Mubadalah.id – Di era digital saat ini, semua orang dapat mengakses ataupun mempublikasikan sebuah informasi dengan sangat mudah. Namun sayangnya, kemudahan tersebut seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan ujaran kebencian (hate speech).
Saat ini kita dapat dengan mudah untuk menemukan konten yang menyerukan ujaran kebencian, baik itu melalui website, youtube ataupun media sosial. Namun yang mengherankan adalah konten-konten semacam ini selalu ramai, dan sudah pasti diikuti adu argument yang sengit di kolom komentar.
Lebih parahnya lagi konten-konten hate speech tersebut juga dibumbui hoax, sehingga semakin banyak orang yang salah paham dan saling menyalahkan, tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan minimnya tingkat literasi masyarakat Indonesia semakin memperburuk keadaan tersebut.
Sering kali hanya dengan melihat headline seseorang langsung terprovokasi dan menulis tanggapan di kolom komentar, tanpa membaca isi konten secara penuh.
Massifnya Penyebaran Ujaran Kebencian di Media Sosial
Kehadiran media sosial juga membuat penyebaran ujaran kebencian semakin cepat. Hal ini karena sikap masyarakat Indonesia yang gampang terprovokasi dan tergesa-gesa dalam menyikapi suatu berita yang belum jelas. Biasanya warga net akan berlomba-lomba memposting dan membagikan sebuah berita yang sedang trending, tanpa memperhatikan sumber dan kebenaran berita tersebut.
Akibatnya hate speech menjadi hal yang sangat massif dan sangat sulit untuk kita bendung. Terlebih lagi, fakta di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar hate speech ini disebarkan oleh akun-akun buzzer yang diorganisir oleh orang-orang tertentu untuk tujuan tertentu.
Keberadaan konten-konten ujaran kebencian dan hoax ini sangat berbahaya karena menjadi pemicu konflik antara masyarakat yang tentu akan mengganggu integrasi bangsa. Oleh karena itu perlu adanya upaya pencegahan sekaligus tindakan tegas yang kita ambil untuk mengatasi masalah ini.
Upaya Hukum, dan Membangun Kesadaran
Salah satu upaya penindakan telah pemerintah lakukan melalui UU ITE yang mengatur tentang penyebaran informasi dan transaksi elektronik. Sedangkan upaya pencegahan dapat kita lakukan dengan pendekatan agama, sosial maupun pendidikan.
Melalui pendekatan agama misalnya, seorang muslim seharusnya memperhatikan bagaimana kaidah-kaidah dalam Al-Qur’an yang mengatur tentang ketentuan dalam berkomunikasi. Misal dalam QS. Al-Hujurat: 11, kita dilarang untuk saling mengejek, mengolok-olok dan menghina. Namun realita yang terjadi saat ini justru sebaliknya.
Kemudahan dan kebebasan akses di media sosial membuat para penggunanya semakin berani. Seseorang terkadang memberi kritik tajam, hujatan, bahkan makian secara langsung terhadap individu atau kelompok lain tanpa memikirkan konsekuensi pada sang terhujat.
Al-Qur’an Bicara Ujaran Kebencian
Karena itulah bentuk larangan saja sepertinya belum cukup untuk dapat menghindari hate speech. Maka, Al-Qur’an juga membahas upaya-upaya preventif lainnya. Dalam upaya menanggulangi hate speech, Al-Qur’an menganjurkan dua hal penting kepada umatnya:
Pertama, bersikap selektif terhadap setiap kabar dan berita yang kita terima. Hal ini diperintahkan secara langsung dalam QS. Al-Hujurat: 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Ayat ini dengan tegas memerintahkan setiap orang yang menerima berita dari sumber tak terpercaya agar melakukan tabayun (mencari informasi). Agar ia mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Jangan sampai seorang muslim mudah terprovokasi ketika mendengar suatu berita, sehingga dapat menimbulkan konflik, fitnah bahkan pertumpahan darah.
- Kedua, perintah untuk menyampaikan ujaran kebaikan (good speech) dalam berinteraksi dengan sesama manusia. Lawan dari hate speech adalah good speech. Seandainya setiap orang dapat menerapkan good speech dalam berkomunikasi, tentu hate speech akan mudah kita hindari. Adapun bentuk good speech yang Al-Qur’an contohkan adalah sebagai berikut:
- Qaulan baliigha (ucapan yang sampai dan membekas dalam hati) (Q.S. al-Nisa[4]: 63
- Qaulan kariima (ucapan yang mulia) Q.S, al-Isra [17]: 23
- Qaulan maisuura (ucapan yang baik, melegakan dan lemah lembut). Q.S. Isra’ [17]: 28.
- Qaulan ma’ruufa (ucapan yang kita nilai baik secara akal dan syara’, melegakan lawan bicara). Q.S. al-Baqarah [2]: 235
- Qaulan layyina (Ucapan yang lemah lembut) Q.S. Thaha [2]: 44
- Qaluan sadiida : (Ucapan yang benar dan lurus). Al-Nisa’ [4]: 9. []