.” Tidak, ayah saya awalnya adalah musuh saya dalam banyak hal. Kami tidak terbiasa berdiskusi, tapi berdebat, kami sama-sama gengsi, bahkan mengungkapkan sayang terhitung tidak pernah.

Ayah saya selalu menentang banyak hal dalam hidup saya, saya tidak pernah diberi pilihan hanya karena saya perempuan. Begitulah ayah saya dari kacamata saya bertahun-tahun yang lalu yang menyebabkan rasa iri terhadap kawan saya yang ayahnya luar biasa perhatian, kurang percaya diri, dan kurang kasih sayang ayah.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Namun semuanya telah berubah. Jika sikap saya sama dengan ketika ayah saya memperlakukan saya, dunia akan hancur. Saya memilih untuk merangkul dan mulai menerima ayah saya. Dan apa yang terjadi? Kami menjadi partner yang solid! Seorang anak yang memiliki ayah hangat boleh jadi bukan karena keberuntungan, tapi hasil dari kerjasama dan usaha menciptakan. Lantas bagaimana cara untuk menciptakan kehangatan seorang ayah?

Mendukung Peran Ayah

Sangat penting memberikan dukungan, dan kesempatan kepada para ayah untuk terlibat secara aktif dalam kehidupan anak-anak mereka. Dalam banyak kasus, ayah sering kali dianggap hanya sebagai pencari nafkah semata. Kita perlu mengubah persepsi ini dan memberikan kesempatan kepada ayah untuk terlibat dalam mendidik, merawat, dan mendukung perkembangan anak-anak mereka.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan ketidakpercayaan terhadap ayah dalam mengurus anak adalah stereotip gender yang masih subur dalam masyarakat. Stereotip ini menganggap bahwa perempuan lebih baik dalam urusan pengasuhan anak, sementara laki-laki lebih cocok untuk pekerjaan publik.

Selain stereotip gender, persepsi tentang kemampuan ayah dalam mengurus anak juga mempengaruhi tingkat ketidakpercayaan yang ada. Beberapa orang masih beranggapan bahwa ayah tidak memiliki naluri dan kepekaan yang cukup dalam merawat anak seperti yang dimiliki oleh ibu.

Padahal, kemampuan dalam mengurus anak bukanlah kemampuan bawaan melainkan dapat dipelajari dan ditingkatkan melalui pengalaman dan komitmen ayah terhadap peran sebagai orangtua.

Faktor budaya dan lingkungan juga turut mempengaruhi tingkat ketidakpercayaan kepada ayah dalam mengurus anak. Masih terdapat norma-norma yang menekankan peran ibu sebagai pengasuh utama, hal ini menciptakan sikap skeptisisme terhadap kemampuan ayah dalam mengurus anak.

Fery Mary Adi yang sudah membangun hubungan baik dengan puterinya saja masih banyak yang menentang dengan dalih seksualitas semata. Selain itu, lingkungan sosial yang kurang mendukung peran ayah dalam pengasuhan anak juga dapat memperkuat persepsi negatif terhadap ayah.

Pendidikan dan Kesadaran

Untuk mengatasi fatherless di Indonesia, kita perlu pendidikan dan kesadaran masyarakat. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi sosial perlu bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran ayah dalam keluarga. Dengan mengedukasi masyarakat mengenai dampak negatif fatherless di Indonesia, kita harapkan orang tua akan lebih memahami betapa pentingnya keterlibatan ayah dalam kehidupan anak-anak.

Selain pemerintah, masyarakat dan komunitas juga dapat berperan dalam mengurangi fatherless. Masyarakat dapat membentuk kelompok dukungan untuk ayah tunggal, mengadakan lokakarya parenting, atau menyediakan ruang bagi ayah untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang mereka hadapi.

Yakni dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, ayah tunggal akan merasa didukung dan termotivasi untuk tetap terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.

Lantas bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki ayah? Anak yang tidak memiliki ayah fisik dapat mencari sosok ayah pengganti dalam keluarga. Seperti kakek atau paman dapat memainkan peran tersebut dengan menghadirkan kehangatan dan dukungan.

Anak-anak bisa diikut sertakan dalam klub yang menawarkan kegiatan dengan orientasi sosial, setidaknya hal tersebut dapat membantu anak merasa terhubung dengan sosok ayah pengganti. Misalnya, kegiatan sepak bola, menari, paskibraka, atau volly yang melibatkan pelatih dan rekan timnya dapat memberikan perasaan kepemimpinan dan dukungan yang diperlukan.

Dalam situasi keluarga yang tidak memiliki ayah, penting untuk memperkuat hubungan dengan anggota keluarga yang ada. Ibu, saudara, atau kakek nenek dapat berperan sebagai figur ayah yang mendukung dan memberikan cinta serta perhatian yang dibutuhkan oleh anak. Komunikasi yang terbuka dan mendalam dapat memperkuat ikatan keluarga dan memberikan rasa aman serta kepercayaan diri pada anak.

Sulit ya? Iya sulit, tapi setidaknya kita telah memulai upaya membangun kesadaran baru. Semoga tak ada lagi anak-anak yang kurang kasih sayang seorang ayah. Mulai pulih dan sadar bahwa peran ayah sangat penting untuk tumbuh kembang anak. []

 

Tags: ayahFatherlessIndonesiakeluargaparentingpengasuhan
Fatwa Amalia

Fatwa Amalia

Fatwa Amalia, pengajar juga perempuan seniman asal Gresik Jawa Timur. Karya-karyanya banyak dituangkan dalam komik dan ilustrasi digital dengan fokus isu-isu perempuan dan anak @komikperempuan. Aktif di sosial media instagram: @fatwaamalia_r. Mencintai buku dan anak-anak seperti mencintai Ibu.

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version